BELAJAR [2]

4.1K 649 59
                                    

•Renjun 3 tahun•

Jadi hari ini itu hari yang memang benar-benar sial untuk Jeno, lagi-lagi harus mengurus anak kecil tengil satu ini. Kesayangannya Eric itu dari pagi hingga sore tidak bisa diam, Jeno jadi susah melakukan apapun.

"Njun, lo bisa diem dulu ngga? 5 menit aja, kuping gue pengang denger suara lo dari pagi" keluhnya.

"Injun mau belajar daddy Jen"

"Kan tadi siang udah"

"Lagi"

"Gue ngantuk, beneran mau tidur"

Jeno frustasi, tubuhnya berbaring pada karpet halus dibawah lantai. Ia berharap jika Eric segera pulang dan menjauhkan Renjun darinya, baru saja selesai dengan acara makan anak itu. Malah semakin ngelunjak meminta semua hal.

"Gini deh, sekarang tidur.  Nanti malem gue temenin lo belajar"

"Sama jelly"

"Banyak mau nya ya!"

Mendengar suara meninggi Jeno, Renjun melengkungkan bibirnya ke bawah sedih.

"Ya udah iya jelly"

Renjun itu nakal sekali jika bersama nya, berbagai macam benda dan makanan selalu meminta pada Jeno. Contohnya seperti saat ini, sudah ada di dalam mini market berniat hanya membeli jelly beberapa bungkus, Renjun malah meminta agar dibelikan mainan juga.

Anak itu akan menangis jika tidak dituruti. Alhasil daripada membuatnya malu karena tingkah Renjun nantinya, Jeno pun menurut untuk membelikannya saja.

Ini yang membuat Jeno selalu kesal dengan si kecil, pasalnya Renjun tidak nakal seperti ini jika bersama Eric. Ntah lah anak itu selalu menyulut emosi Jeno.

"Lo kan tadi bilangnya mau beli jelly doang!" bentak Jeno setelah sampai dirumah.

Renjun terkejut, bocah berusia 3 tahun itu menatap ayah angkatnya takut hingga pergi menjauh.

"Mau kemana lo?" teriak Jeno, ia lelah sekali mengurus anak itu.

"Injun nakal ya dad"

"Iya lo nakal! Banyak minta! Nyusahin! Cengeng! Ngelunjak!" murka Jeno, tidak menyadari siapa yang ia kata-katai tersebut. Renjun hanya anak kecil, tidak seharusnya ia berkata begitu.

"Coba lo kaya gini ke Eric, palingan udah di kembaliin lagi lo ke panti!"

Renjun menangis, tidak begitu mengerti apa yang Jeno katakan namun terdengar begitu keras dan membuat Renjun semakin takut. Anak itu duduk dilantai bersandar pada sofa, menutup wajahnya yang menangis dengan bantal sofa yang tadi ia ambil.

"Abang bego! Renjun masih kecil tau! Tega banget sih lo ngomong gitu" ntah dari mana Eric muncul begitu saja, mendekati Renjun dan menggendong adiknya.

Sementara Jeno masih saja diam, ia sadar apa yang sudah ia katakan. Tapi kan dia emosi

"Lo kelewatan ya bang! Kalo emang lo ngga bisa sayang sama Injun gue ngga akan titipin dia lagi ke elo"

Eric sepertinya serius dengan ucapan itu, bukan hanya Renjun yang sekarang tidak lagi dititipkan padanya. Tapi Eric juga sepertinya menjauh.

Akhirnya Jeno putuskan untuk meminta maaf saja nanti malam.

.
.

Pintu kamar Eric terbuka perlahan. Yah, pelakunya adalah Jeno. Sudah mengetuk beberapa kali dan memanggil nama Eric tapi tidak ada sahutan sama sekali. Jeno membuka lebar pintu tersebut dan yang dilihatnya saat ini adalah Eric yang sudah tertidur dan Renjun masih bermain dengan buku-bukunya di sebelah adiknya itu.

Jeno menghela nafas sejenak, seharusnya Jeno tidak berkata seperti kemarin. Eric pasti lelah setelah pulang kuliah dan harus menemani Renjun.

Tanpa izin, Jeno mendekati ranjang dan menggendong si kecil juga membawa buku-bukunya. Menuju ruang tengah dengan televisi yang masih menyala.

"Kenapa dad?"

"Lo ngga mau ganggu Eric tidur kan? Jadi belajar disini aja"

Renjun bingung, tidak begitu paham ucapan Jeno. Namun kalimat akhir Renjun menyetujuinya saja. Mereka pun belajar di ruang tengah, Jeno juga sepertinya sudah tidak marah dengan Renjun.

"Daddy Jen, kak Eric nangis"

"Nangis?"

"Eum" Renjun mengangguk cepat, lalu kembali asik dengan buku nya.

Pasti karena Jeno.

Renjun beberapa kali melirik laki-laki itu, takut jika Jeno akan marah lagi. Sebenarnya Renjun ingin sekali bermain dengan ayahnya, namun Eric beberapa hari ini melarang Renjun.

"Daddy Jen marah?"

"Ngga"

"Daddy Jen, ngantuk?"

"Ya, dikit"

Tidak bohong, Jeno memang mengantuk. Sepertinya timing mengajak Renjun tidak tepat waktu dan malah kini dirinya ingin segera tidur.

Tapi melihat Renjun masih asik dengan buku-buku itu, Jeno jadi tidak tega jika meninggalkannya sendirian.

Tunggu,

Sejak kapan Jeno peduli dengan Renjun?

.

.

Pukul 10 malam, suara kecil Renjun mengeja nama-nama buah dan hewan terdengar. Tertawa sendiri saat melihat gambar lucu, semangat sekali anak angkat Jeno itu. Hingga tidak menyadari jika ayahnya sudah tertidur di atas sofa.

"Daddy Jen?"

Tidak ada respon.

"Dad?"

Barulah si kecil melihat Jeno menutup mata dengan bibir terbuka di atas sofa, tertidur. Renjun berdiri dan mendekati Jeno. Tangan mungil nya mengelus pipi tirus sang ayah, tersenyum sendiri. Ia menyukai Jeno, ayahnya itu terlihat lucu jika berbicara. Tapi sangat menakutkan jika marah,

"Mata, hidung, pipi.. bibir" Renjun menyentuhnya satu persatu, masih sempat saja anak itu mendeskripsikan apa yang sudah ia lihat dibuku.

"Injun sayang daddy Jen" katanya tulus sebelum mengecup bibir ayahnya sayang,

Seseorang tersenyum dari jauh, melihat bagaimana kedua kesayangannya itu disana. Eric, tertawa pelan bahagia terlihat di ambang pintu.








Next Later

Baby Renjunnie ver 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang