Chapter 18.

8.7K 790 55
                                    

Ada yang kangen Alula gak?

Atau Attar?

Starla?

Alta?

Rigel?

Yang lain?

Selamat membaca📖

⭐ Jangan lupa tinggalkan jejak ⭐

18. Sebatang kara.

____________________

Tak terasa sudah sebulan lebih Alula dan Luna tinggal di mansion Gavriel. Sudah sebulan pula kehidupan Alula berubah.

Tak ada Alula yang mandiri dan menahan lapar saat Luna belum pulang dari pekerjaannya. Tak ada lagi Alula si gadis lusuh penjual kue. Kini hanya ada Alula, cucu bungsu perempuan yang menjadi kesayangan dua keluarga.

Pun dengan kehidupannya di sekolah. Jika dulu Alula dikenal sebagai gadis miskin beasiswa kini seakan menjadi ratu dari ratusan siswa di sekolahnya.

Banyak yang berubah semenjak mereka tau bahwa Alula adalah bagian dari Gavriel. Tidak ada teman-teman yang selalu menatapnya sinis seperti dulu. Bahkan tak jarang banyak gadis yang memberinya hadiah alih-alih mendapatkan informasi tentang kakak-kakaknya. Hal itu membuat Starla dan Ken yang sekelas dengan Alula sangat menjaga gadis itu.

Contohnya seperti saat ini. Alula tengah asik membaca buku di perpustakaan sendiri. Sebenarnya tidak sendiri. Ia pergi ke perpustakaan sekolah bersama Starla dan Ken. Namun, Starla keluar karena ada kepentingan mendesak di kamar mandi. Sementara Ken, laki-laki itu sudah tertidur pulas di pojok ruangan.

"Hai ..." Alula menghentikan bacaannya, ia mendongak.

Menatap gadis berpakaian mini di depannya. Lalu tatapannya beralih pada rambut merah muda bergelombang dengan jepitan rambut berwarna putih.

"Em, hai," balas Alula kikuk. Ia tidak mengenal ketiga gadis di depannya.

Apalagi saat mendapat tatapan sinis dari gadis yang memiliki tindik di telinga kirinya. Alula bergidik ngeri.

Gadis berambut merah muda itu duduk di hadapan Alula diikuti kedua temannya. Ia menjulurkan tangannya.

"Kenalin, nama gue Fiola Arzeeta," Alula membalas uluran tangan Fiola. "Dan mereka temen gue, yang rambutnya ungu namanya Calista kalo yang pake tindik namanya Kaila."

Alula mengangguk sambil tersenyum menatap gadis berambut ungu dan meringis saat mendapat delikan tajam dari gadis preman di sebelah kanan Fiola.

"Nama aku—"

"Alula. Kita udah tau itu," Alula mengerjap pelan saat Fiola memotong ucapannya. Lantas mengangguk sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Alula melirik kotak bekal di tangan Fiola. "Em ... kalo kamu mau ngasih itu buat kakak aku, aku gak bisa."

Fiola terdiam beberapa saat. Kemudian dia tertawa canggung. "Ini bukan buat kakak lo kok."

"Eh?"

"Nih, buat lo. Gue denger Lo suka klepon. Kebetulan tadi malem di rumah gue ada acara, terus bikin klepon dan masih sisa banyak. Jadi ya udah daripada mubazir gue sumbangin ke elo."

Seketika netra Alula berbinar. "Wahh makasih loh," pekiknya langsung mengambil kotak merah muda dari tangan Fiola.

"Ihhh banyak banget," gemas Alula senang setelah membuka kotak makan berisi makanan kesukaannya itu.

"Fio makasih loh udah ngasih Alula klepon. Sering-sering aja ya," ujar Alula tak tau diri.

Fiola tertawa pelan. Ia menganggukkan kepala. "Iya,"

Spectacular BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang