Okay.
Sudah dua orang yang memperingati gue untuk pelan-pelan hari ini. Mungkin memang gue terlalu set sat set kayak Usain Bolt.
Slow down, Shena.
Davin pergi sesaat sesudah memberikan tas kecil dan mengingatkan gue untuk tidak memaksakan diri.
Menutup pintu yang ada di belakang gue setelah sampai ke dalam rumah. Gue tersenyum kecil ketika membuka isi tas kecil itu terdapat kumpulan berbagai jenis coklat.
"Siapa?" tanya Matt yang masih bermain dengan Shelby dan membaca buku.
"Davin," jawab gue lalu beranjak untuk naik ke kamar. Menghentikan langkah ketika mengingat Matt yang gue tinggalkan sendiri di ruang tamu. "Uhm, lo ga anterin Christa pulang?"
"Dia pulang sendiri," balas Matt seraya menutup bukunya dan membereskan barangnya bersiap untuk pulang.
Gue menganggukkan kepala tanda mengerti. Pasti gara-gara gue pake acara pingsan segala Matt jadi gak bisa anter pulang Christa. "Maaf ya, lo jadi gak bisa anter Christa pulang."
"Gapapa, asal jangan setiap hari," ucap Matt seraya berjalan ke arah pintu keluar dengan Shelby yang mengikutinya dari belakang.
"Shelby, come." Gue berusaha memanggil Shelby supaya tidak mengganggu jalan keluar Matt.
Dilihat-lihat, gue kurang sopan sama Matt. Dia kan disini sebagai tamu masa gak gue anterin sampai ke gerbang luar. Dimanakah tata kramamu, Shena?
Berjalan cepat menghampiri dan mengantar Matt sambil mengambil Shelby dari belakang agar tidak terus-terusan mengikuti Matt. Sesuai prediksi gue, Shelby akan terus meronta saat gue gendong. Nih anjing emang kadang suka kambuh penyakit genitnya padahal dia udah kakek-kakek.
Sesudah sampai di pintu gerbang, gue mengucapkan salam perpisahan kepada Matt. Kemudian, gue berdiri menunggu sampai Matt masuk ke dalam mobilnya dan pergi.
Dari arah lain, mobil sedan berukuran sedang berwarna putih menuju ke arah rumah gue.
Kasihan si Matt. Alamat gak pulang-pulang dia.
***
"Gimana Shena di sekolah, Matt?" tanya nyokap gue. Mobil yang tadi mengarah menuju rumah gue adalah mobil nyokap bokap. Sudah pasti, nyokap akan mengajak Matt untuk makan malam di rumah terlebih dahulu sebelum pulang.
Gue memberikan kode kepada Matt lewat mata yang sedikit melotot seakan akan berbicara, 'Jangan kasih tau kalo gue gak bisa jawab turunan sin x.'
"Baik, Tante," jawab Matt sedikit gugup. Memang tatapan gue ini dapat membuat semua orang takut.
Raut wajah nyokap berubah menjadi kaget. Dengan sedikit tidak percaya, Mama bertanya meyakinkan, "Serius kamu, Matt?"
"Iya, Tante."
Gue berdehem dan memasang wajah sombong.
"Kabar Mama Papa gimana, Matt?" Nyokap bertanya lagi kepada Matt.
"Dua-duanya sehat, Tante. Cuma Mama lagi sibuk banyak jadwal operasi akhir-akhir ini," balas Matt.
Intermezzo sedikit. Nyokap gue dan nyokap Matt itu sudah seperti baju dan celana. Nyokap pernah cerita kalau mereka berteman sejak SMA. Katanya mereka dulu menghafal tabel periodik bareng sampai mengambil jurusan yang sama yaitu pendidikan dokter di universitas yang sama pula.
Pas gue denger ceritanya, gue jadi bertanya-tanya, pertemanan macam apa yang kegiatannya menghafal tabel periodik bareng.
"Rencana mau ambil jurusan kuliah apa, Matt?" Kali ini, gantian Bokap yang bertanya. Pertanyaan yang akan sering sekali muncul ketika kalian sudah mencapai tingkat akhir SMA.
"Rencana mau ambil kedokteran, Om."
Cita-citanya sangat tinggi ya. Kedokteran kan jurusan yang paling sulit dimasuki tapi sekarang kita berbicara dengan seorang Sean Matthew bukan Shena Gabriella.
"Wah, udah terarah ya masa depannya tidak seperti Shena. Dia sampai sekarang belum tahu mau ambil apa," sarkas Nyokap kemudian melanjutkan, "Kalo mau lanjut kedokteran, bisa tuh nyusul Jeremy nanti tinggal bareng disana."
Huft, emang bener ya rumput tetangga selalu lebih hijau. Oh iya, for your information, Jeremy itu kakak laki-laki gue.
"Amin, Tante."
"Nanti kita ngobrol-ngobrol lagi seperti ini, semoga christmas dinner bisa ya, bareng sama Mama Papa kamu dan juga Jeremy," ujar Nyokap dan sekaligus menutup pembicaraan malam ini.
***
"Hati-hati di jalan, Matt." Gue mengucapkan kalimat itu saat Matt sedang berjalan ke arah mobilnya dan Shelby terus menerus menangis di pelukan gue.
Matt masuk ke dalam mobilnya dan bersiap untuk berangkat pergi. Gue melambaikan tangan dan Matt membuka kaca jendela mobilnya lalu berkata, "Gue rasa lo perlu ganti selimut yang sekarang lo pake."
Setelah itu, Matt menutup kaca jendela mobilnya dan pergi menjauh.
Matt sempat masuk ke kamar gue?
***
Halo semua!
Kalo kalian suka jangan lupa vote dan commentnya yaa!
Makasih dan have a good day everyone
-Deps
KAMU SEDANG MEMBACA
She: The Beginning [REVISI]
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA] Kata orang, kita tidak akan bisa melupakan cinta pertama kita. Well, that's true tapi.. ...apakah cinta pertama kita harus muncul kembali setelah pergi tanpa jejak? BAM! Kenyataan pahit itu harus diterima oleh Shen...