32. Jajan

73.1K 7.3K 71
                                    

Satu jam setelah Lera dan Dito menyelesaikan kegiatan makan mereka disalah satu restoran, mereka memutuskan untuk jalan-jalan.

Lebih tepatnya Dito yang memaksa Lera untuk jalan-jalan lebih dulu, tiga puluh menit sudah Dito mengendarai motornya keliling kota. Hingga ia menepikan motornya ditaman kota yang lumayan ramai dengan udara yang dingin.

Jika ditanya kenapa pilih motor ketimbang mobil, jawabannya agar Dito bisa modus dengan Lera memeluknya dari belakang. Atau saat anak itu kedinginan ia bisa memakaikan jaket yang ia kenakan pada Lera. Itu jika menurut Dito.

Beda dengan Lera, anak itu tak masalah keluar jalan-jalan menggunakan mobil atau motor yang penting sampai tujuan dengan aman dan yang pastinya membeli makanan.

"Ra kamu mau jagung bakar nggak?" tanya Dito.

"Eumm? Boleh" ucap Lera, sepertinya malam yang dingin akan menyenangkan jika makan jagung bakar yang hangat. "Dua ya" lanjut Lera sembari tersenyum kecil.

Dito mengangguk sembari tersenyum manis. Sembari menunggu antrian Dito mengajak Lera untuk membeli jajanan lainnya.

"Kamu mau beli apa lagi?"

Lera melihat sekeliling. "Lera mau cilok" ucap Lera.

Matanya terus menelusuri setiap pedagang kaki lima yang ada ditaman. "Mau sate juga, coklat panas juga boleh" ucap Lera lagi.

Dito yang berdiri disampingnya pun tak berhenti untuk mengembangkan senyum manisnya, tak sia-sia ia bertukar jadwal piket dengan temannya.

Tangan Dito terulur untuk mengusap kepala Lera pelan. "Ayo beli" ujar Dito.

Lera tersenyum manis, entahlah bagaimana lagi perasaannya malam ini. Rasanya masa kecil yang dulu pernah ia rasakan bersama ayahnya terulang kembali, dulu sering sekali ia pergi ke pasar malam atau taman kota sekedar untuk membeli banyak makanan dan bermain bersama adiknya.

Namun hal itu sudah tak bisa ia rasakan lagi. Tapi sepertinya malam ini akan menjadi hari yang sama seperti dulu. Bedanya ia kali ini berjalan berdua dengan Dito bukan ayahnya lagi.

Selesai memborong banyak makanan, Lera dan Dito duduk pada bangku bulat serta meja bulat yang tersedia ditaman untuk menyantap makanan yang mereka beli.

Tanpa sadar sejak tadi Lera terus mengembangkan senyumnya, meskipun tak terlalu lebar itu sudah membuat Dito puas memandang wajah cantik Lera ketika tersenyum.

"Seneng banget neng makanannya banyak, nggak takut gemuk?" tanya Dito.

Lera melahap bulatan cilok kedalam mulut, lalu menggelengkan kepalanya.

"Om gamau?" Lera menyodorkan satu bulatan cilok pada Dito.

Dito menggeleng. "Kamu makan aja dulu, saya udah kenyang"

Meskipun mereka tadi sudah makan di restoran, tetap saja perut Lera masih muat diisi dengan jajanan didepannya. Namanya juga cewe kalo liat makanan sebanyak apapun pasti mendadak perutnya bisa melar, meskipun sudah makan banyak masih bisa diisi.

Lera terus asik menyantap jajanannya, tak sadar jika diam-diam Dito mengamati setiap jengkal ukiran wajahnya.

"Ra"

"Umm?"

"Kamu nggak pernah gunain kartu kredit yang saya kasih?" tanya Dito.

Lera berhenti mengunyah, tiga detik kemudian ia kembali mengunyah dan menelan makanannya. "Pernah"

"Kamu pake buat beli apa aja? Kenapa uangnya nggak berkurang?"

Lera menyipitkan matanya. "Bukan uangnya yang nggak berkurang, cuman saldo om aja yang kebanyakan"

"Bukan gitu juga sih, seharusnya kamu gunain buat belanja kek, beli sepatu mahal, tas atau apapun yang kamu mau" ujar Dito.

Lera menghentikan kegiatan makannya. "Saya nggak butuh itu semua om, yang saya butuhin cuma ayah"

"Uang yang banyak belum menjamin saya bahagia. Saya cuma kangen sama ayah yang dulu" lanjutnya pelan.

Dito meraih tangan Lera dan menggenggamnya erat. "Kamu bisa anggep saya jadi ayah kamu kalo kamu kangen sama ayah, kamu nggak perlu kesepian lagi karna udah ada saya"

Lera menatap Dito lamat, setelah ia tersenyum miring. "Kalo dianggap ayah berarti om nggak boleh cium- cium saya lagi, kan ada batasannya."

"Ehhh kok gitu, maksud saya gini. Kamu bisa anggep saya sebagai ayah kamu kalo kamu kangen sama ayah, tapi buat nggak nyium kamu saya mana bisa Ra" ujar Dito.

Lera menarik tangannya sambil menyipitkan mata.

Gue nggak boleh kecolongan lagi!

Lera terus melahap makanannya, matanya menelusuri setiap sudut taman hingga ia melihat dua anak kecil kira-kira mereka berumur 3 atau 4 tahun yang bermain kejar-kejaran dengan tangan yang menggenggam bola kecil.

Sepertinya mereka berdua kembar tapi beda gender, masalalu Lera saat bermain seperti anak itu kembali berputar. Dulu ia sangat sering Hera menjahilinya agar ikut bermain lari-larian, tapi Lera selalu menolak.

Bukan sengaja tak mau, jika sampai diantara mereka berdua ada yang jatuh atau mereka sama-sama jatuh ayahnya tak akan membelikan mainan baru. Lera pun juga jadi sasaran karna tak bisa menjaga adiknya, padahal sudah sering Lera memperingati Hera agar berhati-hati saat bermain. Tapi yang namanya anak kecil, susah tuturannya.

"Kamu pengen Ra?" tanya Dito membuyarkan lamunan Lera.

Lera menoleh. "Apa?"

Dito menunjuk kedua anak kembar itu menggunakan dagunya.

Lera mengikuti arah yang ditunjuk Dito, sejenak otaknya loading. Lemot sekali jalan fikir Lera jika membahas seperti ini.

"Kamu pengen punya twins kaya mereka ngga?" tanya Dito.

"Twins?"

Dito mengangguk.

Lera memperhatikan dua anak kecil itu sembari tersenyum tipis. "Mereka lucu, siapa yang nggak pengen punya anak kaya mereka" ujar Lera.

Dito mengangguk-anggukkan kepalanya. "Nanti bikin" ucapnya enteng.

"Heh?!"

"Apa?"

Pipi Lera mendadak panas, absurdnya sekali pembicaraannya. Ucapan Dito juga terlalu frontal, kenapa harus menggunakan kata 'nanti bikin' otomatis secara tak lain pria itu mengajaknya melakukan proses ehmm itu bukan?!.

"Pulang om"

"Pulang? Makanannya belom abis loh"

"Emm dimakan dirumah nanti, atau om mau makan? Lera kenyang" ujar Lera.

Dito mengacak-acak rambut Lera gemas. "Gimana nggak kenyang, jajan yang kamu beli sebanyak ini"

"Ini tinggal sate yang masih, kamu bawa aja. Terus sampahnya dibuang" ucap Dito.

Lera mengangguk, otaknya mendadak menjadi geser. Cepat-cepat ia membuang pikiran kotornya atau bahkan melupakan ucapan Dito barusan.

°°°°°

Chapternya pendek!
Iya, karna lagi ada eungg begitulah dirumah.
GAJE ANJIR

Astaghfirullah:)

Thanks all
Stay healthy!

Buat kalian yang lagi ada masalah dan bikin kalian down, lebih baik kalian istirahatin fikiran kalian dengan ber-HALU. Karna biasanya aku gunain jalan ninja Halu biar nggak stres:)

Huhuhu curhat! Gapapa kan di chapter awal aku pernah bilang kalo aku nulis cerita ini sekalian curhat hehe:)

Nggak mau dengerin yaudah! Jan kebanyakan lambe.

Jodohku Polgan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang