Jadi Istri Saya

8.4K 429 1
                                    

" Kamu banyak memberi saya nasihat-nasihat percintaan, apakah percintaanmu selalu indah?" Tanya Adnan penasaran.

Thea diam sejenak dan berfikir, dan dia mengingat-ingat kapan dia terakhir jatuh cinta. Ah sudah lama sekali, ternyata Thea sudah lama tidak merasakan cinta, sudah lama tidak menjalin hubungan dengan seseorang.

" Hei, saya bertanya, tolong dijawab!" Adnan membuyarkan lamunan thea.

" Enghh... Saya lupa pak, kapan saya terakhir jatuh cinta hehe" Jawab Thea. Kenapa dia bisa lancar sekali memberi pertolongan percintaan kepada orang lain? sedangkan dia sendiri sudah lupa kapan terakhir jatuh cinta.

" Laki-laki ingusan kemarin? " Tanya Adnan lagi. masih penasaran dengan David. dia tidak ingin bersaing dengan laki-laki yang tidak setara dengannya.

" Ah, David, Hanya teman " Jawab Thea. karena Thea juga tidak menganggap David adalah "calon" pacarnya.

" Baguslah" Balas Adnan singkat. merasa bersyukur. Karena setidaknya bukan laki-laki itu yang akan bersaing dengannya.

Thea hanya diam, tidak ingin membalas ucapan Adnan, tidak penting baginya. Untuk apa membahas David?.

" Kenapa kamu tidak mencari pacar?" Tanya Adnan sedikit ingin tahu alasan Thea tidak mencari pacar.

" Ya, Belum ada keinginan untuk menjalin sebuah hubungan" Jelas Thea.

" Oh, belum ada keinginan atau belum ada yang mau?" Tanya Adnan, dengan sedikit mengejek.

Thea menoleh kearah Adnan, apa-apaan itu? Bagaimana bisa Adnan berkata seperti itu?
" Enak aja, selera saya tinggi dan susah digapai, jadi tidak bisa sembarangan" . Thea sangat menegaskan pernyataan bahwa dia tidak sembarangan menyukai laki-laki.

"Selera tinggi? Seperti saya?" Tanya Adnan lagi. dengan sangat percaya diri.

" Hehe tidak" Thea dengan cepat menjawab. tidak ada pertimbangan. Ya, karena memang bukan Adnan yang termasuk di kriterianya. Mungkin dari segi wajah Adnan memang tampan. Tetapi dari perilaku, sangat tidak mendukung.
Thea saja sempat berfikir, bagaimana nasib wanita yang disukai oleh Adnan? jika mereka berhasil bersama, pasti akan sangat tersiksa, Oh wanita yang malang.

" Saya bukan selera kamu?" Tanya Adnan lagi memastikan.

Thea hanya menggeleng, sungguh bukan. Siapa yang terang-terangan ingin menjalin hubungan dengan manusia seperti Adnan?

" Laki-laki seperti apa yang kamu sukai?" Tanya Adnan, level keingin tahuannya sudah mencapai level Maximal.

Thea diam sejenak, dia bingung mendeskripsikan laki-laki yang dia inginkan. setelah cukup lama meringkas beberapa laki-laki idamannya. Thea mulai menemukan jawabannya.
" Saya ingin yang tampan, manis juga, perhatian, sexy, penyayang, humoris, setia, bertanggung jawab, romantis".

" Sepertinya semua yang kamu sebutkan itu, adalah saya" Adnan merasa semua kriteria yang di sebutkan adalah dirinya.

Thea membulatkan matanya, dia tidak terima dengan ucapan Adnan.
" Terlalu percaya diri, itu tidak baik pak" . Thea mencoba menyadarkan Laki-laki disampingnya agar tidak terlalu percaya diri.

Adnan hanya diam dan tersenyum kecil. Karena menurutnya dia sudah bersikap manis kepada Thea, sudah melakukan hal romantis kepada Thea. jadi sudah jelas, dia termasuk kriteria Thea.

" Apa bapak tidak berniat mengajak saya makan?" Thea mulai protes. karena sudah berjam-jam mereka duduk tetapi Adnan tidak kunjung mengajak Thea untuk makan.

" Tidak" Adnan menjawab dengan santai, Adnan fokus kepada majalah yang dibacanya.

" Oke, terimakasih, sangat baik hati sekali bapak Adnan " Thea melipat kedua tangannya dengan muka terlihat kesal.

" Mau makan?" Adnan menoleh kearah Thea dan menanyakan hal yang tidak seharusnya di tanyakan.

" Menurut bapak aja deh" Thea sudah sangat malas menjawab pertanyaan.bertele-tele dari Adnan.

" Oke mari kita makan, tapi ada syaratnya" Adnan mulai menyunggingkan senyumnya.

Thea merasa ini bukanlah awal yang baik, pasti ada rencana busuk Adnan, bisa saja sehabis makan, Thea di perintahkan membersihkan 1 rumah ini dengan baju pelayan. Ah sudahlah, sekarang ini yang terpenting adalah kesehatan lambungnya.
" Oke, apa? " Thea mempertanyakan apa syarat busuk yang akan di beri Adnan.

" Jadi istri saya " Ucap Adnan tanpa basa-basi.

Thea membulatkan matanya. apa yang baru saja Adnan katakan? Istri? "Ah, Istri ya, Istri adalah kata ganti untuk pelayan pribadi versi Pak Adnan. Pak Adnan pasti ingin aku menjadi pelayannya." Batin Thea membuat sebuah konspirasi dari kata " istri" yang di ucapkan Adnan.

" Bukankah dari awal saya dirumah ini, saya sudah menjadi "istri" bapak?" Thea balik membalas ucapan Adnan dengan sindirian kata " istri"

Adnan terdiam, dia bingung. dengan jawaban Thea.

" oke. itu tandanya dia memang suka padaku sejak awal" Batin Adnan puas.

Adnan bangkit dari duduknya, dan Thea mengikuti dari belakang. Thea sangat berharap bisa makan setelah ini.

Setelah menunggu beberapa menit. akhirnya makanan pun siap tersaji di meja makan.

Adnan dan Thea pun makan bersama seperti hari hari sebelumnya.

Setelah selesai makan, Adnan pun menawari Thea untuk istirahat.

" Mau istirahat?" Tanya Adnan sembari membersihkan sisa-sisa makanan di sekitar bibirnya.

" Boleh, dimana?" Sungguh kesempatan langka, Tidak boleh disia-siakan, karena biasanya setelah makan Adnan pasti menyuruh Thea untuk membersihkan sesuatu.

" Kamar saya"

Thea membulatkan matanya, Apa-apaan orang ini? wajah Thea memerah. rasanya malu sekali.

" Wajahmu merah" Ucap Adnan.

Thea makin kesal, tidak seharusnya Adnan mengatakan itu. Harusnya dia diam saja.

" Saya mau pulang" Ucap Thea, karena dirasa sudah tidak ada lagi yang bisa dia kerjakan disini.

" Ti-dak Bo-leh " Adnan mengeja dengan penuh penekanan dia setiap katanya.

" Kenapa?" Tanya thea bingung.

" ini sudah pukul 5 sore" Sambung Thea lagi.

" Masih mengerti bahasa manusia? Kalau saya bilang tidak boleh, artinya apa?" Bukannya menjelaskan alasannya menahan Thea, Adnan justru mengintimidasi Thea, seolah dia tahu kelemahan Thea.

" Tidak boleh" Jawab Thea pelan. Ya, memang itulah salah satu kelemahan Thea, ketika Adnan mulai mengintimidasi. Lunturlah semua keberanian Thea untuk menjawab.

" Good girl " Adnan bangkit dari kursinya.

Thea pun mengikutinya dari belakang, entah akan dibawa kemana, toh kalaupun Adnan melakukan hal yang tidak-tidak, Thea akan pasrah setelahnya dia akan menelfon polisi.

Adnan pun membawa Thea kekamarnya, Adnan duduk di sofa yang terletak tidak jauh dari kasurnya.

Thea bingung, dia hanya berdiri diam mematung. dia tidak tahu apa maksud Adnan membawanya masuk kekamarnya.

" Duduk" Adnan menggeserkan dirinya, memberi ruang untuk Thea duduk disebelahnya.

Thea menuruti apa yang di katakan oleh Adnan. Thea duduk disebelah Adnan.

" Kenapa?" Tanya Adnan, melihat Thea sangat tegang .

thea hanya menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa Adnan bertanya kenapa? Harusnya kan Thea yang bertanya seperti itu.

" berapa ya nomor telfon kantor polisi?" Batin Thea.

Tidak berlebihan bukan? Ini semua demi keamanan. Fikiran Thea sudah melayang jauh melampaui batas. dia sudah memikirkan bagaimana jika Adnan membantingnya di tempat tidur.

" Saya tidak akan macam-macam" Seolah tahu apa yang ada difikiran Thea.

" Saya kan tadi menawarkan kamu untuk istirahat, pakailah kasur saya, saya akan duduk disini membaca buku " Jelas Adnan lagi.

" Bagaimana bisa aku tidur, di kasur laki-laki yang tidak ada hubungannya dengan aku" Batin Thea.

My Annoying Lecturer ( SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang