2. IKHLAS

10 4 0
                                    

"kapan rasa kehilangan ini berakhir dan bersikap seperti biasanya lagi"
.
.
.
^^Happy Reading📚^^

Ke esokan harinya, di pagi hari dengan masih dalam suasana duka dan bersedih. Shisi telah bangun lebih awal dari Shasa, dia mencoba untuk menyiapkan makanan untuknya dan Shasa, meskipun ada bi Cun Shisi hari ini ingin memasak sendiri tanpa bantuan bi Cun.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 7 lebih, tapi Shasa masih belum juga bangun, seharusnya dia masih sekolah hari ini, tapi Shisi sudah memberikan surat izin kepada pihak sekolahnya Shasa, Shisi tau suasana hati Shasa masih hancur, dia masih membutuhkan ketenangan agar hati kecilnya bisa menerima semuanya dan merasa lebih tenang.

Shisi membuka pintu kamar Shasa berniat untuk membangunkan nya "De bangun yuk, sarapan pagi Kakak udah masakin masakan kesukaan kamu" ujar Shisi.

Dengan rasa kantuknya, Shasa berusaha untuk bangun dan mengumpulkan nyawa yang masih belum terkumpul, "huwahhh.... Iya ka" sahut Shasa.

Shisi yang sedang merapihkan kamar Shasa dia menyahut pembicaraan Shasa, "Tapi sebelumnya mandi dulu biar seger."

"Iya ka." Menjawab dengan singkat, lalu Shasa telah bangkit dari duduknya dan berniat untuk mandi. Sementara itu Shisi dia kembali ke bawah setelah merapihkan semuanya.

Bi Cun menghampiri Shisi yang tengah makan lebih dulu di meja makan, "Non Shasa nya sudah bangun non?" tanya bi Cun.

Dengan sopan Shisi menjawab pertanyaan bi Cun, "Udah bi, dia lagi mandi sekarang," jelas Shisi.

"Yasudah kalo gitu bibi balik ke dapur lagi ya mau ngerjain kerjaan yang lainnya" ujar bi Cun. "Makan dulu aja bi, bareng sama Shisi." tawar Shisi.

"Ga usah non, nanti aja bibi mah, sekarang mending non dulu aja yang makan bareng non Shasa" ujar bi Cun, Shisi hanya mengangguk dan tersenyum kepada bi Cun.

Dengan wajah yang lesu Shasa turun dari atas untuk menghampiri Shisi yang sudah makan lebih dulu, dan sekarang hanya ada sisa makanan di piringnya. Shisi tengah duduk tepat di depan Shasa dia tidak memakan makanannya, tapi dia hanya memainkan nasinya dan melamun. Shasa yang menyadarinya langsung menyahut berbicara kepadanya.

"Deee..." Panggil Shisi, tapi hening tidak ada jawaban.

"Deee....... Shasa di makan dong makanannya" ujar Shisi kembali.

Tiba-tiba saja setetes air mata jatuh dari mata kecil Shasa, secepat kilat dia menghapus kembali air matanya. "Hah iya ka, ini mau Shasa makan ko" jelas Shasa.

Shisi menghembuskan napasnya dan tersenyum ke arah Shasa, "udah dong yah, jangan sedih lagi, ga baik klo kita berlarut-larut dalam kesedihan saat di tinggalkan orang yang kita sayang" jelas Shisi.

Shasa tersenyum dan mengangguk kecil, "Papah pulang kapan ka?" tanya Shisi, mencoba mengubah pembicaraan. "Sekarang Papah udah terbang dari bandara, kemungkinan besok Papah baru nyampe ke rumah, kita doain aja ya supaya Papah datang dengan selamat" jelas Shisi.

Shasa kembali mengangguk sambil menyahut, "iya ka aamiin."

Setelah selesai makan, Shasa maupun Shisi tidak melakukan aktivitas apapun, mereka berdua lebih memilih pergi ke kamar masing-masing untuk menenangkan hati mereka sendiri. Di dalam kamar Shisi sibuk memainkan ponselnya sambil mendengarkan lagu yang isi lagunya sangat pas dengan kejadian yang ia alami saat ini. Sedangkan Shasa menghibur dirinya sendiri dengan memainkan game freefire di ponselnya.

Karena merasa sangat kesepian akhirnya Shasa memilih pergi ke kamar Shisi untuk berbincang-bincang dengannya, dan melakukan aktivitas lainnya di kamar Shisi, saat melakukan aktivitas tersebut tiba-tiba saja Shasa berbicara kepada Shisi.

"Ka, kita jalan-jalan yu" ajak Shasa. Shisi yang masih mendengar kan lagu langsung melepaskan headset yang terpasang di telinganya. "Mau jalan-jalan kemana de?" tanya Shisi.

"Kemana aja ka, muter-muter biar ga keinget Ibu terus, atau kalo ngak ya kita ke alun-alun aja beli makanan," pinta Shasa.

"Yaudah nanti sore aja ya kita ke alun-alun nya, biar sekalian menikmati angin malam yang sunyi" jelas Shisi. Shasa menjawab dengan anggukan kepalanya.

Tepat pukul 5 sore, Shasa dan Shisi sudah bersiap-siap untuk pergi berjalan-jalan ke alun-alun dekat di perkotaan tempat tinggal mereka. Mereka pergi dengan menaiki motor beat milik almarhum Ibu dan tentu saja Shisi yang menyetir pastinya. Saat tiba di alun-alun Shasa berbicara kepada Shisi dengan mengingat kejadian yang pernah dia lakukan bersama Ibu di alun-alun tersebut dengan sangat sumeringah.

"Kakak tau ga, dulu mah adek pernah naik itu pas ke sini sama Ibu" sambil menunjukkan sebuah permainan yang pernah iya tunggangi di masa-masa kecil saat masih bareng Ibu.

Dengan sekuat senyuman, Shisi berusaha bersikap tidak tau apapun untuk bisa mendengarkan cerita-cerita dari adiknya itu. "Masa sih, pas waktu kapan? Ko kakak ga tau?" Sahut Shisi.

"Pas waktu itu, udah lama tapi ge," jelas Shasa sambil tersenyum senyum sendiri. "Sekarang mau naik ga?" tanya Shisi.

"Ihhh ga mau atuh, kan Shasa udah besar, pas waktu sama Ibu mah pas Shasa masih kecil" jelas Shasa. "Heheheh kali aja mau naik de" ledek Shisi dengan sedikit tawa kecil berusaha menghibur Shasa.

"Kakak, Shasa mau martabak dong" pinta Shasa. "Iya sayang nanti kita beli buat di rumah ya," jelas Shisi.

"Mengokey."

***🍂***

Tepat sebelum acara tahlil dimulai mereka berdua sudah sampai dirumah. Mereka menyantap martabak yang mereka beli tadi bersama sama, setelah mereka selesai makan mereka langsung mengikuti acara tahlil tersebut sampai dengan selesai. Satu persatu orang mulai berdatangan untuk mengikuti acara tahlil tersebut.

"Bismillahirrahmanirrahim"

"Lailahailallah, lailahailallah, lailahailallah, lailahailallah"

Seperti itulah mereka mengikuti tahlil tersebut dengan didatangi beberapa kiai di daerah sekitar, tidak membutuhkan waktu yang banyak tahlil sudah selesai. Kini Shasa sudah tidur lebih dulu, Shisi yang melihat Shasa tertidur lelap dia sangat-sangat merasa Iba dengan kondisi adiknya yang sekarang.

"Slalu kuat ya de, jangan putus asa karena di tinggal Ibu, kamu harus terus berjuang sampai kamu bisa mencapai keinginan mu di masa depan nanti" benak Shisi.

Setelah melihat Shasa yang sudah tidur, Shisi kembali ke kamarnya sendiri, membaringkan tubuhnya di atas kasur yang sangat empuk dan selalu bersama dia untuk saat ini, tapi Shisi tidak bisa tidur sehingga membuat dia kembali mendengar lagu kesukaannya dengan menggunakan headset nya itu. Perlahan-lahan matanya mulai terpejam, tapi di dalam tidurnya dia kembali meneteskan air matanya yang terus mengalir karena lagu tersebut. Pikiran nya begitu kacau sangat kacau, meskipun dia sudah terlelap tidur tapi pikiran nya masih tetap memikirkan Shasa yang telah ditinggal pergi oleh seorang Ibu, ditambah dengan tugas sekolah dan masalah pribadi lainnya yang dia miliki. Sekuat tenaga Shisi berusaha untuk menangani semuanya dan tetap terlihat baik-baik saja padahal dia sangat terluka.

Ada luka di dalam hati Shisi yang sekarang tidak akan pernah sembuh dan kering, luka tersebut akan terus membekas di hatinya sehingga itu membuat dia merasa sakit sekali saat di mengingat semua hari-hari terakhir sang Ibu.

Next ?

Yu komen dulu kalo mau di lanjut, pokonya komen apa aja deh, mau komen nyebutin Askot kalian juga boleh.

Jangan lupa vote nya para SSclub/ShasaShisiclub mksdnya wkwkwk, atau kaya mau nyaranin nama khas buat cerita ini juga boleh ko.

Satu lagi jangan lupa di Follow biar tau kelanjutannya.😉

Ada yang mau tau ga, lagu yang suka di dengerkan oleh Shisi sampe Shisi nangis kaya gitu? Kalo mau tau nanti author kasih tau deh.

Oke SSclub thanks ya udah baca!!!!!!.

See you di part selanjutnya 😚

TEGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang