***
Arjuna Nayaka Prihatmoko, sebagian besar pasti sudah kenal siapa dia. Tapi jika ada beberapa yang belum kenal bakal lebih baik jika Arjuna dengan senang hati memperkenalkan diri. Padahal Arjuna nggak sebaik hati itu.
Arjuna ini anak ketiga dari lima bersaudara. Tapi sekarang saudaranya nambah, jika diurutkan dari umur maka Arjuna adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Hobi terbaiknya adalah naik motor. Turing dari satu kota ke kota lain. Ya walaupun sejauh ini masih seputar jakarta-bandung. Tapi lumayan.
Dalam keluarga Arjuna tergolong anak yang neko neko. Mencintai segala hal baru entah halal atau haram. Tapi ketika sedikit mendekati haram maka Bang Banyu dan Mas Abim akan panjang lebar menasihati.
Arjuna suka hujan. Dari banyak bulan yang paling Arjuna suka adalah bulan Desember dan Januari. Selain akan ada banyak hujan melainkan juga banyak liburan. Kenapa Arjuna suka hujan. Klasik. Karena rindu selalu turun bersama hujan. Meskipun kadang Arjuna berpikir tentang kalimat 'titip rindu pada hujan'. Kenapa harus dititipkan pada hujan jika Arjuna ingin menitipkan rindu itu pada seorang diatas sana. Namun Arjuna juga berpikir, hujan hadir karena Mami mengirim rindu dari atas sana. Makanya ketika hujan turun maka Arjuna akan dengan senang hati menatapnya hingga puas. Sangat berkebalikan dengan Bang Banyu. Kakak pertamanya itu agak benci dengan hujan. Arjuna tidak mau tau alasannya.
Setiap hujan turun Bang Banyu atau Mas Abim adalah orang dengan teriakan paling kencang dari segala arah rumah. Berteriak pada siapa saja untuk mengangkat jemuran di lantai tiga. Bukan lantai tiga, tapi rooftop. Maaf, lantai tiga memberi kesan bahwa Arjuna termasuk konglomerat dengan rumah gedong setinggi langit. Ya walaupun rooftop juga bahasanya terlalu berlebihan. Atau ketika hujan turun Bang Banyu adalah orang yang akan membuat makanan hangat semacam goreng gorengan untuk menemani jadwal nonton Net*lix. Dan membatalkan segala janji yang sudah ia buat.
Jika kalian ingin tau alasan Bang Banyu tidak sukan hujan, baca saja buku yang menceritakan kisah Banyu Seno Prihatmoko. Karena buku ini khusus untuk Arjuna Nayaka Prihatmoko.
Arjuna sudah masuk kuliah. Lulus modal nekat dengan nilai rata rata tidak lebih tinggi dari pohon bongsai milik Mama. Namun bersyukur dia lulus.
Sastra Inggris menjadi satu satunya jurusan yang terlintas di kepalanya. Arjuna tidak suka mengitung, dia benci menghafal dan enggan memikirkan banyak teori teori yang akan membuat kepalanya pecah. Arjuna kadang juga berpikir kenapa Setiyaki dan Mas Abim sangat mencintai Matematika.
Banyak yang berubah dari suasana rumah terutama meja makan dan depan televisi. Kepergian Kak Lino memang bukan salahnya namun rasanya Arjuna adalah orang yang paling bersalah disini. Kedekatan Arjuna dengan Kak Lino belum genap satu tahun jika dijabarkan benar benar dekat.
Sonnie mengeong ketika Arjuna membuka pintu kulkas. Dan suara itu seperti racun yang membuat dadanya sangat sangat sesak. Cowok itu menunduk dan mengusap Sonnie dengan lembut kemudian berbisik.
"Kamu kangen Kak Lino? Sama, Juna juga." Sonnie kemudian mengeong lemah. Seolah tersayat, Arjuna meraih Sonnie kedalam gendongannya kemudian duduk di sofa depan tv.
Kucing oren itu lagi lagi mengeong. "Gue nggak tau lo ngomong apa, Sonnie. Yang bisa bahasa lo cuma kak Lino."
Kemudian sebuah luka kembali menganga. Arjuna terlalu terluka untuk menyebut nama kakanya. Kemudian melepas Sonnie ketika kucing itu melompat dari pangkuannya. Arjuna berdiri ketika Bang Banyu keluar kamar. Keduanya saling tatap sejenak sebelum Arjuna memilih naik ke kamarnya.
"Kak, Juna kangen. Kalo kakak kesepian disana, panggil Juna. Oke?"
***
Hampir satu tahun kepergian Kak Lino. Banyak hal berubah secara tiba tiba. Seperti pohon bugenvil yang sengaja di tebang oleh Bang Banyu berganti sebuah pohon kelengkeng yang di hadiahkan teh Rima di ulang tahun kak Lino tiga bulan lalu. Kata teh Rima, kak Lino suka menatap pohon kelengkeng di depan kosannya dan dari situ teh Rima berpikir bahwa kak Lino suka pohon kelengkeng. Teh Rima juga bilang jika pohon kelengkeng di depan rumah itu berbuah berarti kak Lino sedang memberi hadiah dari surga. Aji percaya kalimat itu hingga setiap minggu Aji akan jadi orang pertama yang menyiram pohon kelengkeng itu. Berharap agar lekas berbuah.
Perubahan lain adalah mama. Wanita itu berubah banyak setelah kepergian anak lelaki kesayangannya. Tapi seperti kebanyakan pepatah. Meski badai menghadang life must go on.
Mama memutuskan berhenti dari pekerjaannya. Fokus pada anak anak nya juga banyak hal dirumah. Awalnya Bang Banyu dan Setiyaki menyayangkan. Karena Mama cenderung suka kesibukan. Wanita itu suka bekerja, bergerak setiap kesempatan. Bahkan selama pernikahannya dengan papi, mama selalu rajin melakukan pekerjaan rumah. Dan sejujurnya itu membuat Arjuna semakin tidak enak hati.
"Mas Abim. Keluar, yuk. Makan sop duren di pertigaan." Arjuna masuk ke kamar Abimanyu tanpa mengetuk. Abimanyu hanya bergeming, ingin kesal tapi itu kebiasaan Arjuna.
"Ngajak bang Banyu sana. Atau Aji atau Ali." mas Abim masih bergelut di depan laptop. Tanpa melirik pada Arjuna yang melas. Menempel pada pintu kayu seperti cicak.
"Mas Abim nggak asik." ujar Juna singkat untuk kemudian meninggalkan kamar Abimanyu dengan pintu terbuka. Arjuna tau kakaknya akan marah karena Juna tak menutup pintu lagi, namun Juna tetap melenggang.
"ARJUNNAAA!!" Mas Abim teriak dari dalam. Bukan merasa bersalah, Arjuna malah merasa senang sudah membuat Abimanyu marah.
"Dek, sop duren pertigaan, yok?" ajak Arjuna pada Aji. Yang diajak sedang tepar dengan tubuh tengkurap di kasur dan beberapa buku di terbuka disekitarnya. Sepertinya Aji sedang belajar dengan keras. "Kakak yang bayar."
"Let's go!" teriak Aji kemudian. Lantas cepat bangun dan meraih hoodie hitam yang tergantung di belakang pintu. Arjuna menghela napas. Kalo gratis aja gercep. Turunannya Bang Banyu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Arjuna | Hwang Hyunjin
FanfictionPotongan Cerita : "Saka!" teriak Ecan yang hanya di anggap gonggong liar seekor anjing oleh Saka. "Woy, Saka. Monyet!!" "Apaa, sih. Anjing. Santai, bego." "Astagfirullah, Saka. Mulut kamu berdosa sekali." Ecan dramatis banget sembari menutup mulu...