CHAPTER 39

248 43 112
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyung pakau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyung pakau.

Tidak ada sesuatu yang abid. Jantung hati rengat hingga redum membelasah. Tidak ada fungsinya memuas pada seban. Itu tidak akan membuat predestinasi kembali ke posisi sebelumnya. Jelas kalau resistensi Taehyung hancur. Sesuatu yang presius itu sudah rangup dan Taehyung sepenuhnya tidak terima dengan itu.

Rasa rodan berkonvergen pada serebrum. Hitam mencuat ke permukaan, tetapi basirah dibiarkan memutih supaya presisi tingkah bisa tercapai. Taehyung enggan agahan. Tidak ingin melakukan hal tolol demi sesuatu yang belum diketahui historinya. Jadi, di sinilah Taehyung, netra penuh relap nestapa dan amarah, duduk pada kadera khusus dengan menggenggam si kenya kirana.

Perempuan itu hanya diam menahan diri—untuk tidak segera bangun, sepertinya. Jiya seperti sandang masai kemarin malam. Hasai sekali. Kembali merasakan repetisi fragmen, tetapi dengan rasa yang berbeda. Jiya eksesif sekali saat itu. Sesuatu yang normal lantaran Jiya membenci hal buruk terjadi lagi. Kenya tersebut tahu rasanya abortus dulu dan itu menjadi alasan perkara kerusakan atma dan mental Jiya. Satu-satunya alasan mengapa Jiya super eksesif hingga diam sumarah dengan daksa terbaring sebab tidak terima tatkala ia betul-betul mengalami abortus lagi. Kehilangan dua hal presius sekaligus.

Dalam beberapa alasan, Taehyung merasa Tuhan itu kejam. Untuk pertama kalinya ia mengikuti adicita kenya kirana yang memang notabene tidak sepenuhnya percaya eksistensi Tuhan; meski sedikit percaya kalaupun ada Tuhan, Tuhan itu kejam. Taehyung satu pikiran dengan gagasan Jiya sekarang lantaran Taehyung membenci sirkumstansi ini.

Satu hal nonsens yang super gila, Jiya bahkan bisa abortus bukan sebab memiliki seribu ton beban pada serebrum. Memang Jiya seperti itu, tetapi itu bukan alasan utamanya. Taehyung tidak tahu hal apa yang sebenarnya tengah terjadi; katanya, Jiya meminum medikamen khusus abortus. Bagi Taehyung, itu nonsens. Jiya bahkan tidak menyimpan obat-obatan semacam itu. Yang lebih esensial, Jiya menginginkan dua buah hati itu. Tidak normal jika Jiya sendiri yang melakukan itu.

Taehyung pakau.

Taehyung mendengus benci. Namun, alamin tetap runtuh dan adam itu mutlak kusat-mesat dengan eksistensi likuid asin meluruh dari netra. Opsi termudah, jadi dia hanya terdiam tolol. Hanya saja serebrum tetap bekerja memublikasikan nyaris beribu kapabilitas histori atas ini. Pasti ada yang terlewatkan, pikir Taehyung.

𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang