Happy Reading!
***
Di persimpangan antara kelas X IPA 1 dengan tangga menuju lantai dua, nampak seorang perempuan sedang berbicara dengan Damar. Dia adalah laki-laki yang sebelumnya dengan tidak sengaja menabrak Naura waktu itu.
"Ya udah, gue mau ke kelas," ucap perempuan itu sambil mendorong-dorong tubuh Damar agar segera pergi juga ke kelasnya.
"Iya-iya, belajar yang rajin," seru Damar menepuk bahu perempuan itu sebelum pergi.
"Bye!" teriak perempuan itu. Dia melambaikan tangan meski tidak digubris oleh Damar. Dengan cerianya dia masuk ke kelas ketika bel sudah berbunyi.
Sedangkan Naura memandangi hal itu dari kejauhan. Ada hubungan apa mereka? Kenapa mereka terlihat sudah akrab? Apakah perempuan itu adalah kekasihnya? Begitulah banyaknya pertanyaan yang ada di pikirannya saat itu.
Di kelas itu, suasananya cukup bising karena mereka berlomba-lomba duduk paling depan. Naura berjalan perlahan mencari tempat duduk sampai akhirnya seorang laki-laki menawarkan kepadanya.
"Hai, mau duduk sama aku?" tangannya menepuk-nepuk kursi di sebelahnya.
"Apasih lo, modus aja!" sahut perempuan yang duduk di bangku sebelah kirinya.
Dia perempuan yang sama dengan yang tadi berbicara dengan Damar
"Sini, duduk sama aku," sambungnya seraya menarik lengan Naura.
"Oke, makasih ya. Kenalin, aku Naura," Naura segera duduk untuk meletakkan tas dan mengulurkan tangan pada perempuan di sebelahnya.
"Iya, aku Salsa," gadis itu membalas jabat tangan dari Naura sambil tersenyum.
"Nggak usah kaku gitu, bicaranya lo gue aja biar santai," tambahnya setelah melepas jabat tangan dari Naura.
"Hehe, iya."
Suasana berubah canggung ketika perempuan itu mulai sibuk dengan ponselnya. Naura berusaha mencari topik pembicaraan yang dapat mencairnya suasana itu.
"Emm, gue tadi lihat lo kayak lagi bicara sama cowok, kakak kelas ya?" tanyanya basa-basi.
"Ohh, itu Damar," jawabnya santai tanpa sedikit pun mengalihkan pandangan dari ponselnya.
"Kalian, pacaran?" pertanyaan itu terlontar begitu saja karena saking penasarannya.
"Hahaha! Menurut lo gue secocok itu sama dia?" kini Salsa menatap Naura hingga tertawa keras. Semua mata menatapnya aneh.
"Ya, kalau dilihat dari wajah itu ada miripnya. Katanya kalau jodoh, punya kemiripan," ucap Naura polos.
"Masih percaya aja sama hal kayak gitu?" merasa ucapan Naura menggelitik perutnya, Salsa sampai kelepasan memukul meja.
BRAK!
"Shuuuutttt!" semua yang ada di kelas itu dengan kompak meminta agar Salsa diam.
"Kita itu sepupuan, jadi wajar kalau mirip," bisiknya sambil merangkul pundak Naura.
"Kenapa harus bisik-bisik?" tanya Naura heran.
"Biar enggak berisik aja," jawab Salsa melepas rangkulannya.
"Ohh. Pantes kalian kayak udah akrab banget."
"Kalaupun kita itu enggak ada ikatan keluarga, gue sih enggak mau pacaran sama orang kayak Damar."
"Emangnya kenapa?" Naura semakin penasaran dengan penuturan teman barunya itu.
"Gue tuh orangnya nggak bisa diem. Pengennya ngomong terus, kalau lagi mood," ucapnya terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't : Rumah Yang Tak Utuh [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SUDAH BACA? MINIMAL TINGGALKAN VOTE AND COMMENT!] Maura Deana bercita-cita menjadi atlet lari namun tak pernah mendapat dukungan dari ibunya. Permasalah keluarga lainnya cukup memberatkan setiap langkahnya. Mulai dari tuntutan prestasi akademik, bu...