Setiap tahun di keluarganya diadakan sebuah acara, acara berburu. Dilakukan selama beberapa hari. Siapapun yang menang bisa meminta hadiah apapun yang dia mau.
Inilah salah satu alasan mengapa keluarga mereka bisa menikah dengan saudara mereka sendiri. Jika memang salah satunya menyukai, maka dengan permintaan ini bisa di kabulkan. Agak gila tapi begitulah.
"Kau akan berpartisipasi?" Archie duduk di hadapan Chryssant. Taman belakang rumah mereka kali ini agak tenang dari biasanya. "Tidak?"
"Aku lemah, kau tau kan?" Di keluarga ini dia yang paling lemah, dia tidak begitu bisa bertarung. Dia bisa tapi tidak sehebat saudaranya yang lain. Dia hanya bisa menjaga dirinya sendiri. Karena dia yang lemah dan tidak pernah ikut berpartisipasi dalam perburuan ini saudara-saudaranya banyak yang tidak menyukainya. Dia bisa hidup di tempat ini hanya karena memiliki darah spesial, selebihnya dia bukan apa-apa. "Kau akan ikut, kan?"
Archie mengangguk, bersandar pada sandaran kursi. "Archele juga."
"Semoga buruan kalian kali ini bagus." Perburuan akan dilakukan di Gunung Kabut, salah satu tempat yang paling dihindari karena selalu menjadi tempat seseorang mengakhiri nyawanya dan didalam hutan gunung itu terlalu banyak tanaman beracun.
"Tenang saja, aku akan membawa beruang besar." Archie tertawa. "Dia bisa dijadikan pajangan."
Archele datang dengan wajah agak gelap, sepertinya ada sedikit masalah. "Aku tidak akan ikut perburuan."
"Kenapa?" Archie menatap kembarannya itu. "Kau paling bersemangat padahal."
"Ayah memintaku menyelidiki sesuatu." Archele menghela nafas.
Chryssant hanya melirik, paling tahun ini dia tidak akan ikut seperti biasanya. Tidak ada yang menarik juga.
"Nona Chryssant," Chryssant menoleh. "Tuan memanggil anda ke Mansion depan." Tersenyum, dia berdiri dan berjalan mengikuti pelayan tersebut.
"Tidak biasanya." Archele menatap Chryssant yang berjalan mejauh. "Apa ada hal penting?"
Archie mengangkat bahu. "Entahlah."
***
Gedung Mansion pertama yang menjadi tempat penyambutan untuk para tamu adalah tempat Chryssant berada sekarang.
Hampir saja dia lupa dengan perjanjian yang dia buat dengan Seraphiel. Chryssant sudah meminta izin pada Ayahnya tentu saja, sebuah tanggapan yang agak megagetkan saat Ayahnya terlihat setuju, padahal dia kira Ayahnya akan marah karena hal itu.
Anaknya yang bodoh tiba-tiba saja menyatakan telah memiliki kekasih dan ingin bertunangan. Cincin di jarinya sudah jadi tanda, ternyata ide yang bagus memakai cincin itu.
"Aku kira kau lupa." Chryssant yang duduk di samping Seraphiel yang tampak agak tegang, Chryssant melirik Tuan Zavrion itu agak geli. Pasalnya Seraphiel kelihatan sangat gugup walau berusaha tenang, mata Seraphiel tidak bisa berbohong.
Seraphiel tersenyum masam. "Aku ingin melupakannya kalau bisa, tapi aku malah bermimpi hal buruk setiap hari dan itu mengingatkan tentang kau."
"Aku tidak tau kalau kau bisa semanis ini." Chryssant tersenyum, membuat Seraphiel terlihat lebih tenang dari sebelumnya. Karena candaan Chryssant benar-benar tidak lucu.
Suara pintu dan Justine yang berjalan masuk dengan gagahnya, mata yang serupa dengan milik Chryssant dan rambut hitam kelam.
"Silahkan duduk." Justine mempersilakan untuk kembali duduk.
Seraphiel melirik, tangan Chryssant meremas pelan tangannya. Entah hanya untuk pencitraan atau memang sengaja, tapi dia sedikit tenang karena itu.
"Chryssant sudah memberitahu secara garis besar, tidak kusangka Zavrion akan jadi besanku nantinya." Justine tersenyum.
"Kedua orang tua Saya sudah setuju, tapi kami memang tidak akan melakukan acara besar, Chryssant tidak begitu menyukai tempat ramai oleh karena itu," Seraphiel mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya. Sebuah kotak beludru dengan sepasang cincin di dalamnya.
Chryssant menarik ujung bibirnya, Tuan pecinta wanita ini tampaknya benar-benar tau caranya bermain.
"Tapi kau tau, banyak rumor tentangmu, kan?"
Leher Seraphiel terasa ada yang mencekik, rasanya udara tiba-tiba tidak bisa masuk ke saluran pernapasannya.
"Ayah," Chryssant memeluk lengan Seraphiel. "Aku tau banyak rumor tentang Phiel, tapi Ayah tau kalau rumor akan selalu ada."
Seraphiel tersenyum tapi matanya seakan mengatakan apa-apaan panggilan itu, rasanya mengerikan.
"Lalu, kalian berdua hanya akan bertukar cincin sebagai tanda kalian sudah saling terikat?" Justine tidak merasa keberatan, entah apapun yang anak-anaknya akan lakukan. Tapi dia agak kaget saat tau Chryssant telah jatuh cinta dan dilamar dengan cincin keluarga yang sangat Justine kenali. Agak kaget saat tau itu adalah Seraphiel Zavrion.
"Kami hanya perlu Ayah sebagai saksi." Chryssant meraih kotak beludru itu, meraih salah satu cincin dan memasangkan ke jari Seraphiel. "Itu sudah cukup."
Seraphiel yang cepat tanggap ikut memasangkan cincin ke jari Chryssant. Seraphiel menatap Justine dengan yakin, walau tangannya agak gemetar saat melihat mata itu. "Saya akan menjaga Chryssant."
Justine suka ini, mungkin dia akan sedikit bermain. "Aku memberi kalian restu." Seraphiel tersenyum, dia bisa lega sedikit. "Tapi ada syarat."
"Syarat?"
Seraphiel menatap Chryssant penuh tanda tanya tapi gadis itu hanya diam. "Syarat apa?"
"Bulan depan keluarga kami akan melakukan perburuan, itu hal yang biasa kami lakukan." Justine menarik ujung bibirnya. "Ya, kau tidak perlu menang. Cukup tetap hidup saja setelah acara itu berakhir dan kau sudah memiliki Chryssant."
Pandangan Seraphiel langsung kosong. Bagaimana mungkin dia akan ikut acara yang dilakukan Kacisea? Dia datang kemari saja sudah merupakan salah satu ketidak warasan yang ada di kepalanya, apalagi mengikuti perburuan ini. Dan apa itu? Dia hanya perlu kembali hidup-hidup, rasanya seperti dia mengantar nyawanya sendiri ke alam selanjutnya.
"Aku boleh ikut, kan?" Seraphiel menoleh, suara Chryssant membawanya kembali dari alam sadarnya. "Aku tidak bisa membiarkan tunanganku mati begitu saja, Ayah."
"Tentu. Dia milikmu. Kau bebas melakukan apapun." Justine menarik ujung bibirnya. "Cepat atau lambat dia akan jadi bagian Kacisea, ajari dia bagaimana menjadi Kacisea."
Justine berdiri, begitu juga Seraphiel dan Chryssant. Kepala keluarga Kacisea itu pergi setelah memberikan satu salaman pada Seraphiel sebagai tanda selamat datang di keluarga mereka.
"Kau tidak bilang kalau akan ada hal seperti ini!" Seraphiel bersandar pada sandaran sofa seperti tanpa nyawa, pandangan kosong. "Aku akan mati."
"Tenanglah." Chryssant melirik Seraphiel. "Aku tidak menyaka kau menyiapkan semua ini, bahkan cincin ini pas di jariku."
Sebuah cincin emas dengan ukiran yang agak rumit menjadi cincin yang keduanya pakai sekarang. Ini malah seperti cincin pernikahan di mata Chryssant.
"Aku akan mati!" Seraphiel menggeleng. Dia tidak menyangka akhirnya akan seperti ini.
Chryssant menggeleng pelan. "Tenanglah, aku ikut dalam perburuan itu. Kau akan aman."
"Hei, sesulit apa itu? Kenapa aku hanya perlu sampai bertahan hidup? Keluarga kalian ekstrem sekali!" Seraphiel bergindik ngeri, hal yang bisa dia bayangkan dari perburuan itu hanyalah kematian yang akan semakin dekat padanya.
Chryssant meminum tennya. "Itu hanya perburuan biasa yang dilakukan keluargaku. Kau tau Gunung Kabut?"
Seraphiel menatap Chryssant dengan pandangan tidak bisa terbaca. "Jangan bilang.. "
Chryssant tersenyum, tapi bukan jenis senyuman yang baik untuk kesehatan mental Seraphiel. "Ya. Di situ."
"Aku pasti akan mati."
. . .

KAMU SEDANG MEMBACA
TAWS (4) - Chryssant
FantasyThe Another World Series (4) - Chryssant Cerita berdiri sendiri. Satu-satunya masa depan yang Chryssant tau akan mengancam nyawanya adalah kehancuran Kacisea. Dia ingin merubah itu, hanya untuk dirinya. Untuk apa repot-repot menyelamatkan keluarga...