Angin berhembus dengan tenang. Matahari perlahan muncul dari ufuk timur. Langit yang tadinya suram lama kelamaan menjadi ceria kembali. Bunga-bunga mulai menunjukkan warnanya. Begitu juga dengan Ivy yang mendadak terbangun dari tidurnya. Ivy merupakan seorang anak laki-laki yang tinggal bersama dengan adik perempuannya disebuah rumah di ujung jalan.
"Salvia? Ada apa?" Tanya Ivy kepada Salvia yang merupakan adik perempuannya.
Salvia menggelengkan kepalanya perlahan sebagai isyarat jika dirinya baik-baik saja. Ivy yang melihatnya langsung mengangguk dan menyalakan lampu kamar. Salvia dan Ivy tidur di satu kamar yang sama. Semenjak kejadian itu, Salvia terlalu takut untuk tidur sendirian walau biasanya memang dia tidur dengan kamar terpisah.
"Kak Ivy, Via hari ini tidak masuk sekolah dulu ya? Via sedikit tidak enak badan" ucap Salvia sambil menunjukkan wajah yang meyakinkan.
Ivy merasa aneh dengan apa yang diucapkan oleh Salvia karena tidak biasanya ia enggan untuk sekolah namun Ivy tetap mengiyakan permintaan adiknya itu. Walaupun disebut adik, namun kenyataannya Ivy dan Salvia hanya berbeda 2 menit saja. Karena mereka hanya tinggal berdua maka Ivy lah yang bertanggung jawab dalam rumah itu, ia yang memasak makanan, membuat cemilan, membersihkan rumah dan mencuci pakaian.
"Salvia, aku berangkat dulu ya." Ivy menutup pintu utama dengan perlahan dan berlari menuju sekolah yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat ia tinggal.
Di tengah perjalanan ia bertemu dengan teman yang lumayan akrab dengannya.
"Yo Ivy, gimana sudah mengerjakan tugas?" Tanya Daffodil sambil merangkul Ivy.
Ivy hanya mengangguk saja sambil meledek Daffodil karena biasanya jika Daffodil bertanya seperti itu tandanya ia ingin meminjam buku milik Ivy dan melihat jawaban dari tugas yang sudah diberikan sebelumnya.
Bel sekolah berbunyi dan guru pelajaran pertamapun masuk kedalam kelas. Suasana yang tadinya heboh berubah menjadi hening dan serius. Selama jam pelajaran Ivy tidak serius mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru yang mengajarnya. Ia sibuk melihat kearah luar jendela. Langit biru dan hamparan pasir putih serta germelap air laut yang menjadi pemandangan yang setiap hari ia saksikan dari ruang kelasnya.
Daffodil berusaha memanggil Ivy dan mengembalikan kesadarannya. Ivy yang terkejut hanya terdiam dan memasang wajah bodoh. Ia melakukan itu seakan tidak terjadi apa-apa padahal otaknya sangat berisik sampai ia tidak bisa membedakan apakah suata itu hanyalah imajinasi ataupun bukan.
"Ivy, jika kau merasa tidak enak badan. Aku dan Odil bisa mengantarkanmu ke UKS." Ucap Hazel sambil memegangi tangan Ivy yang ukurannya lebih kecil daripada tangannya.
Ivy menggeleng dan berusaha menyakinkan temannya jika ia baik-baik saja. Mereka yang masih tidak percaya jika Ivy baik-baik saja hanya bisa berusaha mempercayainya dan memakan sisa makan siang.
Tiba-tiba suasana berubah, semua di kelas itu menghilang hanya meninggalkan Ivy sendirian. Langit yang awalnya berwarna biru tiba-tiba menjadi warna hitam tanpa ada cahaya bulan yang menghiasinya. Ivy melihat sekeliling, ia berusaha mencerna apa yang sedang terjadi. Nafasnya menjadi tidak beraturan, ia berusaha memperbaiki nafas yang semakin lama menjadi semakin berat serta mencari obat asma dari dalam tas ranselnya. Rasa takut yang menyelimutinya mengubah hawa sekitar menjadi lebih mencengkam dari sebelumnya. Seketika ia melihat sesosok bayangan tepat didepan wajahnya."Ivy! Sadarlah!"
Suara itu menyadarkannya. Ia membuka matanya dan melihat sekeliling. Ivy menyadari jika dia sudah tidak berada di sekolah melainkan sedang ada di ruang UGD rumah sakit yang letaknya lumayan dekat dari sekolah.
"Tadi selesai makan tiba-tiba kau pinsan dan membuat kami khawatir, saat kami bawa ke UKS tiba-tiba asmamu kambuh jadi dokter UKS langsung menelpon ambulan dan membawamu kerumah sakit." Ucap Hazel sembari menyerahkan tas ransel milik Ivy.
Ivy bersyukur jika apa yang ia alami hanyalah sebuah mimpi. Namun, ia merasa jika mimpi itu sangatlah nyata dan membuatnya tidak bisa membedakan itu mimpi atau bukan. Namun, dengan melihat wajah teman-temannya ia merasa lega dan menganggap apa yang sudah terjadi hanyalah sebuah mimpi belaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ivy
Short StoryMenceritakan tentang seorang anak laki-laki bernama Ivy paska kejadian yang merenggut nyawa orang yang ia sayangi dan dianogsa oleh dokter mengalami skizofrenia.