33. Blood and Tears [END]

222 30 4
                                    

33. Blood and Tears [END]

 

Tubuh Yoongi membeku ketika baja dingin itu menembus tubuhnya. Dia bisa melihat Loki meronta-ronta di dalam kurungan barunya, petir menyambar-nyambar tubuhnya karena memberontak. Suasana lapangan itu menjadi hening atau mungkin telinga Yoongi yang mendengung keras. Yoongi terjatuh berlutut dan di tahan oleh tangan kekar di bahunya sebelum terbaring.

“Yoongi!! Tidak… tolong… jangan tinggalkan aku!” Jimin menangis menahan tubuh kekasihnya. Dia menatap pedang panjang itu menembus jantung kekasihnya. Darah merembes dari lukanya. Tidak ada yang berani menarik pedang itu dari tubuhnya.

“TAEHYUNG!!! KIM TAEHYUNG!!!” Jimin berteriak keras membuat Yoongi mengerutkan kening sambil terengah-engah.

Taehyung datang dan menatap pemandangan mengerikan di depannya. Tidak hanya Taehyung, namun seluruh demigod dan einherjar mengelilingi mereka.

“Kim Tae! Selamatkan dia!” Perintah Jimin.

Taehyung meraba tubuh yang mulai mendingin itu. Tapi tangannya gemetar hebat, tidak ada cahaya yang keluar dari tangannya. “Jim, aku tidak bisa. Jantungnya sudah terluka parah, ini luka yang fatal.” Ujarnya.

“Brengsek!! Kamu tidak membantu!! Teman macam apa kamu!!!”

“J-jim,” Dengan susah payah Yoongi membuka matanya. Tangannya sudah tidak bisa ia gerakan, bahkan untuk nafaspun sangat sulit. “Jangan-marah-padanya.” Suara Yoongi tersendat-sendat sedangkan yang di ajak bicara sudah menangis keras.

Hingga ada saat ketika Yoongi tidak bisa bicara lagi. Matanya sudah menutup namun dia masih bisa membatin dan bicara pada Jimin. ‘Anak kita. Aku tahu kamu membesarkannya di luar perutku. Jaga dia, bilang kalau aku menyayanginya. Dan aku mencintaimu. Sangat mencintai—‘

 

“Tidak… Tidak!!!! Bicara padaku lagi!! Tolong! Bicara padaku lagi!!!!”

Suga yang berada di sana dari tadi hanya diam menyaksikannya. Air matanya sudah mengalir tanpa henti.

“Min Suga, ini semua salahmu! Seharusnya kamu yang mati, bukan?” Loki berteriak dari dalam penjara barunya, kali ini dia sudah tidak memberontak. Tangan dan kakinya terikat dan dia tidak bisa bergerak sama sekali.

Suga masih diam, rencananya gagal. Gagal untuk mencegah siapapun mati. Dan ternyata yang mati adalah saudara kandungnya. Dia bahkan baru bertemu dengannya beberapa bulan yang lalu. Dan sekarang sudah dipisahkan dengan kematian. Dia tidak akan pernah bertemu saudaranya lagi. Suga mendengar Jimin yang menangis keras di hadapannya hingga ia mendatanginya.

“Jimin, kami semua merasa sedih juga. Tapi, mari kita lepaskan penderitaanya.” Suga menunjuk pedang yang tertancap di dada Yoongi.

“Tidak adakah yang bisa membawanya kembali? Aku mohon!” Jimin berteriak sambil menatap seluruh orang yang berkeliling di sekitarnya.

“Jim, jika kamu tidak sanggup, biar aku saja.” Ujar Suga sambil berjalan mendekat.

Jimin mencegah lengan Suga yang hampir mencapai gagang pedang. “Beri aku waktu.” Mohon Jimin.

Pemuda itu menatap wajah sang kekasih untuk kesekian kalinya. Wajah yang membuat dia jatuh hati di saat awal pertemuannya di sekolah. Walaupun Yoongi membencinya hanya karena menjadi idola para siswa yang membuat sekolah selalu heboh dan mengganggunya. Kemudian ketika mereka memberitahu siapa Yoongi sebenarnya, wajah terkejutnya, wajah penuh tekadnya ketika sahabatnya sekarat. Terutama ketika dia menembak Yoongi di bawah laut, melakukannya di sana. Jimin akan rindu itu semua, rindu senyuman malu-malu di wajahnya yang dingin, apalagi ketika dia malu, wajahnya akan berubah semerah tomat.

The Gods : And The End Of Two Worlds [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang