"Pembullyan Jilid II ?"
Irfan, memang tidak serupawan Raga jika kalian bertanya tentang itu.
Irfan adalah anak laki-laki yang berkulit sawo matang namun manis ketika ia tersenyum.
Irfan salah satu yang terpintar di kelas. Apalagi saat pelajaran fisika dan matematika.
Semakin hari kami selalu dipertemukan dalam kelompok belajar.
Dan hari Minggu ini adalah jadwal kami belajar kelompok di rumahku untuk tugas Biologi.Kebetulan di rumah hanya ada aku dan Ibu.
Saat kami tengah mengerjakan tugas, Ibu bercerita tentang masa sekolah nya dahulu.
Ketika Ibu menyebutkan nama Universitas nya, Irfan kemudian mengatakan bahwa Ibunya juga alumni di Universitas yang sama dengan Ibuku.
Mendengar itu, Ibu sangat antusias bercerita dengan Irfan. Dan Ternyata Irfan adalah anak dari teman Ibuku sewaktu mereka kuliah. "Dunia hanya selebar daun kelor" kurasa respon yang tepat untuk menggambarkan hal tersebut.
Kemudian di Sore hari tugas kami telah selesai. Dan karton besar yang digulung dibawa oleh teman sekelompok kami yaitu Mita, agar di tempahkan bingkai oleh Ayahnya yang ahli.
Malam hari saat bersama keluarga ku, Ibu kembali menceritakan teman lama nya dengan Ayah. Mereka berdua tampak asyik mengenang masa lalu bersama.
Kedekatan ku dengan Irfan kini menjadi lebih dekat ketika Ibunya dan Ibuku memutuskan untuk saling bertemu.
Disekolah, Irfan menunjukkan sikapnya bahwa kami berdua memang dekat. Sesekali ia bergabung bersama ku dan lainnya di kantin.
Sebenarnya aku tidak keberatan jika Irfan akrab denganku dan temanku. Namun beberapa hari kemudian, di kelasku bermunculan berbagai opini bahwa Aku dan Irfan berpacaran.
Giselle, Hani dan Sari yang mengetahui keadaan sebenarnya, juga sering ikut meledekku dengan Irfan.
Hal itu bisa terjadi karena dihadapan mereka, Irfan pernah mengatakan bahwa ia menyukai ku. Tapi Dia selalu tertawa setelah mengatakan nya. Jadi aku menganggapnya hanyalah guyonan semata.
Hari demi hari berita aku berpacaran dengan Irfan semakin melebar, Entah siapa yang menyebarkannya sehingga murid-murid kelas lain pun mengetahui kabar tersebut.
Mulanya, Aku jelas membantah mereka. Tapi semakin ku jelaskan mereka semakin menggodaku.
Dan akhirnya kuputuskan bahwa aku juga tak ingin ambil pusing untuk itu. karena mereka semua sama sekali tidak percaya saat aku mengatakan yang sebenarnya.
Semenjak kabar itu, Aku yang dulu memang menggunakan angkutan umum untuk pergi dan pulang sekolah, kini sering di ajak Irfan pulang bersama dengan kendaraan bermotor yang dibelikan oleh Ayahnya.
"Pulang bareng yok fan, aku sekalian mau ketemu Ibu kamu ngasih titipan."
"Duh, kayaknya gak bisa deh! kamu duluan aja. Aku sama Hani mau pergi dulu." Jawabku
Saat itu di pikiranku, Sepertinya Irfan senang tentang kabar kami berdua. Seolah ia ingin menunjukkan bahwa dia memang benar pacarku dengan pulang bersamaku.
Sabtu malam ia juga datang ke rumah, tapi kami tidak kemana-mana. Ia bermain dengan adikku lalu Ibu juga mengajaknya makan malam bersama.
*Di Meja Makan*
"Kemarin kue yang kamu bawa enak sekali loh fan! Ibu kamu belajar dimana sih cara buatnya?". Tanya Ibu pada Irfan
"Hehe, iya Tante. Ibu di rumah emang suka buat kue"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bully Crush
Teen Fiction"Dia adalah korban cintanya" [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Selamat datang di cerita pertamaku 🙋. Di kesempatan kali ini aku memakai sudut orang pertama yang sedang bercerita. Kalian setuju gak sih kalau masa SMA itu emang masa yang paling indah? ****...