Ruangan ini begitu hening, mungkin hanya terdengar suara decitan bolpoin yang bergesekan dengan kertas lembar jawaban. Ya, hari ini kelas Flo sedang menggarap soal dari guru sejarahnya yang senang sekali mengajak para murid bersenang-senang dengan ujian harian. Namun, tak banyak juga yang setuju dengan pendapat pak Santoso.
Mau tak mau mereka harus mempelajari dahulu materi-materi sejarah yang pernah diajarkan, tapi yang namanya siswa, pasti ada sedikit lupa. Kini, Eggy sedang mengalaminya, tak ingat dengan suatu materi, padahal ia tadi sudah mempersiapkannya, jauh dari waktu ini.
"Sialan! Gue lupa lagi sama materi ini," gumam Eggy dalam hati. Ia menendang kaki Zeze yang duduk di depan bangkunya.
"Apa sih, Gy?" bisik Zeze. Sedangkan Pak Santoso mengawasi dari ambang pintu.
"Nomor tiga puluh jawabannya apa?" kini Eggy yang berbalik bisik ke Zeze.
"Tanya Resti sana, gue takut salah." Masih dengan gaya berbisik karena jika mereka ketahuan, Pak Santoso tak segan-segan memberi hukuman serta nilai nol.
"Ayolah, Ze. Lo lebih deket nih."
Brakk!!
Guru sejarah itu menggedor pintu, sepertinya telinganya mendengar suara bising dari ruangan yang hening ini.
Matanya menyapu ke sudut ruang, mencari siapa yang sudah menciptakan kebisingan tersebut. Sedangkan Zeze dan Eggy langsung berpura-pura diam untuk menghindari Pak Santoso. Memang, hal seperti itu sering dilakukan murid ketika akan dipergoki oleh guru, dan untungnya jika tidak ketahuan.
Guru sejarah itu kembali ke kursi kebanggaannya. "Waktu kurang lima belas menit, lima menit setelah ini soal dan lembar jawaban harus dikumpulkan!" pintahnya.
"Baik, Pak!" ujar para murid dengan serempak.
"Gila nih bapak," gerutu Eggy pelan. Diulangnya lagi, ia menendang kaki Zeze untuk membaginya jawaban.
Flo yang mengetahui itu pun memberi bahasa isyarat kepada Zeze untuk membantu Eggy diam-diam agar mereka bisa selesai dengan bersama. Beberapa siswa pun sudah ada yang mengumpulkan. "Soalnya apa, Gy, cepetan!" pintah Zeze.
"Jelaskan upaya yang dilakukan kerajaan Demak untuk mengusir Portugis dari tanah Jawa!" tuh soalnya."
Zeze menahan tawa. "Lu jelasin aja,Gy. Gimana upaya lo buat si doi."
"Ck," gerutu Eggy kesal.
Tak lama, Zeze memberikan sesobek kertas yang sudah ia isi dengan jawaban sebelum dirinya meninggalkan ruang, dan Eggy pun segera menerima itu untuk ia tulis.
••O••
"Gue liat tadi lo grusah-grusuh di bangku, kenapa, Ze?" tanya Grace yang sedang menyunduk cilok.
"Ahahah, si Eggy tuh minta jawaban, padahal gue juga nggak yakin tuh bener apa enggak," ucap Zeze.
"Lupa materi kali dia, biasanya juga nggak gitu," sahut Arely, ia sedang menyeruput es teh.
"Bisa jadi," sambung Flo. "balik, yuk, ke kelas."
Setelah suara bel tadi, mereka pergi ke kantin untuk melepas penat.
"Kirain mau ajak balik ke hatinya," celetuk Arely.
"Emang lo mau kalau diajak mantan balikan?" tanya Flo spontan.
"Ya kalau masih bisa diperbaiki kenapa susah-susah cari yang baru?" skakmat dari Arely. Sedangkan teman-teman yang ada di sampingnya hanya melongo.
"Wait ...," ujar Grace yang terpotong. "lo jadian aja kagak, belagak punya mantan, galmup, sadar he! Sadar!!" lanjutnya mengingatkan Arely dengan menepuk-nepuk jidat temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOGY
Novela JuvenilTentang meninggalkan dan ditinggalkan. Tentang pengorbanan dan keikhlasan untuk merelakan. ••0•• Sebelum itu, follow akun wp: an_riy Ig: al.vinnuri/by.an_riy