BAGIAN 62 No Matter What
Sudah satu bulan sejak kepergian Wu Yifan. Selama itu Xiao Zhan tidak pernah pergi kecuali bersama Wang Yibo, bahkan di hari libur ketika ia ditinggal sendiri, ia masih lebih memilih berdiam diri di apartemen. Masalahnya bukan karena ia tidak ingin keluar, tetapi tidak seseorang yang bisa menemani.
Bukan Xiao Zhan merasa kesepian atau kehilangan Wu Yifan, hanya saja ia terbiasa mengandalkan laki-laki itu ketika dalam keadaan bosan, meskipun sering kali dipaksa. Sehingga kepergian Wu Yifan sedikit mempengaruhi kebiasaan kecil.
Di akhir hari kerja, Wang Yibo membawa Xiao Zhan lagi ke perusahaan hiburan milik Tuan Huang, Eternal Entertainment. Tujuan kedatangan mereka kali ini untuk menghadiri undangan pemilik perusahaan.
Tuan Huang dan Wang Yibo merupakan kenalan lama. Tuan Huang beberapa tahun lebih tua, tetapi mereka memasuki industri bisnis di tahun yang sama, sehingga dengan mudah bergaul dan akrab. Dikatakan bahwa, salah satu teman Tuan Huang juga berencana untuk datang ke perusahaan indutri miliknya dan ingin secara langsung bertemu Wang Yibo untuk membahas bisnis.
Ketika tiba di Eternal Entertainment, seorang pelatih yang sebelumnya dilihat Xiao Zhan menghampiri mereka. Rupanya ia adalah salah satu asisten Tuan Huang, Ye Tianchen. Laki-laki itu membawa mereka menuju ruangan Tuan Huang, tetapi tidak ada orang asing di sana selain Tuan Huang sendiri.
“Ah, Wang Yibo, masuk dan duduklah dengan santai. Temanku itu, dia memang suka terlambat.” Tuan Huang mengucapkannya dengan senyum meminta maaf.
“Tidak masalah, aku bisa menunggu.” Wang Yibo mengangguk ringan dan tersenyum formal. Sebanrnya senyum Wang Yibo tidak pernah hangat dan sampai ke sudut mata, hanya senyum yang menjadi keharusan, tetapi entah mengapa tidak ada orang yang peduli. Mungkin, mereka tidak merasa akting itu buruk. Namun, di hadapan Xiao Zhan terkadang senyumnya memang benar-benar tulus tanpa disadari.
Mereka berempat duduk di sofa ruangan itu dan melakukan obrolan ringan. Ye Tianchen duduk di dekat Xiao Zhan, tampak memiliki ketertarikan.
Setelah sekian lama, akhirnya Ye Tianchen berkesempatan untuk menyatakan tujuan utamanya. Tanpa ragu-ragu dan merasa malu, ia berkata, “Zhan, apa kamu tertarik menjadi idola atau aktor? Kamu memiliki mata yang indah dan wajah cukup tampan, tidak sulit untuk menjadi populer.”
Xiao Zhan menampilkan kejutan di wajahnya, menatap Ye Tianchen dalam hitungan detik sebelum beralih pada Wang Yibo yang juga menatap ke arahnya dengan acuh tak acuh. “Aku tidak tertarik, terima kasih. Pekerjaan saat ini sudah cukup memuaskan,” jawabnya sopan sembari tersenyum.
“Ah, sayangnya. Tapi menjadi aktor sangat menyenangkan. Kamu bisa mendapat banyak pengalaman hidup, mengunjungi berbagai tempat selam syuting, dan lebih penting lagi kamu dapat banyak uang, haha.”
Ye Tianchen masih merayu, bagaimanapun, ia cukup tertarik pada Xiao Zhan. Meski penampilan laki-laki itu saat ini bisa dibilang ketampanan yang standar, tetapi dengan sedikit perubahan akan melahirkan sosok baru. Hal yang paling dicintai Ye Tianchen adalah matanya, sangat sedikit pemilik mata manipulatif seperti itu.
Berbanding terbalik dengan ekspresi berharap yang ditunjukkan oleh Ye Tianchen, Xiao Zhan merasa agak tidak enak terus-menerus ditawari tawaran yang jelas-jelas tidak diinginkan. Bahkan suka saja tidak. Xiao Zhan jarang menonton televisi selain drama dengan genre tertentu atas rekomendasi Zhao Lusi.
Untung, Tuan Huang menangkap ekspresi tidak senang di wajah Xiao Zhan dan segera bertindak. “Xiao Chen, berhenti memaksa orang lain. Jika Tuan Xiao tidak ingin menjadi bintang saat ini, biarkan saja. Lagi pula, masih ada banyak waktu, di masih muda, kamu bisa membujuknya lain kali.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Season ✓
FanfictionUntuk sebagian besar hidupnya, Xiao Zhan merasakan ketidakberuntungan yang teramat besar. Setiap luka baru akan muncul di sisa-sisa malamnya. Luka yang membuatnya mengerang sakit akibat rasa ngilu yang menyentuh hatinya. Dia selalu menggigil di set...