Jika ada yang lebih menjengkelkan dari tawa melengking Bellatrix, itu adalah ocehan Pansy Parkinson. Dan jika ada yang lebih menyeramkan dari senyum menjijikan Tom, itu adalah wajah kaku Blaise Zabini yang nampaknya terlihat permanen. Mereka berdua adalah versi junior Paman dan Bibinya yang sudah dimodifasi untuk menjadi pengganggu dalam kehidupan Draco.
Bukannya hidup Draco selalu tenang seperti yang ia idam-idamkan dari dulu. Bahkan semenjak ia masih bayi, selalu ada pengganggu yang bermunculan dalam hidupnya. Ibunya, selalu mencoba bersikap protektif, nyatanya wanita itu bahkan tidak tahu yang mana pistol mainan, dan yang mana pistol milik tentara nazi. Kemudian Ayahnya, orang itu hanya mengajarkan padanya bagaimana cara meninju orang brengsek. Ketika ia tumbuh dewasa seperti sekarang, orang-orang hanya menganggapnya seperti patung berjalan.
Untuk kesekian kalinya, Pansy mengoceh di depan wajah kusut Draco. Matanya berbinar-binar, dan tangannya melambai-lambai seperti diterpa angin puting beliung. "Minggu ini kami akan mengadakan perkumpulan di rumah Blai-"
"Tidak." Sela Draco.
"Dengar, akan ada banyak soda dan keripik kentang disana."
Masalahnya, Draco bahkan tidak peduli dengan soda dan keripik kentang yang ditawarkan Pansy. Yang ia pedulikan hanyalah agar orang-orang ini menjauh dari hidupnya. Tidak bisakah mereka melihat wajah Draco yang mengisyaratkan bahwa mereka adalah kuman menjijikan yang harusnya berada sejauh radius lima meter darinya? Oh tidak, karena Pansy bahkan tidak peduli jika Draco mengejeknya perempuan jalang. Wanita itu hanya akan tertawa, kemudian bertanya padanya dengan nada serius, Apa aku terlihat seseksi itu? Draco yakin jika otak wanita itu sudah bermasalah.
"Oh Ayolah, kumohon." Pansy merengek sambil menarik-narik kerah baju Draco, hingga Draco merasakan nafasnya mulai terputus-putus karena lehernya dicekik tanpa perasaan.
"Tidak." Draco bergumam untuk terakhir kalinya sebelum melepaskan tangan Pansy dari kerah bajunya. "Bisakah kalian berhenti menggangguku?" Draco merasa agak marah. Ia tidak bisa terus tinggal dengan orang-orang konyol yang selalu membayangi kehidupannya. "Ada beberapa orang yang bisa kalian dekati, tapi tidak denganku."
Seharusnya itu sudah cukup untuk membuat mereka mengerti dan meninggalkannya. Draco tidak butuh seorang teman untuk menghiburnya. Ia hanya ingin ditinggal seorang diri. Apa mereka tidak mengerti? Terkadang seseorang harus mengetahui batasan anak introvert seperti Draco. Ia terkadang agak agresif jika terlalu ditekan, dan ia tidak ingin Pansy dan Blaise kena batunya. Meski sebenarnya ia memang ingin menghajar mereka berdua.
"Kami tidak mengganggumu." Erang Pansy. "Oke, dengar. Kau terlihat seperti mayat berjalan, dan kami hanya ingin mengajakmu berkumpul."
Draco menatap mereka dengan tatapan mengejek. "Tidakkah kalian sadar bahwa kalian sebenarnya menjijikan? Kalian terlalu terobesi, bodoh, dan idiot. Aku tidak butuh orang seperti itu dalam hidupku."
"Hei!" Pansy menggeram, mencoba menghajar Draco.
"Diam Pansy. Biarkan dia sendiri." Blaise menarik Pansy dari hadapan Draco. Sesaat, pemuda itu meliriknya, menatap Draco dengan tatapan jengkel dan kecewa.
Draco seharusnya senang bukan?
Mereka sudah pergi. Terlihat sakit hati karena ucapan Draco. Ia akhirnya berhasil menyingkirkan dua orang aneh itu dari pandangannya. Tapi sekali lagi, Draco merasa ada sesuatu yang mengganjal. Itu meresahkan, seolah-olah ia tidak punya pilihan lain selain memaksakan perasaan bersalah muncul dalam benaknya.
Ia berpikir, bahwa mungkin mereka akan datang lagi. Mengajaknya bicara, mengganggunya, seperti dulu.
Hari demi hari berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
In His Mind || Drarry || ✔
Fiksi PenggemarTidak ada yang namanya Voldemort. Tidak ada yang namanya penyihir dan Hogwarts. Hanya saja, ada anak laki-laki yang bernama Harry Potter. __ Harry Potter © JK.Rowling