vote before you read yorobun.
⊙︿⊙⊙︿⊙⊙︿⊙
"Park Jino, Badai apa yang tengah mendatangi mu sehingga membatalkan pertemuan kita hari ini?. Apa ada masalah?." Suara Haru terdengar, mendekati Jino dan Jina yang sedang terduduk sembari memainkan ponsel. Mereka menunggu jemputan, karena waktu sekolah yang sudah selesai hari ini.
"Bukankah masalah memang tidak pernah berhenti?." Jino mengembalikan pertanyaan dengan santai, tersenyum dan menepuk pundak Haru pelan.
"Wah, Sebesar apa masalahmu sampai berani membatalkan pertemuan penting kita?. dan oh—Park Jina juga turut ikut dalam masalah mu.. Jino?." Jawabnya setelah beberapa detik menoleh pada Jina.
Gadis bersurai manis itu tidak sepenuhnya mengerti, Headset yang menempel pada telinga nya kini menjadi penghalang. Jina lebih memilih tenang mendengarkan musik dibandingkan ikut serta dalam obrolan kakak-kakaknya. Mungkin begitu.
Jino tertawa seketika, "Hentikan. Eomma menyuruhku ikut pergi dengannya sehabis pulang sekolah. Ini dadakan, dan tidak ada penolakan juga. Jadi, apa boleh buat?."
Haru mengangguk, "Ah~ seperti itu rupanya. Baiklah, Aku tinggal sekarang. Hubungi aku jika terjadi sesuatu, See you.. friend."
Jino hanya berdeham, yang kemudian tersenyum tipis. Melambaikan tangannya sekejap, melihat Haru yang sudah memasuki mobil bernuansa silver itu. Jina juga turut mengikuti, tersenyum cerah sampai melepas Headset nya tiba tiba.
"Kau haus?, Ingin kubelikan sesuatu dikantin sekolah?. Sembari menunggu Eomma datang."
"Tidak keberatan?." Bocah polos itu kembali bertanya membuat Jino terkekeh seketika. Sebuah kalimat aneh terdengar, sampai membuat tangan Park Jino melesat turun melampaui Puncak kepala Jina. Untuk diusap pelan, penuh kehangatan.
"Aku tidak bisa menolak apapun yang kau minta, Jina-ya. Apalagi merasa keberatan, Kau kan adikku.. dan ini adalah tugasku, Jadi, Ingin dibelikan apa sekarang?."
"Ice cream?."
Jino menggeleng sekejap, "Apapun selain Ice cream. Kau sudah memakannya kemarin."
"Tetapi tidak dengan rasa Mint-Choco khas dikantin sekolah." Elak Jina kembali. Menarik nafas panjang nya, sembari memegangi tangan Jino perlahan. Seakan memohon, dengan gaya yang menggemaskan, "Oppa.. Review di youtube tentang Ice Cream rasa Mint-Choco semuanya terlihat enak. Dan, aku ingin mencobanya kali ini. Apakah masih tidak boleh diizinkan?.."
Posisi yang merumitkan, mereka sama sama berjanji untuk tidak melanggar peraturan. Terlebih tentang, masalah Ice Cream. Jimin mengatakan bahwa Ice cream tidak baik jika dikonsumsi setiap hari. Padahal, Jina menyukainya—yang bahkan membuat Jino rela menyewa seminggu pabrik Ice Cream hanya untuk mengisi Persediaan minuman beku itu dirumah. Dan berakhir dengan ribuan kemarahan Jimin, membuat sebuah peraturan pembatasan pembelian Ice cream bagi keluarga kecil tersebut.
Tetapi hari ini, hati Jino nampak tergoyahkan. Jina sudah melayangkan tatapan permohonan, yang sangat sulit ditolak. Jino memang sesayang itu dengan adik kembarnya.
"Oh god! You win, Park Jina. I will buy it for you." Lesuh Jino dengan gelengan kepala. Tas hitam nya mendadak turun, lalu diberikan pada Jina. Itu sengaja, Jino hanya mengambil satu Kartu hitam yang kini sudah berada disaku kemejanya. Sebagai akses pembayaran nanti.
"Jaga tas ku, benda ini sangat merumitkan. Dengar, Jina. Kubelikan Ice cream untukmu, tetapi kau harus berjanji satu hal padaku."
Jina mengangguk, menahan kesenangan namun tetap bertahan menjaga ekspresi nya. Dia memangku tas hitam Jino dan kembali menatap penuh kakak laki-laki nya itu disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth • Pjm
FanfictionSequel Of Mafia Pjm. [On-Going] Ini adalah tahun kesembilan, untuk keluarga kecil 'Park Jimin' setelah mendapatkan sebuah kebahagiaan nya bersama sang buah hati mereka. Jimin benar-benar menjadi Seorang Ayah untuk anak anaknya. Membahagiakan Jira s...