~SELAMAT MEMBACA~
×××
ɮaɖ ɢɨʀʟ tʀaռsʍɨɢʀasɨ
×××"BELLA!" teriak seseorang dengan raut khawatir nya. Ia memasuki koridor rumah sakit dengan wajah khawatirnya.
"Maaf Tuan, jangan membuat keributan. Ada yang bisa saya bantu?"
"Bella, adik gue mana?"
"Bella? Apa anda tuan Nathan?"
"Iya! Mana adik gue, dia baik-baik aja kan?!" bentak Nathan pada dokter yang menghampiri nya tersebut.
"Mari, ikut saya."
Dokter berjalan terlebih dahulu dengan Nathan yang berjalan di belakangannya.
Tak lama mereka sampai di depan pintu ruang inap Melati 2.
"Anda bisa masuk, dan melihat keadaan Pasien," ucap Dokter pada Nathan.
"Iya. Maaf sebelumnya."
"Tidak apa-apa, wajar anda khawatir dengan adik anda, Tuan."
"Ya."
"Kalau begitu saya permisi. Saya akan mengecek keadaan adik anda satu jam ke depan."
"Ya."
Dokter itu baru saja ingin membuka suara tapi Nathan sudah masuk ke ruangan Bella di rawat. "Sayang banget sama adiknya yah," gumamnya dan berlalu pergi ke ruang pasien lain.
Sedangkan di dalam ruangan Bella kini Nathan terduduk di kursi yang tersedia di samping brangkar Bella.
Nathan mengelus surai Bella dengan lembut. Tatapan dingin nya berubah menjadi lembut dan tersirat rasa khawatir di tatapannya itu. "Dek... lo udah ingkar janji sama gue," ucap Nathan melihat keadaan Bella saat ini.
"Harusnya lo turutin omongan gue. Kalau lo turutin, lo gak bakal terluka kayak gini, Dek! Lo tau saat gue nerima telpon kalau lo di rumah sakit, gue langsung ngebut ke sini. Gue bahkan hampir nabrak orang karena ngebut. Dek, gue takut... gue takut lo kenapa-kenapa. Gue cemas waktu ingat hari ini lo taruhan. Gue tunggu lo di rumah tapi lo belum pulang. Bi Inah juga gak tau lo ke mana. Gue bingung, gue cemas, gue marah, gue khawatir, gue—gue gak mau kehilangan lo lagi, Dek. Jadi tolonglah bangun, Dek. Bicara sama gue kalau lo baik-baik aja. Bilang kalau lo gak bakal gini lagi, bilang sama gue kalau lo gak bakal terluka lagi. Bilang, Dek!" ucap Nathan.
Nathan menenggelamkan wajahnya di lengan Bella. "Dek...bangunlah hiks."
Nathan sudah tidak tahan lagi, air matanya langsung keluar saat itu juga. Dia takut Bella akan meninggalkan nya. Dia takut adik yang di sayang menjauhinya lagi. Dia tidak mau itu terjadi.
"Eunghh.." lenguh Bella.
Nathan mendongakkan kepalanya. "Dek?" panggilnya.
"H-a...us.."
Nathan langsung mengambil segelas air di nakas dan memberikanya pada Bella, Bella meneguknya hingga tandas.
Bella menoleh menatap Nathan. "Kakak, lo nangis?" tanyanya.
"Iya. Ini semua karena lo! Lo buat gue takut."
Bella tertawa pelan mendengar perkataan Nathan. "Kak.. gue baik-baik aja," ucapnya.
"Baik darimana! Ini kaki lo di perban, perut lo juga di perban."
Bella menatap bagian perutnya, lalu kembali menatap Nathan dengan wajah aneh nya. "Kok lo tau perut gue di perban? Lo??"
"Aish apa? Lo mikir apa? Tadi gak sengaja gue liat ada perban. Jangan mikir aneh!"
"Ck.. ini karena busur sialan itu. Eh Kak, siapa yang manggil lo ke sini?"
"Suster."
"Suster ke rumah?" tanya Bella dengan nada tak percaya. Nathan memutar bola matanya jengah.
"Nelpon gue."
"Owh gitu... Suster gak nelpon yang lain kan?"
"Gak tau."
"Cuma Kakak yang datang kan?"
"Iya."
"Yaudah deh, gue mau tidur la—"
"Eh jangan..." potong Nathan.
"Kenapa?"
"Jangan pokoknya."
Bella terdiam beberapa saat, ia menatap Nathan dalam. Ia mengerti kecemasan Nathan itu. Ia menarik ujung bibirnya membentuk senyuman.
"Kakak... gue Cuma mau tidur sementara kok, bukan selamanya. Lagian gue ngantuk. Mungkin efek bius masih ada."
"Yaudah. Gue bakal di sini temenin lo."
"Sekarang pukul berapa, Kak?" tanya Bella.
"Pukul 19.37"
"Kak lebih baik pulang. Daddy sama Mommy udah pulang. Nanti dicariin."
"Gue gak peduli Bella. Yang gue peduliin sekarang itu lo."
"Kak.."
"Bella istirahat. Kakak akan tetap di sini temenin lo."
"Huh... susah ngomong sama Kakak. Terserah deh," ketus Bella.
"Marah?" tanya Nathan.
"Enggak, kesal aja sama sikap keras kepala Kakak."
"Yaudah istirahat aja."
"Iya!"
"Jangan marah dong."
"Iya.... enggak, Kak!"
"Itu masih marah lho. Kakak tau."
"Iya deh Kakak ku sayang. Ini Bella udah ga marah. Puas?"
Nathan hanya mengangguk membalas perkataan Bella sembari tersenyum dan tak lupa mengelus puncak kepala Bella sayang.
"Yaudah Bella mau tidur."
"Iya... nice dream, Dek."
"Hmm.."
Nathan berdiri dari duduknya, lalu sedikit membungkukkan tubuhnya, tak lama sebelum masuk ke dalam mimpi, Bella merasakan benda kenyal dan basah menyentuh keningnya.
"Gue sayang sama lo, Dek. Dan gue bakal lindungin lo," ucap Nathan dan kembali duduk di kursi, dengan tangannya mengengam tangan Bella.
***
×××
ɮaɖ ɢɨʀʟ tʀaռsʍɨɢʀasɨ
×××~TBC~
Kawan jangan lupa,
vote
&
komen.spam next? >>
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Transmigrasi || E-book✓
FantasyKisah Arabella Quenzy Chandra yang disapa dengan nama Bella, mengalami transmigrasi jiwa ke tubuh seorang gadis yang bernama Arabella Citra Leonald ia disapa dengan nama Ara. *** Ara merupakan sosok gadis yang cantik dan pintar hanya saja dia menyem...