"kuat, ikhlas, dan terbiasa itu sebuah proses yang cukup memakan banyak waktu."
.
.
^^selamat membaca📚^^Semua orang berkumpul di tengah rumah, suara isak tangisan dimana mana, semua orang sangat merasakan kehilangan tidak hanya Shasa dan Shisi tapi juga beberapa kerabat dekat mending sang Ibu ikut merasakan kehilangan. Semua orang menemani nya sampai ke titik peristirahatan terakhirnya, tapi Papah masih di dalam perjalanan pulang.
Sendirian di dalam satu lubang yang sempit, dan ditumpuk dengan tanah. Semuanya itu Shasa melihatnya secara langsung, dengan sekuat tenaga dia menahan tangisnya, dan sesekali dia menghembuskan nafas kecil nya.
"Huhfttt, astaghfirullah, hiks hiks." Shisi yang berbeda dekat disampingnya Shasa dia langsung merangkul adiknya tanpa pernah dia lepaskan. "Sabar ya de, kita harus kuat." jelas Shisi.
Selesai memakam kan Ibu, satu persatu orang mulai meninggalkan pemakaman tapi Shasa dan Shisi masih berada di sana untuk mendoakan dan menyampaikan rasa sayang mereka berdua kepada sang Ibu.
Sambil memegang pucuk tanah makam sang Ibu, Shisi mengucapkan semua yang Shisi pendam selama ini, "Ibu sudah bahagia ya sekarang, Ibu udah ga sakit lagi, Ibu kuat banget ngehadapin sakitnya Ibu, Shisi sayang banget sama Ibu, maaf kalo selama ini Shisi tidak pernah mengungkapkan rasa sayang Shisi secara langsung ke Ibu pas Ibu masih ada di samping Shisi." ujar Shisi dengan perasaan yang sangat sesak di dadanya.
Tangis Shasa masih tidak bisa di bendung, air matanya terus saja mengalir membasahi pipinya. "Kita pulang ya de," ajak Shisi.
"Hiksssssssss, ga mau kak Shasa masih mau di sini sama Ibu." sambil memeluk makam Ibu. "Udah ya sayang, jangan kaya gitu nanti Ibu malah sedih, kita pulang ya, kita doain Ibu di rumah, besok kita kesini lagi bareng sama Papah." jelas Shisi sambil membantu Shasa untuk berdiri.
Akhirnya Shasa mau juga untuk mendengarkan perkataan kakaknya itu, mereka berdua pulang dari makam dan langsung mandi membersihkan diri setelah sampai di rumah.
Adzan isya berkumandang, Shisi pergi berwudhu dan mengambil mukena nya untuk melaksanakan shalat isya. Setelah selesai melaksanakan nya Shisi pergi ke luar untuk melihat adiknya lengkap dengan keadaan nya yang masih memakai mukena. Tapi dia tidak melihat Shasa di mana-mana.
Karena dia tidak melihat keberadaan adiknya, lalu Shisi menghampiri Bi Cun yang sedang menyiapkan makanan untuk orang-orang yang akan mendoakan Ibu nanti. "Shasa mana bi?" Tanya Shisi.
Bi Cun yang menyadari kedatangan Shisi, dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah Shisi, "Tadi ada di kamarnya non, lagi tidur pas bibi liat si," jelas bi Cun.
"Shasa sudah makan belom bi?" Tanya Shisi lagi. "Sudah non, sudah bibi kasih makanan sebelum dia tidur." jelas bi Cun.
"Oh yasudah bi kalo gitu, Shisi mau liat Shasa dulu." Shisi pergi meninggalkan bi Cun, sedangkan bi Cun kembali menyiapkan makanan untuk disajikan nanti.
***🍂***
Shisi membuka pintu kamar Shasa untuk melihat keadaan adiknya itu, karena Shisi tau untuk saat ini dia harus tetap berada di dekat adiknya supaya adiknya tidak selalu merasa sedih, dan merasa sendiri. Dan benar saja dalam keadaan nya yang sedang tertidur pun air matanya masih tetap saja terjatuh. Shisi yang melihat nya begitu sangat terpukul dan merasa sangat sedih.
"Kamu kuat de, kakak salut sama kamu di umur kamu yang masih butuh pengawasan Ibu, sekarang kamu pandai menyembunyikan perasaanmu sendiri sampai kuat menahan tangismu, kakak tau kamu pasti tidak kuat dengan semuanya, tapi kamu tetep berusaha untuk terlihat biasa saja, kakak sayang kamu de." tutur Shisi dalam benaknya, sambil mengusap air mata yang jatuh di pipinya.
Semua orang sudah berkumpul di tengah rumah untuk mendoakan Ibu selama tujuh hari kedepannya. Shisi pun ikut mendoakan Ibunya sampai acara selesai. Setelah acaranya selesai semua orang pergi meninggalkan rumah Shisi. Hening tak ada siapapun hanya ada beberapa kerabat dekat seperti Om dan Tante dari Ibu dan juga bi Cun. Karena rumah sangat sepi Shisi memilih untuk pergi ke kamarnya.
"Ya Allah astaghfirullah." tutur Shisi berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri.
Shisi membaringkan badannya di atas kasur yang empuk, sesekali mengubah posisi tubuhnya untuk mencari posisi tidurnya yang nyaman, tapi Shisi tidak bisa tidur. Shisi selalu mengingat semua kejadian tadi siang, Shisi bangkit dari tidurnya mengubah posisi yang tadinya tertidur kini tengah duduk melamun sambil menyandarkan bahunya ke belakang ranjang.
Tepat waktu tengah malam Shisi masih saja berdiam diri duduk di atas kasurnya tanpa melakukan apapun, Shisi bangkit dari duduknya untuk mengambil segelas air minum karena dia merasa sangat haus, tapi saat dia mencoba untuk mengambil air minum, tiba-tiba saja Shisi mendengar suara tangis dan jeritan dari dalam kamar Shasa.
"Ibuuuuuuuuuuu!!!."
Shisi yang mendengar teriakan Shasa, secepat kilat dia pergi berlari ke kamar Shasa untuk melihat keadaan adiknya.
"Brakk." Shisi membuka pintu kamar Shasa dengan sedikit keras sehingga menimbulkan suara.
"Kenapa, ada apa de?" Tanya Shisi sambil memeluk Shasa dengan sangat erat sekali.
"Hiks.....hikssssss.....hikssssss... Ibuuuuuuuu... Mau ke Ibuuu!!!." teriak Shasa. Tak kuat menahan tangis lagi akhirnya tangis Shisi pun pecah kembali. "udah ya sayang, masih ada kakak disini, Ibu sudah tenang, Ibu sudah bahagia, kamu harus ikhlas, kamu harus tegar." dengan bibir yang bergemetar dan segukan tangis, Shisi berbicara menjelaskan semuanya.
"Hiks, mau ke Ibu.. hiks, mau ke ibuu..." Berulang-ulang kali Shasa mengucapkan kata-kata tersebut sampai akhirnya dia kembali tertidur lagi di pelukan Shisi. Menit demi menit, detik demi detik, Shisi pun ikut tertidur lelap di samping Shasa.
Shasa memang sudah paham dengan dunia dia juga paham dengan orang yang di tinggalkan pergi itu seperti apa. Tapi Shasa belum cukup kuat untuk ditinggalkan pergi oleh Ibunya yang sangat dekat sekali dengannya, Shasa hanya seorang anak kelas 6SD dia bisa apa?, Semuanya memang sudah menjadi bagian dari takdir TUHAN dan begitupun Shasa berusaha untuk mengartikan semuanya. Shasa begitu syok kalo dia harus mengalami ini semua sampai akhirnya dia terus menerus menangis. Tapi dengan berjalan nya waktu Shasa pasti bisa ikhlas dan terbiasa dengan semuanya.
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN KATA, TANDA BACA, KALIMAT YANG BERTELE-TELE DAN YANG LAINNYA, AUTHOR AKAN TERUS MEREVISINYA SAMPAI RAPIH, JADI KEMUNGKINAN SEWAKTU WAKTU DALAM CERITANYA AKAN ADA PERUBAHAN KATA ATAUPUN PENAMBAHAN KATA.🙏THANKS FOR YOU, SUDAH BACA!!
JANGAN LUPA JEJAK VOTMEN DAN FOLLOW NYA.I ❤️ U DARI AUTHOR BUAT PARA SSstory'
SEE YOU, NEXT KE PART CERITA SELANJUTNYA YA.😚
KAMU SEDANG MEMBACA
TEGAR
Random"tidaklah mudah untuk mengikhlaskan orang yang paling penting dalam hidup kita" Pasti kalian semua tau bagaimana rasa sakit ketika ditinggal pergi oleh seorang ibu. Begitulah yang terjadi sangat menyayat hati kecil yang sebelumnya tidak pernah meras...