Bagian Ke-tigapuluh Delapan :: HUTANG 100 JUTA?

116 40 15
                                    

"Maaf."

Azka menepis tangan Sonya yang mencengkram di pergelangan tangannya. "Kali ini aja, kamu tahan ego kamu."

Azka melongos dari hadapannya membuat Sonya terkesiap. Kepergian sang pacar terus dia perhatikan sampai figur laki-laki itu hilang dari pandangannya.

*****

Di sepanjang lorong sekolah yang Azka lalui, langkahnya berpacu begitu cepat dengan pikiran yang tertuju pada adik kelasnya.

Langkah Azka terhenti. Kepalanya celingak-celinguk mencari seseorang di sekitarnya. Di sana sepi, Azka jadi bingung harus bertanya dengan siapa.

Sebuah ide terlintas di kepalanya, Azka mengambil ponselnya yang berada di dalam saku celana abu-abu.

Azka ingin menelepon Farhan untuk menanyakan keberadaan Kania saat ini. Namun Azka baru ingat kalau dirinya tidak memiliki nomor telepon Farhan. Kemudian Azka menelpon Kania. Berpikir bahwa ponselnya pasti di pegang oleh Farhan. Karena Farhan teman baiknya bukan? Tapi nihil. Berkali-kali Azka menelepon Kania tidak ada jawaban.

Apa yang harus dia lakukan saat ini?

Bahkan Azka nyaris tidak bisa berpikir mencari solusi karena terlalu cemas memikirkan keadaan Kania.

Untuk yang kedua kalinya, Azka mendapatkan ide cemerlang secara tiba-tiba.

"Di ruang UKS. Pasti Kania sama Farhan ada di sana. Pasti itu!"

Azka langsung bergegas pergi ke ruang UKS yang berada di sekolah.

Kalau orang lain mungkin napasnya akan tersengal setelah berlarian dengan waktu yang lama. Hebatnya dengan pria ini, Azka sama sekali tidak ngos-ngosan saat berlari dengan waktu yang lumayan lama. Mungkin karena Azka sering berlari sehingga sudah menjadi kebiasaannya.

Belum sampai ke ruang UKS, langkah Azka terhenti di pertengahan jalan. Azka terkejut saat melihat Kania bersama Farhan keluar dari pintu perpustakaan secara bersamaan.

"Kak Azka kenapa lari-lari? Kayak lagi di kejar setan aja?" Pertanyaan tersebut dilontarkan dari bibir Kania.

Farhan yang menjawab, "Mungkin lagi main futsal? Biasanya kalau sebelum futsal kan ada pemanasan lari, iya nggak, Kak?"

Baik ucapan Farhan ataupun Kania, Azka tidak sengaja mengindahkan perkataan mereka, karena Azka masih melamun memikirkan keberadaan Kania di sana.

"Kalau Kania gak kenapa-kenapa? Lantas orang yang menghebohkan di kantin sekolah siapa?" batin Azka penuh penasaran.

Dengan sembarang, Kania menempelkan salah satu telapak tangannya di kening Azka. "Kak Azka, lagi sakit?"

Hal yang dilakukan oleh Kania terhadap Azka membuat Farhan tidak senang. Bisa ditebak dari ekspresi wajahnya yang ketus saat Farhan melihat Kania menempelkan telapak tangannya ke kening Azka, Farhan itu cemburu.

"Gue nggak kenapa-kenapa." sadar Azka dari lamunannya. Azka begitu kaget, ia pun langsung menepis tangan Kania dari telapak tangannya dengan sedikit kasar.

Azka bertanya, "Kabar lo sendiri gimana, Kan?"

Ketika Kania hendak menjawab pertanyaan Azka dari kejauhan kedua mata Kania tertuju pada langkah seorang perempuan yang hendak mendekat. Kania urungkan niatnya itu dengan mengajak Farhan pergi dari hadapan Azka.

"Kayaknya ada sesuatu yang lupa aku kerjain. Aku pergi dulu ya, Kak."

Kania menggenggam tangan Farhan, membuat Farhan terkesima atas perbuatannya. Hal kecil yang dilakukan oleh Kania selalu membuat Farhan jatuh cinta. Kemudian Kania mengajak temannya itu untuk berlalu bersamanya dari hadapan kakak kelasnya.

AZKA SEGERA TERBIT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang