Lampu-lampu jalan dan suara kendaraan yang saling bersahutan menjadi saksi kebersamaan Saka dan Jessy saat ini. Mereka sedang menikmati sejuk dan dinginnya angin malam diselingi cerita ringan yang sesekali membuat mereka tertawa.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan, setengah jam lagi jam malam Jessy habis. Saka langsung mengerahkan sepeda motornya menyusuri jalan yang akan membawa mereka ke rumah Jessy. Namun, belum sampai ditujuan, Saka mengurangi kecepatan hingga berhenti di taman komplek.
"Masih ada 20 menit lagi sebelum jam malam kamu habis, buat nyampe rumah kamu cuma butuh waktu kurang lebih 5 menit. Jadi kita masih punya waktu 15 menit." Ucap Saka sambil tersenyum kepada Jessy.
"Perhitungan banget si kamu, ngga mau rugi." Ucap Jessy sambil tertawa kecil mengejek Saka.
"Harus dong, apapun yang menyangkut kamu, waktu sedetik aja bakal aku perhitungin." Ucap Saka dengan raut wajah yang serius
"Gombalannya makin mantep ya om"
Mereka duduk di salah satu bangku yang ada di taman sambil memakan jagung bakar yang sudah mereka beli. Tak butuh waktu yang lama untuk menghabiskan jagung tersebut, Jessy sudah sangat kekenyangan ia merasa seperti perutnya akan meledak karena terlau banyak memakan makanan yang mereka beli dari awal pergi tadi, ditambah lagi hari ini Saka selalu mengeluarkan Gombalan-gombalan recehnya yang membuat Jessy ingin muntah ketika mendengarnya.
"Aku Ramal kita akan bahagia selamanya." Ungkap Saka dengan percaya diri kepada Jessy.
Jessy tertawa lepas sambil sesekali memegang perutnya. Ia tertawa melihat raut wajah Saka yang sangat serius saat mengatakan kalimat yang baru ia dengar barusan. Sebuah kalimat bullshit yang sering Jessy jumpai di novel-novel yang sering ia baca.
"Kamu kenapa ketawa? Ada yang aneh sama kata-kata aku barusan?" Tanya Saka dengan raut wajah bingung sambil memandang Jessy yang tertawa lepas. Namun disela kebingungan tersebut, Saka senang karena bisa melihat Jessy tertawa.
Jessy berusaha meredakan tawanya, ia menatap lurus kearah mata Saka. Mata indah yang tak bisa ia tatap lama. Jessy mengarahkan tangannya kedepan mulut Saka, seolah sedang membuat simpul disana.
"Kata-kata kamu udah aku ikat, biar ngga jalan kemana-mana." Ucap Jessy sambil tersenyum manis kepada Saka.
Saka yang gemas dengan tingkah Jessy, langsung mencubit pelan kedua pipi gadis dihadapannya. Jessy mengeluh kesakitan, lalu membalas Cubitan Saka dengan memukul bahu Saka.
"Pulang yuk, udah mau jam 9 nih."
"Iya cantik, ayo kita pulang."
Saka yang lebih dulu berdiri langsung mengulurkan tangannya kepada Jessy, bukannya menyambut uluran tangan tersebut Jessy malah memberikan uang receh yang baru saja ia ambil dari dalam tas nya kepada Saka.
"Ngga usah bilang makasih." Ucap Jessy sambil tertawa mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belajar Berhenti
Teen Fiction"Aku kira kamu obat, tapi ternyata kamu racun terhebat." "Aku mau kamu nyakitin aku terus, jangan pernah berhenti nyakitin aku." "Semuanya benar-benar berakhir. Jangan melihat kebelakang! Karena kupastikan ngga akan kamu temukan aku sejauh apapun ka...