Kisah Cinta 20 Menit

195 41 134
                                    

London, 1890

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


London, 1890.

Kaki -yang berbalut Sepatu Baroque hitam dengan corak biru terang- berlari kecil mengejar sang waktu. Tumit sepatunya yang berbenturan dengan batu jalanan ikut mengisi suara keramaian kota London. Dengan alas kaki yang seperti itu, tentu dia sulit untuk berlari pada tempo cepat. Namun apa daya, dia harus menggunakan sepatu hak tinggi itu sebagai bentuk formalitas saat bertemu sang atasan nantinya. Tangan kanan dan kirinya sedikit mengangkat gaun formal itu agar lebih leluasa berlari.

"Sial, sial, sial, sial" gumam Wanita itu selagi berlari. Dirinya kesal karena tertimpa banyak hal buruk seharian. kesialan yang dia alami hari ini membuatnya bertanya-tanya, kesalahan apa yang telah dia buat pada dewi Fortuna? sehingga ia mendapat banyak kesialan. Mulai dari bangun kesiangan, gaun pesanan yang belum selesai, dan sekarang pertemuan mendadak dengan atasan. Perempuan itu hanya menginginkan ketenangan di hari libur, itu saja.

Ingin rasanya dia menyewa kereta kuda. namun, keuangannya bulan ini bisa dibilang tidak cukup baik. Jadi dengan terpaksa dia harus berlari menuju kantor. Perempuan itu terus berlari, berharap bisa sampai tepat waktu. Tapi tak lama, dewi fortuna lagi-lagi tidak berpihak padanya. Hujan turun begitu derasnya, membubarkan kerumunan kota dari pinggir jalan. Sebagian berlari berteduh ke teras-teras bangunan dan sebagian lagi membuka payungnya masing-masing lalu lanjut berjalan.

Wanita itu lagi-lagi menjumpai kesialan yang berumpun, dirinya ikut berteduh di depan sebuah cafe. "Aaaaa- kenapa di saat seperti ini hujan turun? Aku sudah terlambat" keluhnya.

Angin meniup kencang rintik hujan, sehingga tetesan hujan itu jatuh dengan arah yang miring. Sepatu elegan yang tadinya mengkilap, kini basah terkena hujan. Wanita berumur 23 tahun itu merintih kedinginan, sambil memeluk kedua tangannya saling menyalurkan kehangatan. Demi Tuhan, dia sangat sial hari ini. Apa nanti dia akan mendapatkan kesialan lainnya? Potongan gaji misalnya? Hell no. Gelisah terukir di wajahnya, ia terus berdoa agar hujan segera berhenti.

Sampai suara seorang pria menginterupsi, "Permisi nona". Perempuan itu sedikit terkejut dengan suara yang tiba-tiba terdengar dari belakang kupingnya, dirinya bergeser ke kanan dan melihat laki-laki muda keluar dari cafe tempat dia berteduh. Sedari tadi dia berdiri di depan pintu cafe, wajar dia menghalangi jalan masuk dan keluar. Sedikit merasa bersalah si Wanita hanya mengangguk sopan.

Laki-laki itu tersenyum teduh menghargai anggukan hormat lawan bicaranya, kini ia hendak melewati si wanita. Namun, langkah lelaki itu terhenti, dirinya menoleh pada perempuan yang lebih dewasa darinya. "Butuh tumpangan nona?" Wajah tampan itu tersenyum manis.

Yang di tawari sedikit terpesona dengan wajah lelaki di depannya. Sampai dia lepas dari lamunan dan terdiam, tidak mendengar ucapan lawan bicara. "Maaf?" Ucap perempuan itu meminta untuk mengulangi apa yang di ucapkan si lelaki.

Pria muda itu tersenyum lagi "butuh tumpangan?" Katanya sambil menunjukkan payung hitam miliknya pada si wanita. Perempuan itu terdiam sejenak, Sedikit ragu, bagaimana kalau lelaki ini orang jahat? Tapi, jika ditolak kemungkinan dia bisa menunggu hujan lebih lama. Tanpa berpikir lebih panjang wanita itu mengangguk, dia tidak ingin mendapat kesialan lainnya jika tetap menunggu.

(✓️) Tales Under The Umbrella 『️Kang Taehyun』️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang