🌿51🌿

656 38 11
                                    

•°•°•°•°•

Tangannya dipegang erat. Cukup kuat hingga membuat Aria tidak memiliki kesempatan untuk sekedar pergi dan kabur dari tempat yang mungkin dalam waktu kedepannya akan menjadi tempat tinggalnya ini.

Gadis itu terus berjalan lurus sesuai dengan arahan seorang wanita berseragam di belakangnya.

"Masuklah dulu, nanti kamu akan dipindahkan setelah kasus ini selesai ditangani."

Tubuh Aria didorong masuk ke dalam jeruji besi dingin oleh polisi wanita itu. Tak ada pemberontakan apapun darinya, sedari tadi ia hanya diam dengan tatapan kosong tak bermakna.

Grekk! Cklek!

Suara pintu jeruji besi yang tertutup dan terkunci terdengar menggema di sana. Aria tak berbalik untuk sekedar melihat sang polisi wanita itu telah beranjak pergi.

"Anda punya waktu 30 menit pak, silahkan."

"Terimakasih," seorang pria setengah baya itu mulai melangkah mendekati sel jeruji dingin tempat Aria berada. Matanya menyorot sendu pada gadis yang selama ini sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri.

"Ria?"

"..." Aria tak menoleh, gadis itu masih setia berdiri membelakangi pintu jeruji besi.

"Nak?"

"Untuk apa?" Kedua tangan Aria terkepal kuat. "Untuk apa Anda datang kesini? Bukannya putri Anda sedang sekarat? Seharusnya Anda tidak kemari, Anda salah tempat."

Anton diam. Bibirnya terkatup rapat saat mendengar ucapan demi ucapan Aria. Siapa yang menyangka, bahwa perkataan tasi sedikit menggores luka di hatinya.

"Saya hanya anak pungut, anak yang di jual lalu dijadikan pion untuk merebut kebahagiaan sebuah keluarga, saya telah berdosa."

"Ini bukan salah ka—" perkataan Anton terputus saat ia malah mendengar Aria malah tertawa keras. Tawa yang memilukan.

"Lalu salah siapa?" Aria menolehkan kepalanya menatap Anton, sosok yang selama ini ia anggap sebagai ayah kandungnya.

Untuk sejenak Anton dibuat membeku dengan ucapan Aria.

"Seandainya saya tidak dipungut oleh Santi, saya tidak akan menjadi seperti ini," ucap Aria yang kembali menatap lurus ke depan. Bayang-bayang masalalu kelam yang ia alami selama 17 tahun ini kembali hadir. Ia memejamkan matanya saat bayangan menyakitkan itu terputar lagi dalam otaknya.

"Saya tidak menyalahkan dirimu."

Mata Aria membulat sempurna. Gadis itu menoleh cepat.

Anton menghembuskan nafas beratnya, lalu kembali melangkahkan kakinya semakin dekat dengan jeruji yang mengurung Aria.

"Apapun yang terjadi hari ini, bukan kesalahan mu, tapi semua ini berasal dari saya, saya mohon maaf untuk mu dan yang lain, saya permisi." Anton sedikit menundukkan kepalanya kepada Aria lalu berlalu pergi begitu saja. Meninggalkan Aria yang sendirian.

*

Flasback on~

Aria POV

Siapa yang tahu bahwa semua ini terasa menyakitkan. Ketika melihatnya tersenyum dan tertawa bahagia dengan keluarga yang dimilikinya membuat hati ini turut tergores rasa iri yang mendalam.

"Ria?" Aku menoleh menatap seseorang yang telah memanggil nama ku. Seorang wanita cantik yang terlihat anggun, dia adalah satu-satunya orang berharga yang aku miliki sekarang. Dia, ibu ku.

"Sedang apa kamu disini?"

Aku kembali menolehkan kepala ku menatap keluarga yang tengah bercengkrama dengan kehangatan yang mereka miliki.

Good Or Bad Couple? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang