Terlahir sebagai keturunan orang kaya itu anugerah juga menikmati hidup bergelimangan harta dan kebahagiaan yang membuat hidup merasa bagai di surga. Membutakan dirinya hingga masuk ke lubang hitam.
Berbeda dengan kehidupan Diandra. Setelah ia kehilangan adiknya Keisa, ia berubah menjadi arogan, dingin dan tak tersentuh.
Diandra menyenderkan kepalanya di kursi kebesarannya, "dimana aku harus mencari sahabat Keisa itu. Gadis itu benar-benar sudah membuatku seperti orang gila. Bahkan disaat Keisa tahu bahwa aku menghamili sahabatnya itu, dia benar-benar membenciku hingga menjadikan hal itu penyebab kematiannya!" Suara penuh penyesalan itu terdengar seperti rintihan.
Kedua orang tua Diandra begitu murka ketika tahu bahwa putranya melakukan hal bejat.
"Kakak keterlaluan, dia sahabat Keisa, dia anak yatim piatu, kenapa kakak malah merusak hidupnya? Aku benci kakak, aku sangat membencimu!"
Teriakan itu masih menggema ditelinga Diandra ketika amarah Keisa memuncak kala itu.
Disegala penjuru kota sudah dilakukan pencarian, namun sahabat Keisa itu tidak pernah menampakkan batang hidungnya.
Dan dengan kekuasaannya, dia menyewa detektif untuk mencari sahabat Keisa itu. Dengan bermodalkan foto kelulusan SMA, mereka mencari informasi dan hingga pada akhirnya mereka menemukan sosok yang mirip dengan gadis belia itu.
Akhirnya orang kepercayaannya memberikan ide kepada Diandra untuk menyamar agar ia bisa kenal dan memastikannya sendiri. Bahwa informasi yang didapatkannya benar-benar sahabat adiknya. Gadis kecil yang diam-diam membuat dirinya jatuh cinta.
Sore itu, kehidupan Diandra berubah drastis ketika dirinya menyamar menjadi seorang pemulung disebuah kawasan padat penduduk tepat dimana gadis itu berada. Ia menelusuri gang-gang kecil mencari rumah gadis itu seraya mengumpulkan botol plastik bekas.
Hujan baru saja mengguyur kota yang jauh dari keramaian dengan sambaran petir menggema sore itu, Diandra memutuskan untuk berteduh disebuah rumah kecil yang jauh dari rumah lainnya. Disana dia mendengar gelak tawa anak kecil tanpa beban. Setelah mendengar kilatan petir, salah satu anggota keluarga keluar karena merasa ada seseorang dibalik kaca jendela yang ikut berteduh.
"Kakak siapa?"
Diandra merasa kaku karena ini kali pertama ia bergaul dengan orang biasa demi mencari gadis yang sudah ia hancurkan. "Saya, saya pemulung, saya numpang berteduh ya dek!" Ucapnya, ia meneliti wajah bocah itu.
"Ayo kak, di dalam saja. Kasihan kakak nanti kebasahan dan kedinginan. Didalam ada ibu saya, ayo kak!" Adik kecil itu segera menarik narik tangan Diandra, dengan penuh paksaan dari adik kecil itu Diandra masuk.
Adik kecil itu menggandeng tangan Diandra dan menyuruhnya duduk di kursi kayu dekat pintu. Tak lama, seorang wanita berusia 24 tahunan baru saja datang dari sudut ruangan lainnya membawa nampan berisi teh hangat untuknya dan bocah mungil itu.
"Loh, Brian dia siapa?" Tanya gadis itu pada anak laki-laki bernama Brian.
"Bunda Safira, tadi waktu bunda ke dapur, aku nemuin kakak ini di depan, kasian dia kedinginan tuh lihat bajunya basah." Brian mengadu pada ibunya, Safira hanya tersenyum seraya mengusap puncak kepalanya.
"Ayo kak, silahkan duduk dulu, saya akan mengambilkan pakaian ganti."
Safira membawa Brian ke kamarnya dan mencari pakaian kakaknya yang masih ia simpan di lemari.
Diandra berdiam diri di ruang tamu dengan pakaiannya yang sudah basah. Brian kemudian keluar dengan handuk dan kaos milik pamannya.
"Kakak, ini aku punya satu stel pakaian dan juga handuk, kakak ganti pakaian dulu yah. Bunda Safira sedang membuat teh panas untuk kakak. Kasihan kakak kedinginan, ayo kak!" Brian menyerahkan satu stel pakaian dan handuk juga mengantarnya ke kamar untuk mengganti pakaiannya.