Happy reading~
🌷🌷🌷
"Kalau kaca bisa pecah, kayu juga bisa patah~"
Nara hampir tersedak saat Gio menyanyikan lagu sejenis kesukaan eyangnya. "Hmppftt.."
"Tapi cintaku ke Lami tak akan berubah~"
"IIIII APAANSII", Lami menepis tangan Gio yang bergelayut manja di lengannya.
"AHAHAHA ANJIM SELERA LAGU SI GIO!" Faiq terbahak.
"Walaupun Madona cantik, tapi Lami lebih cantik~ hmpph"
Lami menyumpal mulut Gio dengan roti. "Diem gak lo?"
"Ahahahha plisss", Nara memegang perutnya sendiri karena tak tahan mendengar suara Gio. Beberapa orang di sekitar mereka pun memerhatikan Gio dan Lami. Entah karena lagu yang dibawakan Gio adalah jenis dangdut 90an yang terdengar ekstrim di telinga mereka atau karena suara Gio yang membuat orang-orang ingin melemparkan batu ke arahnya.
Tapi bisa jadi dua-duanya.
"Gak bisa diajak romantis emang", kesal Gio.
"Romantis apaan romantis. Malu-maluin tau gak suara lo tuh!"
"Iya iya maap", ujar Gio sambil menyuapkan nasi gorengnya pada Lami.
Begitulah mereka. Sedikit-sedikit berantem, sedikit-sedikit mesra-mesraan tak tahu tempat. Di kantin sekolah sekalipun, seperti saat ini.
"Ni kita jadi nyamuk?", Faiq menyenggol sikut Nara.
Nara mengangkat bahunya.
"Kita kan sama-sama jomblo, jadi kita main romantis-romantisan aja kayak mereka", ajak Faiq sembari menaikturunkan alisnya.
"Aduh anjir!"
Belum sampai satu menit, seseorang menarik rambut Faiq ke belakang.
"Ngemeng apa lo barusan?" tanya Aidan.
Lantas laki-laki itu duduk ditengah-tengah Nara dan Faiq, memecah belah mereka.
"Set dah. Minggir ah, keringat lo bau terasi!" Seru Faiq.
Di sana, Aidan memang baru saja menyelesaikan mata pelajaran pelajaran olahraga. Ia memakai seragam olahraga sendirian di meja itu karena dirinya berbeda kelas sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty After All
Teen Fiction"Pikun". Satu kata favorite Nara untuk Aidan. "Nyebelin". Kata kedua. "Bodo". Kata ketiga. "Tapi gue suka". Tiga kata penutup. Cerita si Pikun bertemu si Galak, dan segala lika-likunya. ~ Nara & Aidan ~