BAB 19

1.7K 109 21
                                    

Sasti dan Widia kini sedang disidang oleh guru BK. Pak Dedi adalah guru killer BK di sekolah ini. Tentu saja, mereka kini takut bukan main.

"Kalian ini, sudah besar kok gayanya kaya anak TK, pake berantem segala, memangnya tidak bisa dibicarakan baik-baik?"

Sasti dan Widia hanya menunduk takut saja. Mereka tak berani menatap dua bola mata Pak Dedi. Terlalu menyeramkan jika mereka melihat Pak Dedi.

"Jadi, siapa yang salah di sini?"

Saat pertanyaan itu terlontar, sontak keduanya saling tunjuk menunjuk. Mereka saling menyalahkan dan tidak mau disalahkan.

"Dia Pak."

"Enggak Pak, bohong tuh, dia yang salah udah jatuhin nasi goreng saya Pak," omel Sasti kesal.

Widia memutar bola matanya. "Nasi goreng doang Pak, saya bisa ganti sepuluh porsi kalo dia mau, tapi dia malah jambak rambut saya, ya saya jambak balik lah."

"Lo yang salah! Te ngaku-ngaku ih ai maneh!" cibir Sasti.

Widia memegang kepalanya. "Pusing gue denger ocehan lo. Recok banget sih, bacot tau gak!"

Sasti tak terima, dia hendak menjambak rambut Widia. Namun, Pak Dedi langsung menengahinya.

"Sudah Sasti, Widia, Diam!"

Mereka menundukkan kepalanya kembali. "Iya Pak maaf," ucap mereka kompak.

"Karena kalian sudah membuat keributan, Bapak akan kasih kalian sebuah hukuman. Besok, kalian harus membersihkan toilet wanita satu sekolah ini, paham!"

Sasti dan Widia kaget. Mata mereka melotot melihat ke arah Pak Dedi.

"Bapak yakin? Satu sekolah Pak?"

Pak Dedi tentu saja mengangguk matang. "Iya, memang kenapa? Mau membantah?"

Sasti tertawa kecil, dia menepuk keras pundak Widia. "He he, enggak kok, iya kan Wid?"

Widia hanya bisa tersenyum dan menahan nyeri di bagian pundaknya. Sasti sangat keras memukul pundaknya.

"He he, iya Pak betul," ucap  Widia tersenyum kecil.

🌑🌑🌑

"Gara-gara lo gue dihukum!" sindir Widia menyenggol bahu Sasti.

Sasti tentu saja kaget dan tidak akan terima. Dia menarik tubuh Widia agar menghadap padanya. "Kurang asem banget sih lo! Dasar kentang!"

Widia melotot. "Stop panggil gue kentang ya cabe!"

Sasti mendekat sembari mendorong tubuh Widia. "Apa? Mau apa hah!"

"WIDIA! SASTI! BERHENTI ATAU BAPAK TAMBAH HUKUMANNNYA!" teriaknya dari dalam ruangan BK.

Widia dan Sasti sontak saja segera kabur mencar ari pada menjadi sasaran amuk guru killer itu.

•~•

Sasti terus berlari pergi meninggalkan amukan guru BK. Tanpa dia sadari seseorang berjalan dari arah yang berlawanan.

Bruk!

Sasti terjatuh, sedangkan orang yang ditabraknya masih berdiri karena perbedaan pertahanan kekuatan.

Bimo dengan muka samblengnya malah tertawa melihat Sasti jatuh tersungkur ke atas lantai.

"Bha ha! Suster ngesot datengnya malam-malam sayang, terua kenapa lo ngesot siang bolong kaya gini oyy!" teriak Bimo tertawa kencang.

Luna Areva | Selesai✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang