Tiga tahun kemudian.
Aku sedang fokus merampungkan tulisan mengenai sejarah salah satu kerajaan terbesar di pulau Jawa, lengkap dengan silsilah kerajaan dan peninggalannya untuk kemudian aku cantumkan pada blog sejarah yang kubuat sejak dua tahun lalu. Siapa sangka blog ini cukup ramai dikunjungi oleh orang-orang, terutama para siswa sekolah yang sedang mencari tugas pelajaran sejarah dan para siswa yang akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Sebab aku benar-benar menuliskan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh orang awam, disertai dengan sumber-sumber yang jelas. Hanya saja terkadang aku merasa sedikit kesal dengan orang-orang yang membuat blog serupa namun hanya menyalin secara sepenuhnya dari blog milikku tanpa mencantumkan sumber. Orang-orang zaman ini begitu seenaknya saja mengambil milik orang lain tanpa izin, padahal aku menulis artikel-artikel ini penuh perjuangan karena membaca buku dan jurnal satu persatu.
Mela tengah sibuk dengan ponselnya, melihat-lihat beranda media sosial, kemudian berganti dengan portal video online yang banyak digunakan oleh orang-orang. Sesekali ia tampak melirik tulisanku, kemudian kembali berfokus pada kesibukannya. Berbeda dengan Aria, ia tampak uring-uringan di depan laptop miliknya, berhadapan dengan begitu banyak angka-angka pada laporan keuangan usaha percetakan milik keluarganya. Sejak kami sama-sama lulus dari kampus, meskipun berlatar belakang ilmu sejarah, kami memiliki pilihan pekerjaan yang berbeda-beda.
Aku berhasil mengejar ketertinggalanku pada semester saat aku cuti, lulus dengan nilai yang cukup memuaskan dan melanjutkan pekerjaan sebagai pemandu wisata bersejarah di kota Jakarta, bekerja sama dengan Museum Sejarah Nasional. Aku menghabiskan waktu hampir setiap hari menemui para turis asing untuk membawa mereka berkeliling. Disamping itu, aku juga sibuk dengan riset dan menerbitkan artikel-artikel sejarah sebagai hobi dan batu lompatan untuk mimpiku yang sebenarnya: menjadi penulis buku sejarah.
Berbeda denganku, Mela berkata ia sudah muak berhubungan dengan sejarah karena wajahnya tampak semakin tua dan semakin mirip dengan fosil meganthropus paleojavanicus, ia memutuskan untuk melenceng dan bekerja sebagai social media officer pada salah satu perusahaan start-up ternama di Indonesia. Karena ia begitu suka menghabiskan waktu di sosial media, terlebih ia memang cukup pintar menganalisis tren, kurasa ia cukup menikmati pekerjaan ini.
Aria pun begitu, ia tidak tertarik untuk bekerja yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya dan memutuskan untuk melanjutkan usaha percetakan milik keluarganya dengan posisi sebagai direktur eksekutif. Kuakui Aria cukup mahir dibidang ini, karena ia telah cukup lama berhubungan dengan dunia desain dan percetakan untuk iklan. Masih ingat dengan kerjaan sampingannya sebagai desainer grafis yang tugasnya mendesain undangan pernikahan semasa kuliah? Ternyata ia menekuninya setelah lulus di percetakan keluarganya dan membesarkan nama percetakan itu di Jakarta, hingga pada akhirnya ia dipercaya untuk menjadi direktur eksekutif dan bertanggung jawab langsung untuk mengawasi kualitas produk perusahaan itu.
Kami sedang bertemu untuk pertama kalinya setelah berbulan-bulan sibuk pada pekerjaan masing-masing. Kafe yang kami kunjungi pun tak jauh dari kantor Mela, sebab ia yang paling sibuk dan paling sulit ditemui. Aku menutup laptopku dan menatap mereka berdua.
"Sebentar, kita ke sini buat ketemuan kan? Kok malah jadi sibuk sama kerjaan masing-masing?" tanyaku bingung.
Aria dan Mela tertawa, "Tau nih Aria malah buka laptopnya di depan kita, jadinya ya kita kebawa arus malah fokus sama kerjaan sendiri," sahut Mela menunjuk Aria tanpa rasa bersalah.
Laki-laki itu menatap kami berdua, kemudian ia menutup laptopnya, "Iya ini udah selesai kok. Pusing gue ah pemasukan dikit banget gara-gara ada percetakan baru di seberang kantor gue, dan mereka lagi promo gitu jadi pada rame ke sana," keluh Aria dengan wajah sedikit kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania van Batavia [✔️]
Ficção Histórica# THE WATTYS WINNER 2021 IN HISTORICAL FICTION # Previous Title: "Namanya Hoesni" Aku Rania, seorang mahasiswi tahun akhir ilmu sejarah yang sangat menggemari kisah-kisah menakjubkan dari pergerakan nasional bangsa Indonesia pada masa kolonial. Semu...