The Four Men (1)

31 6 0
                                    

Pagi-pagi, sekitar pukul 8 pagi, Nancy sudah sampai di depan pintu kediaman keluarga Farma. Nancy tiba dengan penuh semangat dan sukacita.
tok-tok-tok, suara Nancy mengetuk pintu.
"YOOOO NANCY KAMU DATANG, EEHHHHH, ADA OM WOODZ??!!? Hi om, terima kasih udah mau datang," Uisa menyambut Nancy dan terkejut melihat Pak Woodz mengantar Nancy. Tidak pernah seumur hidup mereka berdua, seorang Pak Woodz datang menghampiri rumah keluarga Farma sejak kematian ibunda dari Uisa, tidak pernah sama sekali, sampai-sampai seakan bulan mengeluarkan cahayanya sendiri. "EH NANCY, kok bisa sih om datang antar kamu kesini?" tanya Uisa kepada Nancy sambil berbisik, walaupun Pak Woodz bisa mendengar karena suara Uisa yang begitu lantang. "OOHHHH, ADADEEHHH," Nancy menjawab Uisa sambil berkedip ke arah papanya, dan Pak Woodz pun hanya menghela nafas setelah itu.
"Baiklah, papa balik dulu, Uisa, kalau Nancy tidak membantu dan hanya bikin repot, suruh dia balik aja, marahin juga nggak papa kalau dia nggak melakukan tugasnya dengan baik. Jangan tidur sampai larut yah, dan Uisa, titip salam buat papamu yah." kata Pak Woodz kepada dua gadis remaja yang gembira.
"Siap Om," Uisa membalas dengan hormat, tangan kanan di dada kiri, dan tangan kanan memberi hormat sebagai tanda hormat kepada petinggi. Woodz pun balik ke rumahnya, melewati hutan dan tiba di rumah, bisa dilihat dengan jelas bahwa Woodz benar-benar belum siap melepaskan putri satu-satunya itu.

*****

Malamnya, di kediaman Woodz

"Paaaaa, ayolah Paaaaa, bolehin aku nginap di sana doooonnggg, dua minggu aja," Nancy membujuk papanya dengan segenap hati.
"Enggak, pokoknya papa bilang nggak, yah nggak," Woodz membalas Nancy dengan tegas, sampat burung hantu pun ikut merinding, tapi Nancy tidak, karena memang sudah terbiasa dengan ayahnya yang kuat.
Nancy pun terus mencoba. tapi karena tidak berhasil juga, dia mulai mundur sebentar. Mencoba memikirkan strategi untuk membujuk ayahnya. Lalu dia ingat, teater keliling yang melewati desa pekan lalu, dia ingat dengan jelas, saat jeda sementara, ada yang mengiklankan teh, dan dia ingat jelas, bahwa pada akhirnya ayahnya berhasil terbujuk. Akhirnya, Nancy ingat bahwa ayahnya suka kopi muntah monyet, kopi yang benar-benar kata Woodz. Dan Nancy pun coba untuk mengikuti iklan itu. Setelah kopinya diseduh.

"Ayaaahhhhhhh," dengan nada lembut Nancy membawakan kopi untuk papanya, memang sudah malam, tapi papanya tidak terkena pengaruh kafein sama sekali. Nancy pun menaruh kopinya agak jauh sedikit dari tempat papanya duduk. Aroma yang khas menyentuh hidung papanya, bagaikan angin yang menyentuh pipi dengan lembut. Woodz pun tergoda untuk meminumnya tapi Woodz kuat. Nancy yang sadar akan hal itu pun, mencoba mengimprovisasi dari iklan yang dia lihat. Nancy memeluk papanya dari belakang, mencium pipinya yang kasar karena jenggot yang baru dicukur rapih. Lalu ia duduk di depan papanya, dan menaruh kopinya di depan papanya, alhasil papanya pun minum, dan saat itulah, Nancy bertindak.
"Pa, boleh nggak aku ngi..."
"Nggak boleh !!" Papanya memotong kalimat Nancy dengan lantang, sambil menurunkan gelas. Nancy pun merasa gagal sudah untuk membujuk papanya, "kalau bukan papa yang antarin," Woodz tersenyum dengan sangat manis kepada putrinya itu, kulit sawo matang ayahnya, seakan-akan bersinar penuh kesucian, dan senyumnya pun terlihat begitu tulus, "DAN CUMAN BOLEH SEMINGGU, NO NEGO." Kalimat yang terakhir pun tidak membuat Nancy berpikir dua kali, dia langsung kesenangan seperti kangguru yang mendapatkan kebebasan. Dan itulah mengapa Woodz mengantar Nancy ke kediaman Farma.

*****

"AYAAAHHHHH, NANCY UDAH DATANG NIIHHHH," kata Uisa kepada ayahnya, "TAU GAK SIH PAAA??!! TADI OM WOODZ DATANG ANTAR NANCY, ABIS ITU TITIP SALAM KE PAPA, DAN TAU GAK LEBIH HEBATNYA LAGI, NANCY DIBOLEHIN NGINAP SEMINGGU !!" Uisa begitu semangatnya memberi tahu berita itu kepada ayahnya, ayahnya pun serasa seperti sebaiknya dia saja yang menjadi pasien, dan mencari tabib lain untuk menyadarkannya dari mukjizat ini.
"BENEREN NANCY?? PAPA MU BOLEHIN KAMU NGINAP DISINI? SEMINGGU?" Nancy hanya bisa mengangguk, karena ia mengerti itu adalah suatu keajaiban, "BENEREN INI OM KAGET BANGET, KAYAK MAU MENINGGOY," Uisa tertawa mendengar ayahnya mencoba ikutan gaul, "PAPA MU TUH YAH, JANGAN KAN SEHARI, BOLEHIN KAMU NGINAP SATU MALAM AJA OM UDAH BERSYUKUR BANGET," kembali serius dengan nada lembut seperti seharusnya, "yah, om turut senang kamu mau bantu Om sama Uisa di sini, hari ini pasien menginap memang hanya ada empat, om juga yakin Uisa udah kasi tau kamu, karena belakangan ini nyamuk banyak, jadi banyak penduduk desa juga yang akan datang-datang meminta obat dari om, jadi terima kasih banyak yah udah mau bantu om, kamu sama Uisa yang bakal urus pasien inapnya yah, kalau ada perlu bantuan, panggil om aja, om bakal ada di meja depan, atau di tempat meracik obat kok."
"Ok om," sahut Nancy
"Tapi sebelumnya, om kenalin kamu ke mereka dulu yah, cuci tangan dulu yah, kita mau ke ruangan 1," setelah masuknya mereka bertiga, Farma lanjut, "perkenalkan ini paman Furcht dan paman Undankbar, mereka berdua adalah pelindung desa, tetapi mereka diserang hewan buas, lumayan parah, tetapi masih bisa sembuh kok,"
"Hi anak muda, terima kasih sudah mau membantu kami yah," kata Pak Furcht, dengan mukanya yang cemas. Pak Undakbar benar-benar tidak peduli, karena dia memang sangat tidak peduli. Lalu mereka lanjut ke ruangan ke dua, di sana ada Pak Glucklich, dan Pak Dunkbar, saudara kembar pak Undakbar. Sesaat saat mereka masuk, Pak Dunkbar, dengan batuknya yang sangat parah, menyambut kedua gadis itu dengan rasa bersyukur, Glucklich pun gembira dengan mereka datang melihat mereka.
"Hi gadis-gadis muda," Glucklich menyapa mereka dengan matanya yang hampir tidak bisa terbuka, nanah terus keluar dari matanya, tetapi Glucklich terus tersenyum bahagia.
"Hi juga pak," sahut Nancy
"Wahahaha, senang sekali ada yang mau membantu mengurus kami," kata Dunkbar, "andaikan Undakbar bisa menghargai kalian yang mau membantu kita. Mereka pun bercakap cakap dengan sangat menyenangkan seharian, tidak lupa juga mereka mengurus pasien di ruangan 1. Karena takut akan ada ke-tidak seimbangan penanganan, Uisa dan Nancy berencana untuk pertukar sif, hari ini Nancy di kamar 1, dan Uisa dikamar 2, dan akan bertukar setiap harinya.

*****
srek srek srek, suara seseorang membuka-buka buku dengan kasar
"Membangkitkan.... membangkitkan... membangkitkan.... ras apa yang dapat membangkitkan mahkluk yang sudah mati.... membangkitkan... membangkitkan... membangkitkan..." aku mengatakan ini terus menerus, mencoba mencari tahu tentang apa yang kulihat ini, seorang gadis muda, membangkitkan seekor hewan yang sudah mati, yang sudah kupastikan mati dengan panahku. Bagaimana mungkin mahkluk itu dapat hidup lagi, menyerangku, dan memakan kakiku, meninggalkanku dengan kaki kanan, dan luka gigit yang sangat besar di badanku? Aku harus cari terus tentang ras manusia ini di Perpustakaan termegah di planet ini, di tanah termulia ini, Perpustakaan Omniscience.

Things We Won't UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang