[ Kelas kosong ]

486 69 3
                                    

Pukul 9 malam di suatu ruangan kampus yang gelap dan sepi, dua mahasiswa yang seharusnya sudah pulang rapat malah mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Jennh.. hhh.. hh.."

Jeno mengangkat dan membalikkan Jaemin, lalu mencium bibir Jaemin dengan nafsu. Lidahnya bergelut dengan milik Jaemin yang masih tersengal-sengal karena pelepasannya.

"Jennh, mmh, udaah, kalo gini kamu bisa berdiri lagi~"

"Hehe, maaf na, lagian kamu enak banget sih,"

Muka Jaemin memerah, "Mesum!"

"Mesum? Siapa tadi yang pas rapat megang-megang burungku hah?" Tanya Jeno sambil mengancingkan kemeja Jaemin, dan juga memakaikan celananya yang berantakan karena aksi brutal mereka tadi.

"Kan aku bilang ga sengaja~ kamu malah culik aku ke ruangan ini," kata Jaemin sambil mengancingkan kemeja Jeno juga.

Jeno tersenyum, dia bahagia sekali.

Sahabat terbaiknya adalah kekasihnya.

Eh? Kekasih?

Sebenarnya..

Jeno dan Jaemin memiliki hubungan.

Lebih tepatnya, hubungan diam-diam.

Cuma beberapa orang yang tau dan tentu saja geng mereka ngga tau sama sekali.

"Ayo jen~ Kalo lama-lama disini Haechan bisa curiga," kata Jaemin.

Jeno mengangguk, hubungan mereka ini tidak ada yang tau.

Alasannya adalah karena dia dan Jaemin masih belum siap untuk memberi tau hubungan mereka, dan masih banyak lagi.

Maka dari itu, keduanya sepakat untuk menyembunyikannya. Entah sampai kapan.

Jeno mengambil tasnya dan juga tas Jaemin, setelah memastikan tidak ada yang tertinggal di kelas kosong itu, keduanya keluar dari sana.

Baru 5 langkah dari ruangan kosong tadi. Tiba-tiba...

"Lah? Kalian disini?" Tanya Haechan yang entah muncul darimana.

"WAAAAAA!!" Keduanya teriak, kaget dengan kehadiran Haechan dari belakang mereka.

"Ya ampun Chan! K-kamu daritadi disini?" Tanya Jaemin horror. Jangan-jangan Haechan daritadi denger suara-suara laknatnya?!

"Nggak! Gue abis dari koridor sebelah, basketnya baru selesai anjir lama banget," kata Haechan ngomel-ngomel.

Jeno bernapas lega, "Jadi? Gimana? Tim Mark menang?" Mereka berjalan menuju parkiran kampus.

Haechan menggeleng, "Kalah 4 poin, dia lagi ngamuk-ngamuk dan mau lanjut latihan nyampe jam 10 katanya, udah gila emang."

"Hush ga boleh ngomong gitu ke pacar sendiri," kata Jaemin pada Haechan.

"Bodo amat, paling dia juga marah gue pulang duluan! Males ngeladeninnya kalo nyampe kamar ngeluh terus tentang basket!"

"Oh, hari ini ga pulang ke apartemen Mark?" Tanya Jeno.

"Ngga! Mau balik ke rumah aja, kalo dia emosi bisa-bisa gue yang dihajar nyampe rumah," kata Haechan.

"Wew, dihajar kayak gimana tuh?" Tanya Jeno usil.

"Ck," decih Haechan kesal.

"Hush Jeno jangan jailin Haechan," kata Jaemin.

"Terus kalian abis ngapain tadi di kelas? Ada yang ketinggalan? Nyusahin gue aja deh harus nyari-nyari kalian," Tanya Haechan yang kini mengecek ponselnya, entah apa yang menarik disana.

"E-eh iya chan, Jeno nyari hape nya yang ketinggalan sebelum rapat," jawab Jaemin salah tingkah.

"Oh. Terus? Ketemu?" Tanya Haechan.

"Nih," kata Jeno menunjukkan ponselnya.

Haechan mengangguk, dan ketiganya melanjutkan jalan bersama ke parkiran kampus.

Jeno merangkul Jaemin dan diam-diam berbisik di telinga Jaemin,

'Nanti nyampe rumah, gaya lain ya na,'

'Iih apaan si Jenn!'

Sedangkan Haechan yang berjalan di kiri mereka mengecek ponselnya untuk memberi pesan pada Mark memberi tahu untuk pulang duluan.

Namun sebenarnya diam-diam ia memperhatikan kedua sahabatnya sedari SD itu,

'Jaemin, jaemin. Desahan lo kedengeran kemana-mana anjir,' Batin Haechan dalam hati.

-Tbc

youth // yangren - 00lTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang