Cuaca rasanya semakin dingin saja. Mungkin sebentar lagi salju pertama tahun ini akan turun.
Megumi mengadahkan kepalanya, sembari berlahan menghebuskan nafas yang menguap menjadi asap putih yang menghilang setelah mengelilingi jarak pandangnnya.
Dililitkannya syal putih pemberian Tsumiki ke lehernya lalu mulai berjalan kembali dengan posisi tangan di kedua saku jaket tebalnya. Pandangannya terus mengadah ke atas langit kelabu, selama dia melangkah di tengah jalanan sepi dia malah sibuk melamun membayangkan makan malam apa yang dibuat Tsumiki hari ini.
Lantaran mendapatkan jatah liburan 3 hari, tentu saja Megumi akan lebih memilih untuk menggunakan kesempatan tersebut untuk pulang ke rumah keluarganya.
Seperti biasanya Tsumiki menyambutnya dengan sangat baik, dan seperti biasanya pula Toji tidak sedang berada di tempat, mau pergi keluyuran entah kemana pria tersebut, yang pasti Megumi dan Tsumiki sudah terbiasa dan sudah tak peduli lagi.
Ada ataupun tiadanya sang ayah yang tak bertanggung jawab itu, tidaklah merubah kehidupan normal mereka berdua. Malah bakal menjijikan apabila pria itu jadi suka mengurusi anak-anaknya.
Namun Megumi menyukainya. Kehidupan membosankan diantara dirinya dan kakak perempuannya, disaat mereka berpura-pura tidak memperdulikan nasib orang tua mereka dan diam-diam menunggu kedatangannya.
Oleh karena itulah. Saat Megumi sampai ke rumah dan menemukan sepasang sepatu lelaki di depan berandanya, dia mengulum senyuman tipis, tanpa mengetahui bahwa dirinya telah salah mengira siapa gerangan yang baru saja datang.
"Aku pulang," serunya seraya memasuki ruang tengah.
Tebakannya memang salah. Diluar sana bukanlah sepatu milik Toji melainkan seseorang yang berada jauh di luar dugaannya. Megumi sampai dibuatnya tercengang oleh kedatangan lelaki tersebut.
"Okkotsu senpai!!?" panggilnya lalu terburu-buru mendatangi meja tamu. Saking kagetnya sampai-sampai dia pun tak mendengarkan sambutan selamat datang dari Tsumiki.
Yuta tertawa canggung saat Megumi menatapnya dengan tatapan tak percaya itu. "Maaf Megumi," ucapnya sambil mengosok tengkuknya. "Karena datang tiba-tiba," sambungnya yang kemudian langsung di sangkal oleh Megumi.
"Senpai..... tidak perlu minta maaf," balas Megumi lalu duduk di seberang meja bersama Tsumiki. "Kalau sampai repot-repot datang kemari. Apakah senpai ada keperluan mendadak?" tanyanya sambil bertukar pandangan dengan kakaknya yang ikut dibuat penasaran.
Yuta melambaikan tangannya. "Bukan," jawabnya lalu mengeluarkan secarik kertas berupa catatan kecil yang berrtuliskan sebuah alamat. Megumi dan Tsumiki lumayan mengenal daerah tersebut, lagipula tempat yang dimaksud tidak berjarak jauh dari rumah mereka.
"Besok lusa datanglah ke alamat itu. Gojo sensei meminta kita berdua untuk pergi menyelediki rumor disana," terang Yuta yang sebenarnya masih belum cukup dipahami oleh Megumi.
".....kenapa tidak kirim lewat e-mail saja?" tanya Megumi seraya menerima kertas alamat itu. "Senpai sudah punya nomor ku kan?" tanyanya lagi untuk memastikan. Siapa tahu dia sudah jadi pelupa dan cuma mengarang cerita tentang mereka yang sudah saling bertukar nomor kontak.
"Gojo sensei bilang...... kalau sebaiknya kita tidak meninggalkan jejak yang berhubungan dengan tempat ini. Kau tahu? Alamat itu adalah alamat sebuah toko yang katanya menjual online barang-barang antik dan barang kutukan pun salah satunya," jawab Yuta yang sedikit khawatir akan penjelasannya sendiri.
Habisnya. Situasi ini seperti di kebanyakan film aksi. Entah Satoru memang sungguhan atau hanya candaan. Yuta tidak mau mempertanyakan keputusan gurunya namun kali ini dia sendiri pun merasa kalau dirinya sudah tertipu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Petra
FanfictionDiscontinued Pairing: Okkotsu Yuta x Fushiguro Megumi Rating : M Type : semi AU Summary: Fushiguro Megumi adalah murid pindahan yang baru saja masuk ke SMA Jujutsu. Ini pertama kalinya dia menjalani kehidupan remajanya sebagai seorang ahli...