Chapter 1

36 3 0
                                    

Shafira mengarahkan pandangannya pada layar komputer sejak pagi tadi, hingga siang kini ia baru saja melepas kontak lens bening yang selalu ia pakai setiap hari. Yup, Shafira memiliki mata yang sudah tidak normal penglihatannya sejak SMA kini tingkat minus pada matanya bertambah menjadi 2,5 yang membuatnya kesulitan melihat jika tanpa kontak lens.

Dengan hati-hati ia melepas kontak lens miliknya lalu menaruhnya pada cairan khusus selain membersihkannya Shafira juga sedikit mengistirahatkan matanya yang sudah mulai terlihat kemerahan.

"Sha, kantin yuk. Makan siang.. udah laper nih gue." Ujar Kathryn si pengacara cantik dengan ciri khas warna rambut yang selalu mencolok seerti saat ini ia dengan rambut cokelat terangnya, tapi anehnya warna rambut apapun selalu cocok di wajahnya.

"Tunggu.." Dengan cepat Shafira memakai kembali softlens miliknya lalu dengan langkah cepat ia  menyusul Kathryn yang sudah berdiri di ambang pintu lift.

Pintu lift sudah terbuka beberapa orang sudah keluar dari lift, kini giliran Shafira dan Kathryn yang masuk baru saja pintu lift akan tertutup, sean mencegahnya dengan sebelah tangan lalu masuk tanpa dosa.

"Ngapain sih lo yan." Maki Kathryn pada laki-laki bertbuh tinggi tegap dan wajah rupawannya.

"Ikut makan lah sama lo pada." Jawab Sean, sementara Shafira yang ada di samping mereka hanya terdiam sembari melipat kedua tangannya di depan dada, di banding rekan-rekan nya Shafira orang yang paling cuek dan tidak terlalu memperdulikan sekitar nya.

Sekian menit kemudian pintu lift kembali terbuka, lantai 19 adalah kantin mewah milik kantor advokat. Meski begitu, tata cara makan di kantor mewah ini tidak sembarangan, setiap individu yang akan makan mereka di haruskan mengambil makanan mereka sendiri, berikut nasi,lauk, buah dan lain-lain nya. Tidak ada kathering box atau sejenisnya, ini di buat agar para karwayan lebih nyaman dan bisa menyesuaikan porsi makan masing-masing. Setelah makan, mereka juga di haruskan mencuci piring-piring mereka sendiri, lebih dari lima puluh wastafel di sediakan agar setelah makan tidak mengantri terlalu panjang mengingat banyaknya karyawan Kantor.

Konsep ini sengaja di buat oleh direktur utama, bertujuan agar para karyawan lebih bertanggung jawab saat makan, konsep tersebut juga di buat karena terinspirasi dari kantor dan sekolah di luar negeri yang melakukan hal yang sama. Juga melatih agar warga indonesia tidak selalu di manjakan dengan setelah makan-buang kotak makan dan hidup tidak teratur, karena bagaimana pun secara tidak langsing warga indonesia sudah di manjakan sejak dini, contohnya saat kecil makan di suapi ibu, beda dengan balita di negara lain yang sudah belajar makan sendiri saat mereka masih duduk di troli.

Sean mengambil dua centong nasi panas, ayam asam-manis. Semangkuk soto ayam, tumis brokoli, satu mangkuk kecil bulgogi, serta satu piring buah-buahan segar.
Sementara itu Kathryn yang hanya mengambil porsi secukup nya, ia adalah wanita yang tak pernah meulapakan diet-nya.

Berbeda dengan kedua temannya, Shafira malah melipir pada tempat lain, ia memilih piring kaca panjang berwarna hitam, lalu menaruh enam potong DimSum pada piring panjang tersebut, tidak lupa ia menumpahkan saus pada wadah kecil, lalu mengambil sepasang sumpit dan segera menyusul Sean dan Kathryn yang sudah duduk di ujung sana.

Tiga buah lemon tea sudah tertera manis di atas meja, "Thank you, Sean." Ucap Shafira yang lalu meminum sedikit lemon tea miliknya.

"Lo makan DimSum lagi, itu doang?." Tanya Kathryn yang di jawab anggukan oleh Shafira.

"Aaaaaaaa...." Sean berusaha menyuapi Shafira dengan nasi miliknya, namun mendapat tolakan mentah-mentah dari Shafira.

Tanpa mempedulikan Sean, Shafira terus mengambil DimSum dengan sumpit lalu memasukan DimSum tersebut pada mulutnya, ia juga sesekali mengangguk-angguk menikmati DimSum yang ia nilai begitu lezat.

S H A F I R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang