Hari berlalu silih berganti, semakin menikmati sebagai seorang marketing, selain gaji, insentif, tunjangan transportasi, pun mendapatkan fee dari pemilik showroom mobil bekas dari setiap aplikasi pengajuan kredit konsumen yang disetujui oleh pihak kantor tempatku bekerja. Jumlahnya variatif, mulai dari 300rb hingga satu juta rupiah per aplikasi disetujui.
Keberhasilanku mengejar target setiap bulannya membuat pundi-pundi rupiah mulai meramaikan saldo rekening. Dalam satu bulan bisa terkumpul 10 hingga 15 juta rupiah di luar pendapatan dari kantor. Bahkan untuk biaya sehari-hari, bonus dari showroom sudah sangat lebih dari cukup. Sehingga gaji bulanan bisa disimpan untuk persiapan pernikahan.
Merasa memiliki uang lebih, nafsu pun terus bergejolak untuk memiliki barang-barang mewah, seperti halnya teman-teman marketing yang lain. Mulai dari hp baru, pakaian sampai ke kendaraan roda empat.
Dari seorang yang hannya pas-pasan dalam hal materi, rasa khilaf tidak luput dari diri ini, satu persatu keperluan yang belum begitu dibutuhkan aku beli tanpa berfikir panjang, yang pada akhirnya pun sering tidak terpakai.
Hp mewah sudah aku beli dengan harga yang lumayan wah, pikirku hanya untuk dipandang oleh orang lain. Tidak hanya satu melainkan dua unit yang aku beli, satu untukku dan satu lagi aku belikan untuk Tiara.
Beranjak pendapatan yang semakin melimpah, aku memberanikan diri untuk menyicil mobil. Salah satu impian sejak di bangku kuliah, Honda Civic adalah mobi yang sangat aku idamkan. Kelak suatu saat nanti aku harus memilikinya dengan hasil keringatku sendiri. Pun Allah kabulkan keinginanku.
Sabtu, pukul 10 pagi, aku berkunjung ke showroom mobil bekas, aku mellihat ada sebuah mobil Honda Civic terpajang dengan cantiknya di deretan mobil-mobil lainnya. Tampilan yang begitu sporty dan anak muda banget membuat mata ini tak berhenti memandanginya. Ku lihat dari dekat mulai dari exterior, interior hingga ke bagian mesin.
Cintaku tidak pernah pudar terhadap mobil sedan tersebut.
"Mba Dian, ini civic tahun berapa?" tanyaku singkat.
"Tahun 2014, Dan, cakep banget itu mobilnya baru dibeli sama si koko kemarin, tangan pertama dari baru, mesinnya ok banget" jawab Mba Dian sambil membuat iklan hpnya.
Aku mengangguk-anggukan kepala, mata masih menatap tajam mobil itu.
"Lo aja yang pake, Dan, cocok banget itu buat lo" lanjut Mba Dian merayuku.
"Dp berapa, Mba, kalau aku yang ambil? Bisa kali ya tanpa Dp?" candaku merayu balik Mba Dian.
"Gue tanya Koko bentar ya" Mba dian pun pergi masuk ke ruangan pemilik showroom.
Tidak lama Koko keluar dari ruangan dengan gaya slengeannya dan sebatang rokok di tangannya.
"Wah wah CMO mau naik kelas ni" sambil merangkul pundakku
"Gitu dong, pake mobil biar gak kepanasan, gak kehujanan juga" lanjutnya.
Aku semakin percaya diri mendapatkan support dari Koko. Tawa kecil terlempar sempurna dari bibirku, mata berbinar seakan menemukan harta karun yang sudah lama tertimbun di dalam tanah.
"iya, Koh, dp berapa itu?" aku membuka mbangkinku melihat apakah uangnya cukup untuk bisa membar Dp mobilnya. Terbuka di layar ponsel informasi saldoku ada sekitar 30jt.
Sadar aku sedang mengecek saldo, Koko tersenyum meledek.
"Ngapain lo cek-cek saldo, udah bawa aja mobilnya, lo coba aja dulu, Dpnya nanti lo cicil aja dari fee lo disini, tabungan lo simpen aja buat nikahan lo nanti" kunci dan stnk diberikan tanpa beban, tanpa rasa khawatir mobilnya dibawa kabur olehku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGKAT
Non-Fiction"Hidup adalah sebuah pilihan" Waktu begitu SINGKAT dan dunia sudah terlalu sempit untuk dihabiskan dengan kepuasan duniawi yang tidak ada ujungnya. Dani mencintai Tiara sejak di bangku SMA, segala cara dilakukan untuk bisa mendapatkan cintanya. Hing...