[11] Tepat Sasaran

14 2 0
                                    

♡♡

Lihatlah, siapa tamu yang tidak diundang datang kali ini. Wanita yang entah bagaimana dan mengapa dapat seberani itu untuk berdiri di depan pintu apartemen kami.

"Halo, Kak. Habis belanja buat makan bersama kita?" Aku yang mendengar itu pun menatapnya tak percaya.

Aku pun beralih menatap Kak Seokjin hanya diam saja tanpa berkutik apapun. Aku mulai jengah dan melangkahkan kakiku untuk memasuki ruangan begitu saja. Meninggalkan mereka begitu saja.

Setelah itu, aku menaruh barang-barang yang kubeli tadi di dapur dan memasuki kamarku. Sungguh ini menyebalkan, aku tidak dapat seperti ini. Aku pun memberanikan diriku untuk keluar.

Aku seketika terdiam sejenak. Ya, aku melihatnya— tidak mereka. Maksudku, mereka baru saja berciuman. Aku pun tersenyum melihatnya, miris sekali.

Baru saja aku akan memulai mempercayai dirinya. Tapi apa yang aku harapkan? Aku sudah terlalu lama memaklumi dirinya.

Aku pun membalikkan badanku dan pergi dari sana. Mencari tempat untuk menjadikannya pelampiasan perasaanku. Rooftop gedung ini selalu jadi saksi mata segala curahan perasaanku.

"Selalu saja, mengapa selalu aku? Kenapa harus aku yang selalu memaklumi semuanya, baik orang yang kucintai maupun keluargaku"

Semua hal itu hanya dapat kusimpan  sendiri bahkan yang dapat kurasakan hanya sesak semata. Air mataku bahkan enggan untuk keluar lagi atau mungkin sudah tidak dapat berfungsi karena sudah terbiasa.

Tak lama dari itu, terdengar pintu rooftop yang terbuka. Tanpa perlu melihat ke belakang pun, aku sudah tau pasti dia akan datang.

"Aku sudah mengusirnya dari sini" ucapnya dengan perlahan menggenggam jemariku. Aku pun menatapnya dan tersenyum.

"Bagus sekali. Apakah kamu menikmatinya?" Lihat ekspresinya, seperti terkejut.

"Tidak sama sekali. Apa yang kau pikirkan?" Ucapnya mulai mendekat ke arahku dan mengelus pelan jemariku.

"Bukankah kita sudah sepakat untuk melewati ini semua?" Aku pun terdiam dan mengalihkan pandanganku ke arah yang lain.

"Tatap aku ketika aku sedang berbicara" ucapnya dengan menarik daguku untuk menatapnya.

"Kau percaya padaku, kan?"

Sial, apa-apaan dia?

Aku pun melepaskan diri darinya dan berlalu darinya. Namun genggamannya mencekalku sehingga ku harus menghentikan langkahku.

"Apakah kau sudah lelah bersamaku?" Aku muak. Aku pun menatap dan mendekat padanya.

"Sekarang biarkan aku yang bertanya. Bagaimana jika aku berciuman dengan pria lain?" Jelas matanya menunjukkan tanda tidak terima.

"Jangan coba-coba"

"Tidak terima? Itulah yang kurasakan. Kamu sangat abu-abu. Kamu terlalu samar untukku, Kak"

"Haneul-ah, sudah berapa lama kamu mengenalku?"

"Justru itu, Kak. Karena aku sangat mengenalmu. Mengapa kamu jadi sangat lambat jika dengan wanita itu?" Kak Seokjin hanya terdiam dan tidak merespon apapun.

"Kak, aku ini sebenarnya apa di matamu? Apakah aku hanya teman di kala sepimu? Tenang saja, Kak. Aku akan tetap berada di sisimu, entah sebagai pendampingmu atau mungkin tamu—"

"Han, apa yang kau katakan? Aku hanya mencintaimu. Tidak dengan—"

"Jika begitu, buat aku percaya, Kak!" Bentakkanku membuat Kak Seokjin sedikit menatapku tidak percaya.

Aku pun memeluknya erat seperti tak ingin melepaskannya sampai kapan pun. Karena aku hanya takut, sudah berkali-kali aku merasakan kehilangan, tapi kumohon jangan lagi untuk kali ini.

Aku pun menghirup aromanya mendalam dan membisikkan kata yang sedari tadi ingin kukatakan.

"Buat aku yakin, Kak. Jika hanya ada aku dan kamu tanpa ada siapapun diantaranya"



Backkkkk!!!!!!! Yampun liburanku dikit lagi habis ini gimana ga kemana-mana:(

FABULOUS📸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang