Embun pagi hari kembali hadir, munculnya matahari dari sebelah timur yang menyinari kamar Shasa, membuat Shasa terbangun dari tidurnya. kini dia terbangun dan langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri serta bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Setelah lamanya bersiap Shasa langsung pergi turun ke bawah, dengan wajah yang sedikit membawa harapan baru dan lebih ceria dari sebelumnya. Satu demi satu anak tangga yang iya lewati kini dia tengah berada di meja makan.
Dibawah Shisi tengah menyiapkan makanan yang telah dia masak tadi untuk disantap barsama dengan adiknya itu. Mereka sarapan pagi bersama-sama, Shisi yang sudah selesai lebih dulu kini dia tengah membuatkan susu untuk adiknya. Shisi pun kembali dengan membawa segelas air susu yang dia buat tadi.
"Sebelum berangkat, habiskan dulu minum susu nya." Jelas Shisi. Shasa mengangguk, lalu dia meminum susu tersebut sampai habis. "Ka udah yu," ajak Shasa.
"Sebentar ya kakak ke kamar dulu ngambil tas."
"Okeh kak." Shisi langsung berlari ke atas untuk mengambil tasnya itu dan kembali dengan cepat, sambil menuruni anak tangga dia berlari menghampiri Shasa dan langsung merangkulnya sambil mengajak. "ayo kita berangkat."
Mereka berdua berjalan beriringan menuju pintu keluar rumah, sebelumnya Shisi sudah berbicara kepada bi Cun untuk menjaga rumahnya itu, karena kemungkinan setelah mengantar Shasa ke sekolah, Shisi langsung pergi ke tempat kerjanya itu.
Shisi mengantarkan Shasa ke sekolah dengan menggunakan motor metick miliknya sendiri. Tidak perlu memakan waktu yang lama mereka sudah tiba di sekolah Shasa.
"Belajar yang rajin ya, jangan sedih lagi." Ujar Shisi.
Shasa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis. "Okeh kak, kalo gitu Shasa masuk ya, kakak ati-ati di jalan." Shasa mencium punggung tangan kanan Shisi.
Shisi membalas senyuman Shasa. "Iya sayang, kalo gitu kakak berangkat sekarang ya, dadah."
"Dah kakak."
Shisi kembali melajukan motornya dan semakin jauh dari tempat sekolahnya Shasa, Shisi berencana untuk pergi ke tempat coffe shop miliknya dan kembali membukanya, setelah beberapa hari tutup. Shisi pun telah sampai di tempat coffe shop miliknya dan sudah ada temannya yang membuka tempat tersebut.
Shisi menghampiri Elina yang tengah membersihkan meja-meja dan merapihkan tempat duduk yang ada di sana. "Hai Lin." Sapa Shisi, Elin yang menyadari kedatangan Shisi kini dia langsung menghampiri Shisi dan langsung memeluk sahabatnya itu. "Hai Shi, gimana kabar lo sekarang?" Tanya Elin.
Shisi tersenyum manis, "Alhamdulillah baik ko". Elin memandang wajah Shisi dengan penuh rasa prihatin. "Oiya Shi, sebelumnya gue mau ngucapin turut berduka cita ya atas meninggalnya nyokap lo, maaf gue ga bisa ke rumah lo pas waktu itu, karena ada keperluan keluarga juga." Jelas Elin dengan raut wajah yang sedih.
Shisi mengangguk tersenyum manis ke arah Elin. "Iya Lin terimakasih, ga papa ko yang penting minta doanya aja." Elin pun tersenyum manis ke arah Shisi dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
"Kita lanjut ngobrol di dalam aja yu," Ajak Shisi kepada Elin. "Oiya terimakasih ya Lo udah ngebuka coffe shop punya gue ini." sambil berjalan beriringan bersama Elin menuju kedalam coffe shop miliknya.
Elin tersenyum mendengar perkataan yang di ungkapkan oleh sahabatnya itu. "Ah elah kalem aja kali, kaya sama siapa aja lo." Ujar Elin.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEGAR
Random"tidaklah mudah untuk mengikhlaskan orang yang paling penting dalam hidup kita" Pasti kalian semua tau bagaimana rasa sakit ketika ditinggal pergi oleh seorang ibu. Begitulah yang terjadi sangat menyayat hati kecil yang sebelumnya tidak pernah meras...