23

43 30 62
                                    

Mansion Antonio.

Victor kini sedang tidur termenung sambil menutup matanya menggunakan lengannya, Ia mengeluarkan sebuah rokok di sakunya. Hugo yang tidak sengaja lewat pun mulai menggoda Victor, ia memberi sebuah korek api padanya. Victor hanya menggelengkan kepalanya, lalu memberikan rokok itu pada Hugo.

"Kau menyedihkan sekali Victor, hanya karena wanita kau menjadi seperti ini. Diluaran sana masih banyak wanita yang rela tidur dengan mu, tapi kenapa kau masih saja menaruh hati pada Isabel?" Ucap Hugo.

"Dia cinta pertama dan terakhir ku" Jawab Victor.

Hugo memukul kepala Victor tapi ia tidak membalasnya.

"Kenapa sifat bodoh mu ini tidak hilang? Kalau kau memang menyukainya lalu kenapa kau tidak mengatakan saja yang sebenarnya? Lihatlah Gavin, dia sudah hinggap di bunga mu yang indah itu!" Ucap Hugo.

"Jika aku mengatakan semuanya, dia akan kembali mengingat semua memori kelamnya itu, setiap siksaan dari orang tuanya pasti akan merusak pikirannya" Ucap Victor.

Hugo mulai menyalahkan rokoknya, ia menghirup rokok itu sambil berjalan ke arah jendela yang terbuka.

"Sekarang aku ingin tau apa yang dikerjakan Luke, dia selalu sibuk ya? Selain itu kenapa dia tidak pernah menunjukkan wajah aslinya padaku? Kau dan bos pernah melihat wajahnya kan? Bagaimana apa dia jelek?" Ucap Hugo.

"Jika kau ingin melihat wujud aslinya, buka paksa saja topeng iblisnya itu" Jawab Victor.

*****

Pagi hari.
Kediaman Alexander.

Isabel mulai terbangun dari tidurnya di atas ranjang yang terasa asing baginya, ia memejamkan matanya kembali dan berharap ini mimpi, tapi ketika ia membuka kembali matanya tetap saja ia berada di tempat yang sama. Ia menoleh ke samping, lalu melihat Gavin yang sedang tertidur pulas dengan Garvin yang berada di atas perutnya. Untuk sesaat Isabel tersenyum sambil memandangi wajah gavin, tapi tidak berselang lama akhirnya ia menyadari kejanggalan.

Ia langsung berteriak, lalu membangunkan Gavin dan Garvin yang sedang tertidur pulas. Garvin pun langsung meloncat dari ranjang, tapi Gavin malah melanjutkan tidurnya seolah tidak ada yang terjadi.

Isabel pun memukul tubuh Gavin dengan bantal, tapi Gavin tetap saja tidak mau bangun. Sampai akhirnya Isabel harus mengigit lengannya, baru akhirnya ia mau bangun dari tidurnya.

"Kenapa menggigit? Apa kau lapar? Sebentar akan ku ambilkan sarapan untukmu" Ucap Gavin.

"Gavin! Kenapa aku berada di kamar mu? Kau tidak melakukan apa pun kan padaku?!" Ucap Isabella.

Gavin langsung menyentil dahi Isabel.

"Siapa yang suruh kau tidur dibawah kaki ku sambil menatap Garvin? Lagipula aku sangat mudah tertidur, jadi ini bukan salah ku!" Jawab Gavin.

Isabel mulai kesal lalu kembali menggigit
Lengan Gavin, rupanya Gavin tidak mau kalah Ia juga mengigit lengan Isabel.

"Ini bukan perlombaan Gavin! Kenapa kau malah menggigit lengan ku? Kau ini memang sangat menyebalkan!" Ucap Isabella.

Gavin pun langsung mendorong kepalanya lalu mencium bibir Isabel, ia memegang wajah Isabel dengan kedua tangannya secara perlahan. Ciuman itu begitu singkat, bahkan Isabel belum sempat memejamkan matanya tapi Gavin sudah mengakhirinya.

Isabel pun membalas ciuman tersebut, ia mengalungkan kedua lengannya di pundak Gavin, suara gonggongan Garvin pun memecahkan suasana. Gavin dan isabella hanya tersenyum kecil sambil memandangi satu sama lain.

Isabella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang