[note : semoga betah terus bray dilapak aing]
Hari berjalan dengan baik. Mica mulai terbiasa dengan kehadiran Nere yang lebih dekat dengannya. Cewek itu sebisa mungkin mengontrol ekspresi—terlebih kebiasaan ‘terkejutnya’ setiap ada Nere.
“Hari ini ngajar Medina kan? Nanti bareng gue aja.”
Kesepakatan kata ‘lo-gue’ diganti dengan sebut nama sudah hilang total. Karena Mica merasa tak biasa, dan Nere memaklumi. Akhirnya cowok itu hanya akan menghilangkan ‘lo-gue’ jika sedang ingin dan ingat saja.
“Nggak usah, ngerepotin.” tolak Mica merasa tak enak. Walaupun Nere itu pacaranya, dia merasa sungkan menerima apapun dari Nere. Dia merasa benar-benar tak enak.
Nere terkekeh. “Ngerepotin apa sih? Gue malah seneng,” katanya sembari mengacak puncak kepala Mica.
Huh, rasanya jantung Mica tetap tak terbiasa dengan semua perkaluan tak biasa Nere. Dia tetap merasa terobrak-abrik hatinya.
“Iya oke, yaudah gue masuk kelas ya?” tak terasa mereka sudah sampai di depan kelas Mica. Cewek itu padahal tak minta diantar, tapi Nere tetap kekeuh.
“Hmm, belajar yang bener. Kalau ada apapun kabarin!” Nere kemudian pergi. Entah cowok itu ada kelas jam berapa. Akhirnya Mica memilih masuk ke kelas, dia bisa melihat seluruh tatapan cewek-cewek yang menatapnya super tajam. Juga dibarengi bisikan yang tak mengenakkan.
‘Nggak nyangka Nere bakal pilih dia’
‘Awalnya gue kira Chrisy, ya karena jelas Chrisy lebih pantes’
‘Kalau Nere sama Chrisy gue bakal dukung semangat, tapi kalau sama dia gue sendiri ngerasa jauh di atas’
Mica mencoba menutup rapat telinganya. Dia mengerti dengan opini orang-orang terhadapnya. Ya, semenjak Chrisy menangis dan ribut dengan Nere, orang-orang mulai menyalahkannya dengan tuduhan dia merebut Nere. Padahal Mica sendiri tak menyangka dia bisa jadi pacar Nere. Tapi mau berapa kali dia membela diri, tetap saja Chrisy lebih banyak pendukungnya.
Mica jadi sedikit menyesal karena mengajak Nere masuk ke kehidupannya. Dia merasa ini hanya berujung sesuatu yang akan membuat banyak belah pihak tersakiti—termasuk dirinya.
‘Tenang Mica, lo jangan pikirin itu dulu’ batin Mica mencoba membuang semua argumen yang beradu di kepalanya.
Ya tapi rasanya sulit. Bahkan lebih sulit dari dia harus menghindari pandangan ke Nere. Dia belum bisa berhenti memikirkan sampai dia bisa bicara empat mata dengan Chrisy soal ini. Dia mau mendengar sebenarnya apa yang dimau cewek pirang itu?
Apakah Nere?
Atau hal lain?
Mica mendesah lesu, rasanya kepalanya makin berdenyut. ‘Gue pikirin nanti aja, gue harus fokus dimatkul kali ini’ batin Mica.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEREMICA [segera diterbitkan dimimpi sy]
Teen Fiction[Bray follow dulu sebelum membaca okayii] 'Kita akan sempurna dimata orang yang tepat' Nere dan Mica. Dua orang yang sangat berkebalikan jauh. Bagi Mica, Nere adalah sosok sempurna yang dipahat apik oleh Tuhan. Ia berpikir bahwa memiliki Nere adalah...