romawi XI; minggu

59 41 19
                                    

[note : masih sempet mikir up ini disibuknya PKL dan tugas dong WKWKWKWKK ಥ‿ಥ]

[note : masih sempet mikir up ini disibuknya PKL dan tugas dong WKWKWKWKK ಥ‿ಥ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mica membuka matanya saat mendengar suara ketukan pintu itu. Dia mencoba mengumpulkan kesadarannya, dan baru sadar dia tidur disofa karena kelelahan belajar.

Cewek itu dengan langkah lunglai menuju pintu. Peduli setan dengan tampilannya yang kemungkinan acak-acakan. Palingan hanya orang tanya alamat atau tukang surat kabar.

“Ya sebentar!” Mica membuka kunci pintunya, dia sedikit menyipitkan matanya saat sinar matahari langsung menyambutnya. “Siapa ya? Saya hari ini nggak ambil surat kabar,” kata Mica dengan nada malas.

“Kalo ambil hati gue aja gimana?”

Mica mengernyitkan dahinya. Cewek itu masih mencerna ucapan orang di depannya. Hati? Ambil hati? Maksudnya?

“Maaf mas, saya nggak mau ambil koran. Mas pasti baru ya?” Mica sedikit sebal dengan orang di depannya itu.

Nere. Cowok itu tersenyum, kemudian menepuk kepala Mica. “Lo baru bangun? Capek banget kayaknya?”

Mica mengerjap. Cewek itu mencoba memulihkan kesadarannya. Tunggu! Apa orang di depannya itu Nere?! Hah sungguh?!

Mica segera menutup pintu. Cewek itu segera merapikan tampilannya sendiri. Kenapa Nere datang ke rumahnya sepagi ini sih?! Dan juga kenapa Mica tak sadar?

Mica kembali membuka pintu perlahan, dia melihat Nere yang masih setia berdiri di depan pintu. “L-lo ngapain ke rumah gue?” tanya cewek itu pelan. Huh, rasanya dia ingin membenturkan kepalanya ke tembok.

Nere terkekeh. “Mandi dulu geh, gue buatin sarapan.” cowok itu langsung nerobos masuk ke dalam. Tak menjawab pertanyaan Mica tadi.

Mica menghembuskan nafasnya. Dia jadi mengingat pertanyaan Nere waktu dikonser kemarin.

“Kalo gue nyatain perasaan ke lo, lo percaya nggak?”

Deg!

Rasanya jiwa Mica seakan tersedot. Bahkan suara dentuman musik seakan tak terdengar oleh cewek itu. Masih mencoba mencerna apa yang tadi dikatakan oleh Nere.

“Gimana? Lo bakal terima atau tolak gue?” tanya Nere lagi. Dagu cowok itu masih berada dibahu Mica, dia bisa merasakan tubuh cewek itu bergetar.

Nere menegakkan tubuhnya. “Yaudah kalau lo nggak mau jawab.” cowok itu menepuk puncak kepala Mica. “Tapi inget kan gue nggak suka ditolak?”

Tak!

Nere menyentil dahi Mica. “Lo bengong kenapa sih, Micaaa?” tanya cowok itu gemas.

“Ng-nggak kok!” elak Mica.

Tidak Mica, tidak Chrisy hobinya bengong dan kalo ditanya pasti jawabannya ‘nggak’

“Yaudah mandi, gue mau buat sarapan.” Nere mendorong Mica. Cewek itu lama-lama makin lemot.

NEREMICA [segera diterbitkan dimimpi sy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang