21. Athaya, What Happen?

18 2 0
                                    

"Baris yang benar!!"

Athaya mengedarkan pandangannya kearah lapang sana yang kini dipenuhi oleh siswa yang terlambat. Sudah terlambat, tak ikut upacara pula, lengkap sudah azab mereka.

Dan ditengah barisan itu ia melihat Gibran yang kini tengah nyengir kearahnya.

'Hai sayang..'

Suara tawa terdengar.

'Aku juga sayang kamu.'

'Gibran, siapa?'

'Kenalin, ini --'

"Thaya, lo gapapa?"

Acha menatap khawatir sahabatnya kini yang terlihat pucat. Athaya menggeleng, matanya kini menatap lapang utama yang terlihat kosong.

Dengan cepat gadis itu menoleh pada acha yang tengah menatapnya bingung.

"Kenapa sih lo? liat setan?"

"Gibran mana?"

Kening Acha menyirnyit tak suka, ia tak menjawab dan langsung membawa Athaya ke kantin.

"Lo ilang ingatan apa gimana sih, Nyet?"

"Kayaknya lo masih sakit deh." Athaya tak mendengar ocehan sahabatnya dan memilih diam. Selepas acara disekolah kemarin Athaya memang jatuh sakit dan membuat gadis itu tidak masuk sekolah selama seminggu.

Namun sepertinya selama seminggu ini banyak sekali perubahan terjadi.

Sesampainya dikantin senyum Athaya mengembang saat melihat sosok Gibran, lantas ia melepaskan genggamannya dengan Acha dan langsung memeluk cowok jangkung itu.

Acha membulatkan matanya, sedangkan Gibran dilanda kebingungan. Kini seluruh kantin menatap keduanya.

"Gue gatau, tapi gue kangen banget sama lo, Gibran."

Gibran mendorong perlahan bahu sempit gadis itu agar pelukannya terlepas.

"Tha, kamu udah sembuh?"

Kening Athaya menyirnyit, ini Gibran kan? ada apa dengan bahasa cowok itu. Tiba tiba aku-kamu? yang benar saja.

Sambil menahan tawa, Athaya mengangguk kemudian menatap sekelilingnya. Gadis itu meruntuki dirinya yang tiba tiba memeluk Gibran ditempat umum seperti ini.

"Aneh banget bahasa lo," ucap Athaya.

Gibran tetap membisu sampai seseorang menghampiri mereka.

"Kak Athaya, udah sembuh?"

Athaya menatap bingung gadis bule dihadapannya, "Gibran, siapa?"

Dibelakang sana Acha dan Putra saling tatap. Rangga, Arsen juga Guntur pun sama dibuat bingung.

Sedangkan Gibran mencoba memahami kondisi Athaya, cowok itu tersenyum walau sama bingungnya.

Kompak sekali ya, bingung satu bingung semua.

'Benturan keras dikepalanya menyebabkan pasien lupa ingatan, walau hanya sebagian dan sementara. Tapi pasien mengalami depresi berat yang secara tidak sadar menginginkan dirinya sendiri untuk tidak mengingat kembali apa yang telah pasien alami.'

"Kenalin, ini Andin."

'Ini Andin.'

'.... Pindahan dari LA,'

'Bentar ya, mau jenguk Andin.'

'Athaya, kok gitu sama Andin?'

'Andin pacar aku, kita putus.'

ATHAYA GIBRAN - 01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang