Erick mengepalkan tangannnya geram. Kedatangan Adelia benar-benar membuat mood-nya hancur. Kenapa bisa wanita itu bisa ada di sini? Apakah dia sudah kehilangan akal, sehingga harus menyusulnya ke Pesantren. Erick dibuat penasaran, siapa orang yang sudah memberi tahu Adelia, bahwa ia berada di Pesantren.
"Aku nggak bakalan lepasin kamu, Rick. Kamu harus tanggung jawab, karena bayi ini ada, karena ulah kamu. Kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan bilang ke orang-orang, kalau salah santri di Pesanten ini, ada yang berbuat asusila!" ancam Adelia ketika Erick ke luar dari rumah Umi.
Wanita ini benar-benar ular berbisa, Erick menggeram dalam hati. Kenapa bisa dirinya dulu, sempat jatuh cinta pada wanita semurahan Adelia.
"Kita akan buktikan kalau anak kamu, itu adalah anakku atau bukan? Dan hal yang perlu kamu tahu, setelah aku berada di sini, aku jadi tahu mana perempuan yang harus aku nikahi dan mana yang tidak. Kamu itu ibarat batu kali yang sudah tidak da harganya sama sekali, karena kamu yang memurahkan diri kamu sendiri. Kamu wanita yang paling murah, yang pernah aku ketahui!" Erick benar-benar sudah tidak tahan lagi menghadapi Adelia. Sehingga kata-katanya terdengar sadis.
Adelia tertawa mengejek. "Kamu menghinaku murahan, yang menjadikan aku seperti ini adalah kamu, jangan lupakan itu, Erick. Dulu kita adalah pasangan yang sangat bahagia. Karena ulah keluargamu, kita harus terpisah. Dan kamu harus menikah dengan perempuan bodoh itu!" sinis Adelia.
"Berhenti mengatakan Mentari bodoh, dia jauh lebih baik segalanya dari pada kamu. Jika kamu batu kali, dia itu berlian. Aku baru menyadarinya saat ini, kalau dia wanita yang jauh lebih baik dari pada kamu. Jika kamu mendekatiku karena uang, Mentari meskipun dipaksa keluarganya untuk menikah denganku, tapi dia tahu caranya berbakti pada suami, dan menempatkan dirinya menjadi istri dan ibu yang terbaik," bela Erick nggak terima dengan Adelia yang sudah menghina mantan istrinya.
Seperti ada sesuatu yang menghantam dada Adelia, dan itu rasanya sakit. Sekarang Erick lebih membanggakan mantan istrinya itu, padahal dulu ketika mereka berselingkuh dibelakang Mentari, Erick kerap kali mengeluhkan kehidupannya dengan mantan istri, kalau ia tidak bahagia, tidak cinta, dan banyak lagi kata-kata lainnya. Apakah sekarang Erick sudah memiliki perasaan cinta pada mantan istrinya itu? Tapi, ia tidak boleh kalah, ia harus bisa merengkuh hari Erick kembali.
"Jangan pernah bermimpi aku bakal mrnikahimu, karena sampai kapanpun aku nggak bakalan pernah mau menikah dengan kamu. Jika Mentari tidak mau diajak rujuk, aku lebih baik memilih yang lain," ketus Erick.
Tubuh Adelia langsung kaku. Sebegitu tidak berharganyakah dirinya di mata Erick. Sedang dulu dia kerap kali memuja kecantikannya.
"Dan aku akan selalu jadi bayang-bayangmu. Jika aku tidak bisa memilikimu kembali, maka akan kubuat pernikahan kamu tidak pernah bahagia!" ancam Adelia.
"Lakukan saja apa yang kamu inginkan, jika itu bikin kamu bahagia." Erick sudah tidak mau peduli lagi dengan wanita yang bernama Adelia. Ia pun membalikan tubuhnya, berjalan menuju pesantren.
Adelia menatap punggung Erick yang semakin menjauh dari pandangannya dengan hati direjam kepiluan. Sekarang dirinya sudah tidak diinginkan siapapun. Ternyata kedatangannya ke sini, tidak memiliki pengaruh apa-apa. Kenangannya bersama Erick yang penuh bahagia, sepertinya sudah musnah dalam memori dia.
Tiba-tiba pundak Adelia ditepuk lembut dari belakang. Adelia memutar tubuhnya, dan wajah Umi Adzkia menatapnya dengan lembut. "Bukan seperti itu caranya mencintai laki-laki. Ancaman tidak akan berpengaruh ketika cintanya sudah pudar pada kita. Tapi cobalah kamu berubah menjadi wanita yang lebih baik dihadapan Allah. semata-mata untuk meraih cinta-Nya. maka Allah akan kirimkan pasangan hidup yang jauh lebih baik, seberapa buruk pun masa lalu kita, nasehat Umi Adzkia lembut.
Adelia memilih diam, ia tidak berani berucap. Harga dirinya sudah luluh lantak. Datang ke Pesantren ia menebalkan muka, demi bisa mendapatkan Erick, yang bagi orang lain, mungkin saja ia disebut wanita yang tidak memiliki harga diri. Ah, memang sudah lama harga dirinya dicampakan, untuk lembaran uang, dan kemewahan lainnya. Tapi ternyata Erick sudah tidak peduli lagi pada dirinya.
"Mumpung masih muda dan masih dikasih kesempatan hidup oleh Allah, saran Umi, segeralah Neng Adelia bertobat," nasehat Umi Adzkia lembut.
Biasanya Adelia paling muak jika dinasehati oleh orang-orang yang merasa dirinya laling suci. Seakan mereka bisa membeli kavling Surga. Dan orang lain yang melakukan maksiat itu, penuh dosa dan akan masuk neraka. Tapi kali ini, lidah Adelia terasa kelu.
"Semua orang pernah melakukan kesalahan Neng Adelia, tapi Allah itu maha pengampun. Allah akan membuka pintu taubat bagi orang yang ingin kembali kepada-Nya."
"Apakah dengan bertobat, Erick akan kembali padaku, Umi?" Adelia akhirnya melontarkan peetanyaan yang bersemayan dihatinya. Ia hanya ingin Erick, bukan yang lain. Karena hany laki-laki itu yang bisa memuaskannya dalam segala hal.
"Bertaubat karena kesadaran diri sendiri, karena Allah. bukan karena mengharapkan manusia yang dhaif."
"Jika aku baik, tapi masih dihina orang lain, dan keinginanku tidak tercapai, lebih baik aku seperti ini saja. Aku tidak suka dituntut untuk menjadi senpurna," Adelia tetap keras hati dengan pendiriannya.
Umi Adzkia cuma menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia akan percuma bicara panjang lebar dengan Adelia. Karena tujuan gadis ini, mau datang kemari hanya ingin mendapatkan perhatian Erick. Tapi, jika Adelia tetap di sini, akan merusak citra pesantren, apalagi sifat Adelia sangat keras, susah dinasehati.
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA MENTARI (Belum Direvisi)
Narrativa generaleSudah tamat di KBM Ketika perselingkuhan menjadi sebuah permasalahan dalam rumah tangga, maka untuk apa bertahan dalam sebuah hubungan yang berpenyakit. Mentari sangat terluka dengan hancurnya pernikahan mereka, namun dia harus tegar demi Gara buah...