Zero a symbol of love

6 0 0
                                    

Lintang
Hi bee

Me
Hi

Lintang
Kangen

Nawang menaruh ponsel lalu meraih air minum dari tumblr yang selalu dibawanya. Pipinya nampak memerah. Chalya menyimpulkan kalau teman sejawatnya itu sedang salah tingkah.

"Nawang!" Panggil Chalya.

"Ya?"

"Kenapa? Kamu baik baik saja? Pipimu memerah,"

"Ah, bukankah hari ini cukup panas," elak Nawang lalu mengibaskan tangannya mengirimkan angin pelan ke wajah memerahnya.

Chalya mengedikkan bahu dan kembali sibuk dengan konten dihadapannya.

Sedangkan Nawang?

Gadis itu mematikan daya ponselnya dan berjalan keluar untuk menstabilkan perasaannya.

---

Ada kutipan "love is zero" dalam salah satu komik favorit Nawang karya Conan Doyle.

Dimana tokoh Ran mulai patah hati dan tidak tau lagi alasan kenapa Shinichi selalu saja menghindarinya.

Sebanyak apapun yang kita berikan untuk cinta, hasilnya tidaklah sepadan. Karena dalam kasus ini kadar cinta yang dimiliki oleh si crush adalah 'nol'. Kalau di ilmu MTK nih ya
0 x 10 ya hasilnya adalah 0.

Tidak lebih tapi juga tidak cukup. Seharusnya dalam cinta tiap perasaan haruslah saling memberikan. Bukan hanya satu pihak saja. Karena tidak adil dan tidak sepadan.
Yah, kurang lebih seperti itu penjabaran didalamnya.

Rembulan hari ini seakan mengingatkan Nawang tentang kutipan itu. Membuat Nawang menerawang jauh.

Jujur ia juga rindu, amat sangat rindu. Tapi apa dayanya, Nawang tak sanggup mengutarakannya. Katakan saja pasangan Lintang yang menjadi alasannya.

Lalu mengapa Lintang berucap demikian?

"Dasar ayam," gerutu Nawang disela kegiatannya memandang rembulan. Sejenak matanya beralih menatap ponsel yang tergeletak di atas meja kamarnya.

Gadis bersurai panjang itu berdiri meraih ponselnya dan kembali ke tempat semula, teras atap yang menjadi halaman huniannya.

Ting!
Ting!
Ting!

Bunyi notifikasi bersahutan saat Nawang menghidupkan ponselnya. Ada beberapa bubble chat disana, tapi mata Nawang hanya terfokus pada nama Lintang.

Lintang
Bee?

Senyuman tipis terukir di wajah bundar Nawang. Jemarinya mengetik dengan cekatan.

Me
ya bee, maaf tadi lowbat

Lintang
Kangen

Me
Wkwk, tumben si?

Lintang
Malah ketawa ih

Me
Kangen siapa emang?

Lintang
Kamu lah

Me
Oh, gitu

Lintang
😶

Nawang berjingkrak-jingkrak dengan gembira yang tertahan. Lalu kembali duduk dan mengetikkan balasan untuk Lintang.

Me
Wkwk, sudah malam. Tidur

Lintang
Okey 😶

Me
Selamat malam

Lintang
Malam

Nawang tersenyum lebar, sedetik kemudian senyumnya pudar. Tidak seharusnya Nawang senang dengan sikap Lintang padanya.

"Konyol, Nawang please... Pikirin gimana perasaan Nindhy," omel Nawang pada dirinya sendiri.

Setahu Nawang, kekasih Lintang di sua kabar terakhir mereka bernama Nindhy. Dia juga akar mengapa Nawang selalu dilema saat bertukar pesan dengan Lintang.

Disatu sisi hatinya senang dan berbunga-bunga.

Disisi lain, dadanya sesak dengan fakta Lintang sudah punya kekasih.

Kadang ketika mendapati Lintang bersikap manja padanya, Nawang berpikir 'apa terjadi sesuatu pada relasi mereka?' dan membuat Lintang mendekat pada Nawang.

Pasalnya tidak sekali dua kali Lintang seperti ini.

Sejak perkara "setangkai mawar" relasi Nawang dan Lintang memang berkembang lebih erat dari sebelumnya. Bukan lagi teman biasa se-jurusan di SMA.

Tapi mau bagaimana, maju pun Nawang tidak ada keberanian.

Konyolnya, saat pernyataan hendak Nawang lontarkan... Gagal. Sebab tamparan fakta Lintang telah berpasangan.

"Ya sudah, mau bagaimana," kata Nawang pada Syakila saat bercerita bahwa pujaan hatinya telah bertambat dengan hati yang lainnya.

Sebenarnya Nawang lelah, sangat lelah.

Otaknya berkata bahwa ia dipermainkan. Tapi hatinya membela dengan secuil bukti kasih lalu memaksakan kehendaknya.

Nawang lelah dengan batinnya.

Ada alasan kenapa Nawang tetap mempertahankan relasi tidak jelasnya dengan Lintang.

Karena Lintang adalah tempat Nawang menimba semangatnya. Tempat Nawang mendapatkan kebahagiaan hanya dengan hal-hal recehnya.

Itulah sebab, Nawang enggan mengakui meski rasa sakit kerap muncul dihatinya.

Nawang tidak keberatan untuk merasa sesak hanya demi mempertahankan secuil percakapan di antaranya dengan Lintang.

Karena Lintang adalah Rembulan bagi Nawang.

To be Continue

Rembulan, Apa Kabar...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang