Uisa

35 8 9
                                    

"Hoy hoy, Nancy, tumben ke desa sendiri, biasanya bersama paman Woodz," ujar Uisa setelah aku keluar dari dalam hutan. Uisa, ia adalah sahabatku, dia berambut coklat, dengan warna keemasan di ujung rambutnya, dia sangat suka mengikat rambutnya, yah, mungkin karena dia adalah keluarga tabib di desa. Pak Farma, ayahnya, pasti, seorang tabib, Pak Farma sangat baik padaku, tapi entah kenapa, papa sangat tidak suka dengan Pak Farma, memang papa tidak bilang sama sekali kenapa dia tidak suka kepada Pak Farma, papa juga tidak melarangku untuk bersosialisasi dengan keluarganya, tapi jelas di mata papa rasa tidak senangnya kepada Pak Farma.

"Pagi Ui, iyakaann?? senang banget papa bolehin aku jalan ke desa hari ini, hari ini aku mau masak sup kacang kaldu karena papa bolehin aku pergi sendiri. HEHE"
"Iya deh yang jago masak, aku mah gak bisa apa-apa, cuman ngambil obat, bantu mama papa, nggak kayak abang yang bisa kejar mimpinya keluar desa, atau kayak kamu yang bebas mau ngapain. Oke deh, aku langsung balik yah, bbai bbaiiiii"
Aku dan Uisa bertemu di mulut hutan, dan berpisah di situ juga, seperti biasa, Uisa mengambil tanaman herbal dari hutan, keluarganya keluarga tabib, satu-satunya tabib di desa. Dan karena itu, semuanya berharap pada keluarganya, ia mempunyai seorang kakak laki-laki, Gogo, kak Gogo Hagja Farma, dari kecil dia tidak pernah berambisi sama sekali, seperti tidak ada kehidupan sama sekali, pekerjaannya hanya tidur terus, yah ada bantu keluarga nya sedikit-sedikit, tapi saat mulai besar, dia ingin menjadi arkeolog dari kecil, dan berhasil mengejar mimpinya, yahh, apa yang dia dapatkan sekarang tidak sebanding dengan apa yang dia lakukan, dia dari kecil sudah pintar sih. Suatu saat aku mau kayak Kak Gogo, belajar dikit, tapi bisa berprestasi, HAHA, orang tuanya juga sangat mendukungnya.
Kebalikan dengan Uisa, dia dari kecil ingin menjadi pelukis, lukisannya benar-benar indah, tetapi, jika bukan Uisa yang melanjutkan tugas keluarganya, siapa lagi? Uisa adalah anak yang ceria, namun sering iri, yah ada bagusnya dari rasa irinya, dia jadi ingin belajar banyak hal dan melebihi banyak orang, tapi, yahh, dia tetap belom bisa. Dia bahkan pernah memukulku dan bilang kalau aku jangan belajar lagi, dan sebaliknya harus membantu dia. HAHA. memang anak itu. Tetapi, bagaimanapun, Uisa adalah sahabat ku, Uisa y'Gerim Farma. Seorang teman yang tidak akan kulupakan.

*****
"Ayah, aku pulang, ini obatnya yah" setelah mengantarkan aku langsung pergi dari ruangan," aku malas bertemu dengan ayah, terutama karena ayah memarahiku karena aku belajar bela diri pedang dari Pak Sord, sang pelindung desa, padahal dia keren. Melindungi desa, mengawal patroli, mengalahkan musuh, atau kayak Bu Shangren, dia berhasil memajukan ekonomi desa dengan berjualan ke desa-desa lain. TAPI KENAPA AYAHKU SEORANG PENGURUS MAYAT DAN ORANG YANG TAK BERPANGHARAPAN HIDUP (maksudnya sakit sekarat)??!!" aku menendang batu, naik ke atas pohon, mencoba menenangkan pikiranku dan menggaruk pohon, aku lelah dengan semuanya.

"Hai Uisa, Pak Farma ada?" tanya Kepala Desa kepadaku.
"Oh, pagi Pak Kedes, ada, ada yang bisa saya bantu pak?"
"Hmm, lebih baik jika saya berbicara langsung dengan ayahmu saja," ucap Pak Kedes dengan tegas. Beliau pun langsung menemui ayah, dan berbicara dengan ayah. Lalu aku pikir lagi," kenapa ayahku bukan pengurus desa saja? Bisa membangun relasi dengan desa sebelah, mengadakan festival, dan memimpin desa, pasti keren." lanjutku saat mengintip ayah, " Tapi... kenapa percakapan ayah dan Pak Kedes kayaknya serius banget? aku nguping lebih dekat ah," aku pun memanjat rumah, dan mendengar semuanya dari atas genteng.

"Jadi begini pak, saya punya empat teman dari desa lain, tabib mereka sepertinya tidak mampu untuk mengurus mereka, lalu saya sarankan agar mereka datang ke desa kita. Apakah Pak Farma bisa bantu?" kata Pak Kedes dengan persuasif.
"Waduh pak, saya bukannya menolak, tap..."
"Waduh Pak Farma, bapak tidak perlu khawatir, saya percaya pada bapak, bapak pasti bisa," potong Pak Kedes, "baik pak, jika teman-teman saya sudah sampai, saya akan beri tahu yah pak, selamat pagi."
Hadehh, kadang gedek juga sama Pak Kedes, iyasih dia pemimpin, tapi sering sekali acuh tak acuh pada ayah, lagi pula kenapa aku harus jadi anak ayah sih? Kenapa aku nggak terlahir pintar seperti anak-anak nya Pak Neitsnie?

Nancy melewati rumahku dengan parasnya yang sangat cantik, dan kulitnya yang sangat putih bersih, tidak seperti aku yang berkulit gelap dan kurus, pendek lagi. Kenapa aku harus punya teman seperti dia sih? Bikin iri aja.
"HOYY NANCY!!" teriakku dari atas pohon, "tau gak?" aku lanjut sambil turun dari pohon. "besok ayah akan ada tamu dari luar desa, biasalah orang sekarat, mau lihat gak besok?"
"Hmmm, ok, samapi jumpa besok."

keesokan harinya....

tok tok tok.
"Permisi, apakah dengan Pak Farma?"
"Iya, dengan saya sendiri," kira kira sekitar pukul 5 pagi teman dari Pak Kedes, temannya yang sakit dan pengantar mereka sudah tiba. Dan tentu saja Pak Kedes bersama mereka.
"Farma, ini Pak Dese, dari Desa Sebelah," Pak Kedes memperkenalkan pemimpin di desa sebelah, dan segera pun Pak Dese dan anak buahnya membawa masuk keempat pasien ke ruangan yang sudah disediakan, namun, dipisahkan menjadi dua-dua orang. Sebab 2 dari mereka terinfeksi penyakit yang parah karena makanan, dan 2 di antara mereka mengalami luka luar yang parah karena diserang hewan buas.

"Pak Kedes, Pak Farma, kami sangat berterima kasih karena bersedia membantu penduduk dari desa saya. Kiranya sang Maha Besar membalas kalian lebih lagi." kata Pak Dese dengan lega karena keempat orang yang sudah dibawa ke rumah Pak Farma. Dan selanjutnya, Pak Dese dan Pak Kedes bercengkerama dan membahas banyak hal.

Sekitar jam 8 pagi, Nancy datang ke rumah Pak Farma.




Sekitar jam 8 pagi, Nancy datang ke rumah Pak Farma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Things We Won't UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang