***
Aldebaran berjalan tergesa-gesa memasuki bangunan yang megah. Sepanjang jalan, orang-orang yang dilewatinya menunduk hormat. Aura yang dipancarkan laki-laki itu sangat tajam. Terlihat kilatan kemarahan di kedua matanya. Saat sudah sampai di tempat yang dituju, langsung saja Aldebaran membicarakan maksud kedatangannya tanpa memedulikan tatapan kaget ayahnya.
"Apa maksud semua ini? Kenapa gadis itu bisa memiliki kalung itu?" tanya Aldebaran tidak sabaran.
Raja Hermes perlahan mengurangi rasa terkejutnya lalu memandang putranya. "Apa Ayah kurang memberimu pelajaran mengenai sopan santun? Adakah keturunan bangsawan yang masuk tanpa izin, meskipun di rumah sendiri?"
"Ayah, aku tidak ingin berbasa-basi."
"Ayah juga tidak sedang basa-basi. Sejak kapan kamu mengabaikan adat yang sudah diterapkan di kerajaan ini," ujar Raja Hermes marah.
Aldebaran menghela napas. Kemudian laki-laki itu menjatuhkan dirinya dengan lutut sebagai penyanggah. Laki-laki itu menunduk hormat pada sang ayah. Memang dirinya putra raja, tetapi peraturan tetaplah peraturan.
"Saya Aldebaran Hermes, putra tunggal Hermes. Izin berbicara dengan Ayah," ujar Aldebaran sambil duduk tertunduk dengan hormat.
"Silakan."
Aldebaran menegakkan badannya kembali seperti biasa. Ia kembali menatap ayahnya dengan nyalang.
"Kenapa gadis biasa seperti dia bisa mendapatkan kalung itu? Bukan 'kah kalung itu hanya dimiliki bangsa kita?" tanya Aldebaran menggeram.
"Gadis siapa yang kau maksud?"
Aldebaran memejamkan matanya sejenak. "Aluna."
Raja Hermes tidak langsung menjawab. Ia memandangi putranya yang nampak frustasi.
"Pergilah ke kamarmu. Ibumu sudah menunggu di sana."
"Tapi ---"
"Jangan pernah membantah ucapan raja," ujar Raja Hermes datar.
Aldebaran menghela napas sebentar kemudian berlalu menuju kamarnya. Setelah membantak Aluna di acara itu, Aldebaran langsung bergegas menemui ayahnya untuk meminta jawaban. Namun, sepertinya sulit. Aldebaran tidak akan nyerah. Rasa penasaran tentang Aluna semakin bertambah.
***
Seorang wanita separuh baya mencoba menenangkan putranya yang sedang dilanda emosi. Kebiasaan sang putra jika sudah dikuasai amarah akan menghancurkan semua barang-barang yang ada. Maka jalan satu-satunya adalah menenangkan dengan lembut. Meski tidak semua orang bisa melakukan, hanya orang-orang tertentu seperti dirinya yang memang berstatus ibunya.
"Sudahlah, kau seperti tidak tahu saja sifat Ayahmu."
Aldebaran memejamkan matanya sejenak. Elusan dari sang ibu sedikit mengurangi rasa emosinya. Kemudian ia kembali membuka mata dan menatap sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Shadow
Fantasy[FOLLOW DULU YUK, SEBELUM MEMBACA] --[ON GOING]-- Cerita bermula saat Aldebaran Hermes hadir sebagai siswa baru. Laki-laki utusan dewa yang ditugaskan untuk menjaga putri tunggal keturunan Athena yaitu Athena Aluna Minerva. Aldebaran sendiri bahkan...