Kembali Ke Desa

470 64 0
                                    

Sambil membawa satu kain pakaian, Pria Tua itu berjalan mendekat ke arah Yena. Yena yang tak merasa takut meminta pria itu untuk berhenti dan segera menjawab pertanyaannya. Tapi pria itu tetap melangkah dengan langkah pelan.

"Tidak perlu cemas. Namaku Datuk Setyo Budi. Kamu bisa memanggilku Datuk atau Datuk Setyo. Aku bukan orang jahat seperti yang kau kira," jawab Datuk lalu meletakkan baju yang ia bawa di tepi tempat tidur.

"Ini pakailah, aku baru saja membelikan baju untukmu dari desa sebelah," kata Datuk dengan nada tenang.

Yena masih menatap pria tua itu dengan tatapan cemas. Lalu matanya melihat baju itu.

"Dimana saya sekarang? Dan kenapa saya bisa berada dirumah Datuk?" tanya Yena dengan berhati-hati. Ia masih tak bisa percaya 100 persen pada pria tua itu. Bahkan untuk percaya 50 persen pun, dirinya masih merasa berat.

Datuk Setyo tersenyum tipis sebelum menjawab.

"Ini bukan rumahku. Ini hanya gubuk yang aku bangun sementara waktu bersama muridmu. Dan kamu, sekarang berada di sebuah desa yang telah ditinggalkan. Desa Krikil."

Mata Yena langsung membeliak mendengar nama desanya.

Tanpa berkata apa-apa, Yena langsung bangkit dari tempat tidur. Ia ingin memeriksa langsung apakah ucapan Datuk Setyo ini benar, atau mengada-ada. Namun saat akan berdiri, tubuhnya langsung ambruk dan menjadi gemetar.

Datuk langsung membantu Yena agar tetap berada di tempat tidur.

"Hei Nona, ada apa denganmu? Itu tadi sangat berbahaya, kondisimu belum pulih benar," kata Datuk cemas sekaligus heran. Ia merasa reaksi nekat Yena bangkit dari tidurnya lantaran ia mengucapkan sesuatu yang mengejutkan baginya.

"Biarkan saya keluar untuk melihat luar. Saya ingin melihat desa ini," ucap Yena. Mukanya sudah berubah menjadi sedih. Bahkan matanya sudah berkaca-kaca.

Datuk bisa merasakan kalau dugaannya benar.

"Apa kamu berasal dari desa ini?" tanya Datuk.

**
Yena menceritakan apa yang terjadi pada desanya. Dan siapa dalang yang bertanggung jawab atas hancurnya desa Krikil ini.

Datuk sedikit terkejut saat nama Perampok Penunggang Kematian Yena sebutkan. Nama kelompok keji itu sudah lama tak ia dengar. Dan baru-baru ini dirinya sempat mendengar kalau kelompok itu telah bangkit kembali. Namun dirinya belum cukup percaya akan berita yang disampaikan dari mulut ke mulut itu.

"Apa kamu yakin mereka lah yang telah menyerang desamu ini?" tanya Datuk untuk memastikan.

"Seorang pria memberitahuku kalau kelompok yang menyerang desaku ini adalah mereka."

Wajah Datuk menjadi masam. Dirinya tentu tahu soal Perampok Penunggang Kematian. Dan bagaimana mereka berakhir dengan di kalahkan oleh kerajaan-kerajaan besar Nusantara.

"Sudah ku duga, penyakit, memang harus dicabut dari akarnya. Jika membiarkan mereka tersisa meski sedikit saja, sama saja memberikan mereka kesempatan untuk bangkit kembali. Tapi, seharusnya tak secepat ini mereka memulihkan kekuatan. Kecuali, jika pemimpin mereka masih hidup!" gumam Datuk Setyo.

Meski Datuk Setyo bergumam, tapi Yena tetap bisa mendengar ucapan Datuk.

"Apa pemimpin kelompok itu sangat kuat?" tanya Yena penasaran.

"Sangat kuat, dirinya bisa mengimbangi Raja dari Tanah Dewa, Raja Mada! Tapi pada pertempuran itu, seharusnya Volka telah mati. Karena kepalanya telah dipenggal. Namun jika Volka bisa bangkit kembali, itu berarti, dirinya memiliki ilmu kanuragan yang sangat hebat. Bisa saja dia mempunyai ilmu Rawa Rontek!"

"Rawa Rontek? Ilmu apa itu, Datuk?"

"Ilmu Rawa Rontek, adalah salah satu ilmu hitam. Dengan ilmu tingkat tinggi itu, dia bisa memulihkan luka dengan cepat. Tangan yang terpotong bisa tersambung kembali. Bahkan kepala yang terpenggal bisa tersambung. Ilmu ini sangat lah hebat!" jelas Datuk.

"Kalau begitu, dia tidak bisa mati?" tanya Yena lebih lanjut.

"Tentu saja bisa mati. Setiap ilmu, pasti memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Dan kelemahan ilmu Rawa Rontek adalah saat pengguna ilmu ajian sakti ini dibunuh. Jangan biarkan tubuhnya menyentuh tanah. Jika tidak, maka dia akan bangkit kembali dan badannya akan menyatu kembali," terang Datuk.

Yena terdiam usai mendengarkan penjelasan Datuk Setyo. Dirinya sedikit merasa ragu untuk bisa mengalahkan manusia dengan ajian sakti tingkat tinggi itu. Dirinya yang awam soal ilmu persilatan, merasa terpuruk akan jarak ilmu yang dia miliki, dengan ilmu pemimpin kelompok perampok terkeji itu.

Sedang Datuk Setyo, jadi mengingat kembali soal eksekusi yang diterima Volka, diA ingat betul saat kepala Volka ditebas. Dan mayatnya dikubur bersama kepalanya. Bahkan dia tahu dimana lokasi pemakanan itu berada.

"Oh iya Datuk. Saya mau tahu, kenapa saya bisa berada di desa ini lagi?"

Kening Datuk mengernyit heran dengan pernyataan Yena.

"Padahal saya ingat betul, saya sedang berada di desa Keputeh. Tapi kenapa saya bisa berada di desa ini?" lanjut Yena.

Datuk Setyo terdiam sesaat. Ia kembali mengingat kejadian 3 hari lalu, saat dimana muridnya menemukan Yena di antara semak belukar dengan tubuh sudah penuh darah.

"Muridku menemukanmu di semak-semak tak jauh dari sini. Apa kamu tidak mengingat sesuatu?" tanya Datuk Setyo dengan tatapan selidik.

Yena terdiam untuk berpikir keras. Dan tak lama setelah berpikir, ia teringat akan permintaannya pada Belati Songgoh Nyowo. Ia ingat betul kalau dirinya ingin pulang. Tapi ia tak mengira bahwa keinginannya itu membawanya kembali ke desa Krikil.

Dan seiring dengan Yena mengingat permintaannya itu, Yena juga teringat dengan pusaka Belati Songgoh Nyowo miliknya.

Yena melihat sekeliling tempat tidurnya. Dia juga meraba-raba tempat tidurnya. Datuk Setyo yang melihat, bisa tahu apa yang sedang Yena cari.

"Dimana belatiku?!"

"Belati? Belati apa? Muridku hanya menemukan dirimu saja. Dan aku tidak melihat ada belati yang kamu bawa," Datuk Setyo menjelaskan dengan raut muka yang dibuat heran.

"I-itu tidak mungkin! Aku sangat mengingat! Aku selalu memegang belati itu dengan erat!"

"Kamu pasti berhalusinasi, kami benar-benar hanya menemukan dirimu saja disemak-semak itu!"

Mendapat jawaban itu, perasaan Yena semakin cemas. Tubuhnya yang lemas itu ia paksakan untuk bergerak. Ia meraba tubuhnya, berpikir jika belati itu terselip dibajunya. Namun tidak ditemukan. Yena juga meraba-raba sekitar tempat tidurnya. Tapi tak kunjung juga ia temukan belati itu.

"Di-dimana Datuk temukan diriku? Cepat tolong bawa aku kesana, ada benda penting yang harus ku temukan!" ucap Yena dengan paniknya.

Namun Datuk Setyo tak bergeming untuk membantu Yena menemukan belatinya. Dirinya malah meminta Yena untuk kembali beristirahat dengan dalih tubuhnya yang masih belum kuat untuk beranjak dari tempat tidur.

Hal itu memang benar. Tapi Yena yang takut kehilangan belati itu memaksa dirinya untuk bangkit. Namun usahanya itu dihalangi oleh Datuk Setyo.

Datuk Setyo terpaksa memukul tengkuk leher Yena untuk membuatnya pingsan. Sehingga Datuk Setyo bisa membawa Yena kembali untuk beristirahat.

"Sebenarnya apa hubunganmu dengan belati mengerikan itu?" kata Datuk Setyo seusai menidurkan Yena kembali ditempat tidurnya.

"Untuk sementara waktu ini, kamu harus memulihkan kondisi tubuhmu terlebih dahulu. Dan sebelum aku mengetahui soal belatimu itu, aku tak akan menyerahkannya padamu. Karena aku merasakan aura jahat yang belati itu pancarkan."

"Aku bahkan, sampai merinding saat memegang belati itu," kata Datuk Setyo sambil memandangi telapak tangan kanan miliknya. Ia masih mengingat sensasi mengerikan saat memegang belati itu. Sensasi yang membuatnya seperti sedang memegang nyawa ratusan manusia yang merintih dan kesakitan.

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang