Braak!
Seseorang menggebrak pintu rumah Reyna. Reyna yang menghadap kebelakang segera melihat itu dan menemukan Abangnya yang ngos-ngosan dengan tangan bertumpu pada lutut.
Ray menurunkan Reyna karena Reyna menuntut untuk turun. "Abang kenapa?" Tanya Reyna polos.
"Meninggal! Udah tau lagi ngos-ngosan pake nanya lo dek" Abian berjalan ke sofa untuk mengistirahatkan tubuhnya.
"Kenapa?" Tanya Ray.
"Dikejar anjing gue! Bangsat banget tuh anjing. Udah anjing, sok ngejar-ngejar gue lagi. Tipe gue gak kek anjing. Tipe gue mah yang Sexy. lah? Boro boro tuh anjing Sexy, dada aja kagak gede" Cerocos Abian mendapat tatapan bingung dari Reyna.
"Maksud abang gimana?"
Nah kah mampus, Batin Abian.
Ray menatap tajam Abian. "Gak ada, sayang. Abang kamu gak usah didengerin. Dia agak sedeng karena otaknya goyang-goyang pas dikejar ama Anjing" Ucap Ray memberi pengertian.
Abian membelakkan matanya. "Bangsat lo Ray! Gak gue restuin lo ama Adek gue. Mampus!" Ejek Abian dengan senyum kemenangan.
"Emang lo siapa? Anak pungut aja bangga" Sindir Ray dengan nada datar.
"Hah?! Hahahaha... gue? Anak pungut? Gak liat lo muka glowing gue yang ganteng ngalahin Cowo korea kesukaan Adek gue mirip emak sama bapak gue?"
"Emang ada muka glowing yang ada jerawat?"
Abian mengembuskan nafas kesal. Ia beralih duduk disamping Reyna. Lalu bergelayut manja membuat Ray menatapnya tajam.
"Deekk... cowo lo ngejek abang. Gak usah nikah sama dia. Dia jahat sama abang" Rengek Abian.
"Gak usah pegang cewe gue. pegang aja jodoh lo sana" Ray menyentak tangan Abian dengan kasar.
"Kasar banget lo! Apa mungkin lo lembutnya ama cewe doang? Apa lo punya cewe lain selain adek gue?" Tuduh Abian meunjuk Ray.
"Bacot" Ray memilih memeluk Reyna dan menyembunyikan wajahnya di leher jenjang Reyna yang terekspos karena cepolan rambut Reyna.
Reyna hanya diam dan memerhatikan kedua laki-laki yang berada disamping kanan dan kirinya. Kalau boleh jujur, Reyna gak ngerti apa yang mereka bahas.
"Aaa! Reyna gak ngerti apa yang kalian omongin" Ketus Reyna.
"Gak usah dingertiin" Ucap Ray dengan suara teredam.
"Yaudah lah. Daripada jiwa jomblo gue terumbar-umbar, mending gue Ngedugem" Abian berjalan kearah kamarnya dengan malas.
"Bram... kita ke rumah Vio yuk. Vio kan sahabat Reyna. Reyna juga udah maafin Vio" Ucap Reyna mengelus surai rambut hitam Ray.
Ray menggeleng. Ia mengeratkan pelukannya. Sesekali ia mengecup. Tidak meninggalkan jejak kok. Terlalu nyaman untuk melepaskan pelukan Reyna.
Reyna mengembuskan napas pelan. Ray sangat keras kepala. Jika ia mengatakan A ia akan melakukan A dan sebaliknya. Musti diancam baru nurut.
"Braam...!" Rengek Reyna.
Satu hal yang tak diketahui oleh Reyna, kalau Reyna merengek membuat Ray tambah tak tega untuk melepas pelukan ini.
"Bram!" Reyna memanggil karena tak ada pergerakan dari Ray.
Reyna melonggarkan pelukannya dan menemukan Ray yang tertidur. Reyna menggelengkan kepalanya melihat Ray yang seperti anak bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESIVE RAY (END) ✔︎
Teen Fiction"Lo pacar gue! Dan milik gue selamanya" Ucap lelaki itu memegang lembut dagu Reyna "Kamu mau Reyna jadi milik kamu? Tapi, Reyna gak mau..." Tolak Reyna lembut menatap kedua manik mata cowok tersebut dan tak lupa bibir yang dimanyunin kedepan menanda...