56. Make She Sad (again)

576 26 0
                                    

"Mr. Zander, bukankah kemarin aku baru memberitahumu untuk tidak membuatnya tertekan dan memikirkan hal berat? Jantungnya sangat lemah, tadi saja dia hampir masuk ke ruang ICU lagi. Sangat mungkin bagi Nona Raline untuk kembali koma. Apa yang dia pikirkan sangat berdampak bagi kondisinya."

William menjelaskan, diselilingi beberapa lenguhan. Ia nampak lelah menasehati Ranu yang selalu saja membuat pasien VIPnya drop kembali.

Wajah Ranu murung. "Lalu bagaimana keadaannya sekarang?"

"Dia sudah kembali membaik. Mungkin saat ini sedang tertidur. Dia masih butuh banyak istirahat."

Ranu mengangguk kemudian menarik diri dari kursi. Dengan muka layu penuh duka dan rasa sesal, ia melangkah menuju ruang berpintu kayu jati dengan bagian pinggir terisi oleh kaca transparan.

Langkah kaki panjang berhenti tepat di depan pintu, ada keraguan yang merebak dalam hati. Haruskah dia masuk? Akan kah Raline mau menerima penjelasannya?

Dalam manik hitam milik Ranu terpantul gambar wanita yang duduk memunggunginya di pinggir bangsal. Dia agak terkejut sebab William bilang Raline sedang tertidur.

Ranu akhirnya memantapkan niat untuk masuk ke dalam. Bagaimana pun juga Raline harus mengetahui kebenarannya sesegera mungkin agar kesalahpahaman tidak semakin melarut.

Baru selangkah kaki panjangnya masuk tapi suara sesegukan halus langsung menyambut. Benar saja. Alih-alih tidur dan istirahat, Raline justru menangis sesegukan di pinggir bangsal menghadap jendela.

Dari belakang, terlihat jelas bahu wanita yang duduk di tepi bangsal terguncang naik turun karena isakan. Hawa udara hanya tinggal tersisa pilu. Tak ada lagi senyum candu atau mata teduh yang baru berlalu.

"Raline—"

"Please don't come any closer." Cegah Raline saat tahu Ranu hendak menghampirinya melalui pantulan dinding kaca jendela. 

Kepalanya tertunduk menahan isak. Ia tak sanggup menerima semua ini. Dadanya menjadi sesak tiap kali mengingat apa yang dikatakan wanita tadi. Sudah lah, Raline tidak akan menyalahkan siapapun. Takdirnya saja yang selalu buruk dan tidak mendukung untuk bisa hidup bersama-sama orang yang dicintainya.

Selama Ranu baik-baik saja, Raline tidak apa. Bahkan dia akan senantiasa berdoa yang terbaik untuk Ranu dan calon anaknya dengan perempuan bernama Maya itu.

"Kumohon jangan menangis lagi. kondisimu—"

"Aku bisa menjaga diriku sendiri—hiks" Raline memotong. "Kamu seharusnya tidak kesini. Calon anakmu lebih membutuhkan kamu. Pergilah, aku akan baik-baik saja setelah ini."

"Ini salah paham. Aku bisa menjelaskan—"

"Tidak perlu. Jangan membebani dirimu sendiri. Aku berjanji akan pergi jauh darimu setelah—"

Drep

Kalimat Raline tertahan sebab Ranu tiba-tiba memeluknya dari belakang. Pria itu tak sanggup lagi mendengar kalimat menyakitkan yang membuat dirinya semakin tersiksa.

"Kenapa kamu semudah itu bilang akan pergi jauh? Apa kamu tidak tahu betapa tersiksanya aku saat kamu tidak berada di sisiku?" tandas Ranu. Matanya merambang. Hatinya terkoyak.

"Hiks—lepas, Ranu. Ini tidak benar. Kamu harus bertanggung jawab—hiks...hiks..."

Tubuh Raline terlalu lemah untuk meronta-ronta. Tenaganya terperas habis dalam ruang kepedihan. Begitu banyak cobaan yang mereka lalui seperti api yang dituangi api. Tidak bisakah semuanya berjalan dengan baik sekarang?

"Itu bukan anakku, dia sudah hamil saat bertemu di bar saat itu. Dia berbohong untuk memisahkan kita." Jelas Ranu.

Kepalanya tenggelam di ceruk leher Raline sedangkan kedua tangannya membelit tubuh wanita tersebut.

If Something Happens I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang