Sejujurnya Pranayoga bukan masalah dalam hubungan gelap mereka. Yang menjadi masalah adalah diri mereka sendiri yang saling sulit percaya dan ketakutan untuk terpisahkan. Bukannya Juita tak tahu, diantara mereka ada rasa yang tak bisa digambarkan dengan bahasa mulut semata. Namun, itu tidak boleh terjadi. Ada batas kuat, dinding penyekat, dan bahkan kumpulan pedang runcing yang siap menanti mereka ketika terjatuh dalam jurang cinta.
"Ta," panggil Gerka dari balik pintu kamar mandi yang tengah Juita gunakan. Pria itu rupanya menunggunya. Padahal sudah lebih dari sepuluh menit Juita berada di dalam dan tidak benar-benar membersihkan diri.
Tak berniat untuk membalas panggilan itu, Juita menghabiskan banyak tisu untuk membasuh dirinya. Ia tak membawa pewarna bibir, bagaimana teman-teman yang lain menatapnya yang pucat? Karena mempertahankan warna lipstick yang pudar sudah teramat jelek untuknya. Ah, sudahlah! Lupakan soal lipstick. Juita harus segera turun dan tidak berada dk kamar mandi terus menerus.
Saat keluar, Gerka menyambutnya dengan tatapan serba salah. Keduanya tahu mereka sangat bingung untuk memulai dari mana. Namun, Juita juga sedang tak bernyawa untuk mengimbangi sikap Gerka yang sehabis semena-mena akan membujuk untuk berdamai.
"Saya turun duluan, Pak—" Gerka, seperti yang Juita tebak, pria itu menghalangi usaha Juita untuk menghindar.
Pelukan Gerka erat. Dari samping, pipi Juita terasa hangat dengan deru napas Gerka yang sedang panik. "Maaf, Ta. Maaf."
Tak semudah itu permintaan maaf akan diberikan oleh Juita. Memangnya Gerka pikir diperlakukan semacam tadi bisa membuat Juita merasa dihargai? Bahkan kecemburuan Gerka tak masuk akal bagi Juita. Siapa yang salah? Juita bahkan tidak meladeni Pranayoga. Juita hanya mencoba bersikap sopan, bahkan dicium oleh Prana saja tidak. Mereka hanya mengobrol dan Tito hanya berharap Juita dan Prana bisa dekat. Tapi semua itu tidak terjadi, itu hanya keinginan dan harapan saja. Kenapa Gerka melampiaskan kemarahannya pada Juita?
"Maafin aku, Juita," ucap Gerka dengan mencium telinga dan pipi Juita. Hal itu malah membuat Juita merasa seperti sampah. "Nggak seharusnya aku bersikap seperti tadi. Ini semua bukan salah kamu. Ini semua karena aku sendiri, aku yang takut kamu—"
Juita berkeras untuk tak mendengar apa pun dari pria itu. Mendorong tubuh Gerka dan kabur dari jangkauannya. Meski Gerka mengikuti, pria itu akan berhenti begitu pintu ruang rapat dibuka.
"Juita!"
Tak mau menurutinya, Juita buru-buru berjalan setengah berlari menuju lantainya berada. Meski berada satu lantai dengan Gerka, mereka tak akan mungkin berjalan beriringan. Gerka pasti tak mau banyak orang yang mengonsumsi drama diantara mereka, apalagi jika sampai mengadukannya pada kedua orangtua pria itu.
"Uwi? Dari mana, kok, pucet?" tanya salah seorang temannya.
"Habis makan, lupa bawa lipstick. Jelek kalo pudar, mendingan aku hapus sekalian," jawab Juita sekenanya. Tak berniat menjawab lebih panjang lagi. Dia sudah muak dengan sikap Gerka yang kekanakan sekali. Apa-apa dilampiaskan pada Juita.
Membereskan meja dan mematikan komputer, Juita mengetuk kubikel temannya dan berkata, "Nitip izin, ya, Der. Gue nggak enak badan banget, nih. Mau pulang. Bos masih sibuk di atas, gue duluan, ya!"
Sesantai itu memang PH yang diurus oleh Gerka. Tidak ada ketentuan keras untuk membawa surat izin dokter atau semacamnya. Gerka memberikan kelonggaran bagi pegawai yang lebih seperti teman-temannya jika merasa terlalu banyak masalah menghimpit. Meski Gerka akan tetap bertindak tegas pada pegawai yang semena-mena dengan aturan bebasnya.
"Tapi, Wi—"
"Makasih, Der! I trust you." Ya, Juita percayakan urusan itu pada Dermaya yang melongo melihat sikap temannya itu.
*
Juita mematikan ponselnya karena benar-benar tak ingin diganggu. Sengaja menutup akses bagi Gerka untuk menghubunginya. Kepalanya terus memutar kejadian di kantor, di ruang rapat. Bagaimana Gerka menekan wajahnya di permukaan meja, mendorong tubuhnya dengan keras, tidak melakukan pemanasan lebih dulu. Semua itu membuat rasa kecewa dan sakit hati Juita berlipat ganda. Jika masih dalam hubungan tak bernama saja Gerka bisa menyakitinya seperti ini, Juita tak tahu jika nantinya dirinya benar-benar memutuskan lepas dari hubungan rumit itu.
Bagaimanapun Juita butuh kepastian, butuh kehidupan yang jelas, meski tidak pernah ada hal yang mengganggunya mengenai komitmen, tapi perbedaan yang Gerka dan Juita miliki sudah sangat jauh. Mereka ... tak bisa bersama.
Drrtttt drrtttt drrtttt
Ponselnya yang jadul dan memiliki satu sim card saja berbunyi di atas meja lampu tidur. Tidak banyak orang yang tahu mengenai nomor tersebut. Gerka juga tidak diberi akses untuk mengetahui nomor privat tersebut. Namun, melihat nama yang tertera—ibu Gerka—Juita tak bisa tak menjawabnya. Ia tak langsung menyapa, karena takut jika itu adalah Gerka dan bukan ibu pria itu.
"Assalamualaikum, Juwi?" Rupanya benar ibu pria itu.
"Waalaikumsalam, Tante Dree. Gimana, gimana? Ada masalah apa, Tante?"
Juita tak bisa bersikap culas pada Audree, ibu Gerka. Meski memang Juita sangat kecewa pada anak dari wanita itu, Juita tak bisa mengatakannya.
"Juwi bisa temenin Tante ke Indogrosir, nggak?"
"Hm, kapan, Tante?"
"Malem ini. Tante mau belanja makanan buat pengajian besok, kamu dateng, ya? Pokoknya Tante mau kamu dateng ke rumah. Cuti aja besok, biar Tante yang bilang sama Erka."
Ingin sekali Juita menjawab tak bisa dan tak siap. Namun, Audree sudah menganggapnya sebagai putri sendiri karena wanita itu tak memiliki putri. Ketiga anaknya laki-laki dan ketika bertemu Juita di lokasi syuting, wanita itu mengaku cocok dan suka bicara dengan Juita. Harus bagaimana lagi? Juita juga suka disayangi oleh wanita itu.
"Juwi? Bisa, ya?"
"Belanjanya atau dateng ke pengajian, Tante?"
"Dua-duanya. Tante kangen sama kamu, Juwi. Kita belanja bareng, ya. Tante jemput kamu di apartemen. Tante otw, tunggu, ya!"
"Ya, Tante Dree." Harus apa? Juita harus berpura-pura tak memiliki masalah dengan putra wanita itu. Semoga saja berhasil dan tidak terbaca oleh Audree.
[Ayo, tebak-tebakan kenapa mereka nggak bisa bersatu?]
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You're Doing That [Tamat]
General FictionSEASON 2 HANYA ADA DI KARYAKARSA (kataromchick) DAN KBM (Freelancercreator). 19+ Ada batas ambigu yang dijalani Gerka dan Juita. Mereka mungkin akan bersikap biasa saja ketika berada di tempat kerja. Melihat semua aktivitas yang ada bukanlah bagian...