10. Kapal Pecah

98 56 67
                                    

Happy Reading!

***

Jalanan sepi, hanya ada dua tiga kendaraan yang lalu lalang di sekitar gang. Beberapa anak kecil bermain petak umpet. Kemudian mereka mulai berlarian ketika satu anak menutup matanya dan menghitung satu sampai sepuluh.

Gadis itu kebetulan sedang ingin menghemat uang sakunya, sehingga dia memilih jalan kaki ketimbang naik angkutan umum.

Diselimuti rasa marah, tidak terasa gadis itu berjalan beberapa kilometer. Bahkah tidak merasa lelah sedikitpun.

"Hmm, besok udah mulai pelajaran. Kayaknya gue harus ngerubah penampilan deh."

Tangan kanannya meraih rambut yang ada di belakang punggungnya. Rambutnya memang sudah sepanjang siku-siku. Dan Maura juga sering merasa bosan ketika melihat rambutnya terasa sudah panjang.

"Rambut gue udah kek kuntilanak aja, mending gue pendekin biar keren."

Tepat di depan kost, gadis itu berhenti ketika mendengar suara gaduh dari dalam kostnya. Terdengar juga seperti beberapa benda dilempar.

"Apaan tuh ribut-ribut? Jangan-jangan ada maling."

Maura bergegas masuk dan mendapati dua penghuni kost lainnya sedang bertengkar. Mereka adalah Kinar dan Fita. Kinar merupakan pekerja di restoran. Sedangkan Fita bekerja di tempat sablon.

"Dasar lo cewek ganjen!" tegas Kinar sambil melemparkan bantal. Namun Fita berhasil menghindar.

"Eh, dia itu udah jadi mantan lo! Jadi sah-sah aja kalau gue sekarang pacaran sama dia!" balas Fita melemparkan buku.

"Tapi kenapa harus mantan gue?"

"Ya emang kenapa?"

"Kayak enggak laku aja, nikung sahabat sendiri."

"Lo kalau ngomong, dijaga!"

"Pasti dari dulu lo udah ngarepin gue putus kan, biar dia bisa sama lo?"

"Enggak! Nggak usah nuduh deh lo!"

"Kenyataannya gitu kan?" mereka tidak henti-hentinya saling melempar barang sampai kondisi ruang sudah seperti kapal pecah.

Sebenarnya mereka bersahabat dengan baik. Namun entah mengapa hari itu mereka tiba-tiba bertengkar. Dari percakapannya, mereka menyinggung tentang percintaan.

"Eh, aduh aduhh. Stop Mbak, jangan berantem!" lerai Maura ketika banyak barang mengenai tubuhnya beberapa kali. Maura memanggil "Mbak" karena mereka sudah seperti kakaknya sendiri.

"Ya ampun, maafin Mbak ya. Sakit nggak?" tanya Fita

"Lo yang salah, ngapain ngelempar barang ke gue?" sahut Kinar membela diri.

"Ya kan lo yang duluan!" tangannya mendorong pundak Kinar.

"Apaan sih lo?!"

"Emang kenapa hah?"

"Berani lo dorong gue?" matanya melotot.

"Kenapa hah? Apa? Apa?" balas Fita ikut melotot.

"Udah dong Mbak, jangan ribut lagi. Nanti tetangga pada ngamuk," seru Maura tegas agar pertengkaran mereka berhenti.

"Iya-iya, udah lo pergi sana!" seru Fita sambil marah-marah lagi.

"Kenapa nggak lo aja?!" jawab Kinar yang tidak mau mengalah

"Mbak, jangan mulai lagi deh. Nanti aku nih yang pergi."

"Ya udah, Mbak diem." Ucap Kinar lirih.

Setelah kondisi mulai tenang, mereka bertiga duduk di ruang tengah untuk sekedar mengobrol. "Oh iya, Mbak Kinar sama Mbak Fita emang nggak kerja?"

I Can't : Rumah Yang Tak Utuh [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang