35. Date (Bagian 1)

3.1K 316 24
                                    


"OMA!"

Anin berlari kecil saat turun dari motor Darel. Meski sempat berdebat karena Darel tidak membawa mobil, akhirnya, Anin memberanikan diri menaiki motor dengan memeluk erat perut kakaknya.

Ia memeluk seorang wanita yang sudah berumur tetapi tetap terlihat fresh dengan senyuman yang terpancar di wajah dengan sedikit lipatan itu.

"Abel," panggil Caroline membalas pelukan cucu kesayangannya.

"I miss you so much, Grandma."

"Miss you too, Darling."

Darel memilih bersandar di depan pintu, menyaksikan adegan haru antara dua orang yang selalu membuat hidupnya sulit. Adik dan neneknya sendiri.

Sejak kecil, Darel terlatih untuk selalu disalahkan atas segala kenakalan yang Anin perbuat. Dan pelaku pelemparan kesalahannya adalah nenek Caroline. Oleh sebab itu, Darel tidak terlalu antusias dengan kedatangan neneknya.

"Oy! Ganti baju dulu sana," seru Darel memperingatkan Anin.

Anin mendecih pelan merasa enggan untuk melepas pelukan dari oma tercintanya.

"Nanti. Kalo udah selesai melepas rindu."

Darel menggeleng pelan lalu melemparkan tas milik Anin sampai menabrak punggung adiknya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"DAREL!" pekiknya mengaduh pelan

"Oma liat sendiri kan kelakuan Darel. Anin tersiksa tinggal sama dia."

Darel yang sudah mencapai anak tangga otomatis berbalik lalu mencemooh Anin. "Dasar tukang ngadu!"

"Preman pasar!"

"Anak manja!"

"Or—"

"Stop it!"

Caroline mengeluarkan suaranya dengan nada memerintah membuat kedua anak yang berisik itu bungkam seketika.

"Kalian berdua, ganti baju dan temui Oma di ruang keluarga. Secepatnya!"

Darel dan Anin sama-sama terdiam kemudian berlari ke kamarnya masing-masing. Pada dasarnya, ketika nenek marah, itu tidak lebih baik dari kemarahan orang tua mereka.

"Lo sih!"

"Gara-gara lo!"

"Lo."

"ANIN! DAREL!"

"IYA, OMA!"

***

Jaden menyandarkan tubuhnya di depan pintu kepala sekolah. Saat ini, temannya tengah dipanggil untuk bersaksi dan di sidang.

Haikal telah bermain api dengan mereka. Sungguh, Jordi takkan memberikan ampun pada pria pengecut itu.

Tak perlu menunggu waktu yang lama, Galen datang bersama Jordi menghampiri Jaden dan Aciel yang tengah menunggu di penuhi kegelisahan.

Biasanya mereka tak pernah sekhawatir ini. Tetapi, kasus ini telah sampai ke telinga kepala sekolah. Hanya ada dua pilihan yang akan diberikan apabila seorang murid bermasalah di sidang langsung oleh kepala sekolah. Tidak naik kelas atau dikeluarkan. Tergantung dari seberapa besar masalah yang murid itu timbulkan serta negosiasi atas penyesalan mendalam yang murid itu tunjukan.

Hanya Galen satu-satunya yang mereka harapkan sekarang.

"Gal!" panggil Aciel terlihat begitu cemas.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang