BAB 1 Putus

207 61 42
                                    

Suara tepukan bergemuruh ketika bola berwarna oranye dengan garis-garis berwarna hitam masuk ke ring. Semua siswa dan siswi meneriaki nama Arden tak pelak adalah kapten tim basket sekolah SMA melati, terkecuali Kiyana Siskova ia menatap datar tanpa ekspresi seolah apa yang telah dilakukan Arden adalah hal biasa saja. Arden adalah kekasih Kiyana mereka baru saja resmi berpacaran tiga minggu yang lalu. Arden sangat menggilai Kiyana ia rela melakukan apa pun asal Kiyana yang memintanya.

"Ayo cabut!" seru Kiyana kepada sahabatnya Siril dan Tina.

"Mau kemana Ki? pertandingannya belum selesai, itu pacar lo keren abis apa lagi pas masukin bola ke ring, meleleh gue ..." ucap Tina dengan wajah berbinar-binar menatap Arden yang ada di lapangan. Kiyana tidak menggubris ucapan Tina ia pergi meninggalkan Tina yang masih memperhatikan Arden dengan mulut menganga.

"Kiya, Siril, tungguin ..." ujar Tina seraya berlari menyusul langkah Kiyana dan Siril.

Kiyana, Siril dan Tina adalah tiga sekawan tanpa terpisahkan apa bila terkena hukuman dari para guru dan juga ketua OSIS dari mereka bertiga Siril 'lah yang paling polos dan lugu tak jarang juga Siril sering menjadi penasehat jika Kiyana dan Tina mengajaknya untuk bolos sekolah. Jadi diantara mereka bertiga Siril yang paling alim.

"Gue laper pesanin gue baso sama es jeruk ya," titah Kiyana kepada Siril.

"Gue juga sama," timpal Tina.

Siril pergi memesankan makanan untuk mereka bertiga, kantin sekolah tidak begitu ramai karena pertandingan basket antar kelas belum selesai.

"Pacar lo keren abis tadi Ki, ditambah rambutnya yang basah karena keringat. Ah, pokoknya idola lo yang pemain sepak bola dunia itu, siapa Ki namanya gue lupa?" tanya Tina.

"Lionel Messi," jawab Kiyana datar.

"Iya Lionel Messi aja kalah keren sama Arden pas tampil di lapangan, pacar lo kerennya emang nggak ada obat Ki, coba aja Arden nembaknya gue bukan lo, gue bakalan beli nasi uduk sepuluh bungkus buat selamatan jadian sama Arden," ucap Tina dengan terkekeh, Kiyana hanya menggeleng pelan.

"Gue nggak suka basket gue sukanya sepak bola, kalau ada cowok yang main bolanya kaya idola gue Abang Messi, gue bakal nembak dia duluan buat jadi pacar gue."

"Terus Arden mau lo kemanain?"

"Gue putusinlah."

"Gila lo ya, semua siswi SMA Melati berharap jadi pacarnya Arden. Lah, lo yang udah jadian mau mutusin dia?" ucap Tina seraya menggeleng tidak percaya. "Jangan bilang Arden masuk list pacar sebulan lo?" sambungnya.

Kiyana hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Tina. Jika ada pria yang menyatakan cinta kepada Kiyana ia akan menerimanya dan setelah sebulan ia akan memutuskannya tanpa peduli perasaan pria tersebut. Ketika Kiyana duduk di bangku SMP, ibunya menjadi wanita simpanan atau istri kedua seorang laki-laki kaya, sejak saat itu Kiyana tidak percaya kepada yang namanya laki-laki. Baginya laki-laki sama saja tidak berperasaan dan juga egois ingin dimengerti tetapi tidak mau mengerti. Baru saja Tina hendak menyanggah ucapan Kiyana, tetapi niatnya ia urungkan karena Siril datang dengan membawa mangkuk baso dan juga es jeruk dibantu oleh Ibu kantin. Karena perutnya lebih penting dari pada sanggahannya.

"Makasih ya, Siril sayang ... makasih Bu kantin," ucap Kiyana seraya tersenyum simpul, ibu kantin hanya mengangguk seraya meninggalkannya.

Mereka bertiga makan dengan khusunya tanpa menyadari kedatangan Arden yang masih menggunakan seragam basket. Arden berdiri di belakang Kiyana dan Tina menyadari keberadaan Arden hingga ia terbatuk-batuk saking terkejutnya, takut jika Arden mendengar pembicaraannya dengan Kiyana.

Deskripsi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang