꒦ ︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶ ꒦
Sunghoon menilik cakrawala diluar genting kaca kecil dapur, rumahnya boleh punya jendela, tapi tetap minim cahaya. Untuk mengakalinya Sunghoon mengubah dua buah genting dari bahan tanah liat ke genting kaca yang ia beli dari desa. Setidaknya itu bisa membantu Sunghoon membaca cuaca di luar.
Horizon menampilkan lazuardi cemerlang, awan-awan putih bagai kapas menghiasnya. Malam ini Sunghoon akan keluar rumah mencari jangkrik lagi di hutan, toples yang biasa terisi jangkrik itu mulai rumpang---isinya sudah masuk ke perut Sunghoon. Bersemayam nyaman di sana.
Bagi Sunghoon ada sensasi tersendiri bila sudah mengunyah jangkrik. Kepalanya akan dihias sembilan awan putih tebal, itu salah satu cara untuk menaikkan dopamin dalam otaknya.
Kedua kaki panjang Sunghoon melangkah, ia siap pergi ke tengah hutan. Ibunya kemungkinan masih tertidur dikamar, ia langsung keluar naungan tanpa mau mengganggu istirahat sang ibunda.
Melirik keluar dari celah batang bunga matahari besar, Sunghoon memastikan tak ada orang lewat. Ia menyisir perlahan pohon-pohon yang tak ayal patah, bunga matahari itu memenuhi sebagai pekarangan rumah yang termasuk dalam hutan milik negeri ini. Warga dibebaskan memakai sumber daya alam di hutan selama ada surat perizinan. Pasal rumahnya, Sunghoon tidak tahu sudah ada surat izinnya atau belum. Ibunya tak pernah berbagi cerita.
Diingat lagi, Sunghoon memenangkan jajak pendapat soal siapa laki-laki paling tampan diangkatan ke 57 di sekolah. Ia sendiri tak menyangka akan memenangkan jajak pendapat tersebut, Sunghoon tahu sih dia tampan, tapi bukannya masih ada pemuda lain? Kenapa dirinya yang harus terpilih?
Sunghoon jadi harus repot-repot menolak hadiah dari para pemudi yang mendekatinya. Ia punya resistansi rendah bila berhadapan dengan banyak perempuan, sepuluh saja kadang terlalu merepotkan. Apalagi ini setengah dari jumlah perempuan satu angkatan.
Sunghoon menemukan tempat apik untuk mencari jangkrik, surya menunjuk pukul setengah enam sore, warna oranye menyembur cantik diufuk barat langit. Suara krik-krik dari jangkrik mulai terdengar apas dari kejauhan. Tak butuh waktu lama untuk mendapatkan buruan pertama.
Tentang kelainan Sunghoon ini, belum ada satupun yang tahu. Lebih baik jika ia merahasiakan nya. Jika ia membeberkan kecanduan anehnya ini, maka pastilah semua orang akan jijik dengan Sunghoon.
Nyaris dua jam Sunghoon mengintip-intip tumpukan batu di tanah merah itu, jangkrik ditoples terisi penuh. Namun, Sunghoon masih mau mencarinya, ia butuh sekarang juga. Ia mau merasakan dagingnya yang empuk bila dikunyah. Menurut rasa jangkrik mirip dengan daging belalang.
"Zeta, lu makan jangkrik mentah?!!"
Merinding bulu kuduk Sunghoon mendengar suara horror dari samping kirinya, menelan ludah dan sisa daging jangkrik di dalam mulut susah payah, ia berusaha mengontrol raut mukanya. Benar, suara tersebut datang dari bibir Aldhafera Lavinia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᵒⁿ ʰᵒˡᵈ Sinthink ; Sunghoon
Fanfiction"Rakjel itu apa?" "Rakyat jelita." Ini memuat kisah Sunghoon yang harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia akan dieksekusi bila terbukti melakukan pencurian dan penggelapan uang kerajaan. Tidak ada yang mengetahui asal-usul Sunghoon, bahkan keluar...